Kesaksikan Dosen Kampus Maroko Atas Karomah Mbah Moen, Selamat dari Gempa Palu

KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) dikenal sebagai kiai atau ulama kharismatik dari indonesia. Karomah Mbah Moen juga masyhur diketahui oleh khalayak, karena banyak dikisahkan oleh orang-orang dekatnya

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Jul 2023, 10:30 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2023, 10:30 WIB
KH Maimun Zubair atau Mbah Moen
KH Maimun Zubair atau Mbah Moen. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) dikenal sebagai kiai atau ulama kharismatik dari indonesia. Selain menjadi seorang ulama, Mbah Moen juga dikenal sebagai seorang politikus.

Mbah Moen merupakan putra pertama dari pasangan Kiai Zubair Dahlan dan Nyai Mahmudah. Dilahirkan di Karang Mangu Sarang hari Kamis Legi bulan Sya'ban tahun 1347 H atau 1348H atau 28 Oktober 1928.

Kharisma Mbah Moen bukan hanya di Indonesia saja melainkan hingga luar negeri sekalipun.

Salah seorang dosen Fakultas Adab dan Humaniora di Universitas Tofail Maroko yaitu Ustadzah Maryam Ait Ahmad beberapa kali membuktikan karomah ayahanda Wakil Gubernur Jawa Tengah, Gus Taj Yasin ini.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Wali di Antara Wali-wali Allah

Ustadzah Maryam juga menjabat sebagai ketua Persatuan Persaudaraan Maroko-Indonesia. Ustadzah Maryam Ait Ahmad merupakan salah satu keturunan dari Syekh Tolhah ad-Darīj, tokoh sufi sekaligus pahlawan nasional di Maroko yang membantu membebaskan wilayah Tetouan dari cengkeraman penjajah kala itu.

Mengutip numaroko.or.id, Utstadzah Maryam atau akrab disapa Bunda Maryam ini dikenal cukup dekat dengan Mbah Moen yang sudah terjalin sejak lama. Dimulai sejak pengukuhan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Maroko pada tahun 2011 silam.

Bunda Maryam ini merupakan sosok penting di balik keberhasilan berdirinya PCINU Maroko, ia membantu pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia saat Dubesnya Tosari Widjaja.

“Ketika saya mengetahui bahwa Nahdlatul Ulama akan mendirikan cabang di Maroko, kala itu saya mencoba menghubungi aparatur setempat untuk meyakinkan mereka bahwa NU tidak memiliki kepentingan politik apapun melainkan hanya organisasi agama yang merepresentasikan pelajar Nahdlatul Ulama yang sedang menuntut ilmu di Maroko” ujarnya.

“Sesudah mendapat persetujuan, saya lalu mengundang Syekh Maimoen untuk bersedia meresmikan berdirinya PCINU Maroko,” ujarnya kala itu.

Bunda Maryam memiliki banyak sekali kenangan dengan sosok Mbah Moen dan di antara banyak cerita tentang kunjungannya ke Indonesia, ia berkali-kali mengucapkan satu kalimat yang menggambarkan sosok Mbah Moen.

“Syekh Maimoen adalah salah seorang wali di antara wali-wali Allah," ujar Bunda Maryam berulang-ulang.

 

Tahu Tanpa Diberi Tahu

Sejumlah karomah pun tak luput dari kesaksiannya sendiri, di antaranya, pernah suatu ketika Bunda Maryam berkunjung ke Indonesia tanpa mengabarkan pihak manapun, baik Kedubes Maroko di Indonesia, KBRI Rabat ataupun Mbah Moen sendiri. Setibanya di Indonesia, Dubes Indonesia untuk Maroko, mendapat kabar dari Mbah Moen yang mempertanyakan mengapa Tosari Widjaya tidak memberi kabar kedatangan Bunda Maryam ke Indonesia.

Dubes Indonesia untuk Maroko yang tidak tahu ihwal tersebut, mengira Bunda Maryam tidak melakukan perjalanan ke Indonesia melainkan masih berada dalam kediamannya.

Lalu Bunda Maryam dihubungi langsung oleh Mbah Moen, dan mengatakan “Maryam, kenapa Anda tidak memberi kabar saya kalau Anda akan ke Indonesia?,” kata Mbah Moen kala itu.

Sontak Bunda Maryam terbungkam, dan makin kaget lagi ketika Mbah Moen melanjutkan “Saya melihat Anda di sini (di kediaman Mbah Moen) kemarin, pokoknya Anda harus datang ke tempat saya, Anda harus datang,” pungkas Bunda Maryam sembari menirukan suara Mbah Moen dengan lirih.

Mbah Moen juga pernah berkata kepada Bunda Maryam, “Maryam, Anda aman, anda aman selama berada di Indonesia, Insya Allah” bak petir menyambar, dawuh Mbah Moen langsung terijabah, ini dibuktikan dengan peristiwa kala kunjungannya ke Palu.

Pada hari terakhir sebelum bertolak kembali ke Jakarta, panitia meminta Bunda Maryam untuk menetap dua hari lagi untuk menjadi pembicara pada salah satu seminar, tanpa pikir panjang Bunda Maryam mengiyakan permintaan tersebut.

 

Selamat dari Gempa dan Tsunami Palu

Namun sore harinya, mendapat panggilan telepon dari UIN Syarif Hidayatullah, pihak UIN Syarif Hidayatullah mengingatkan kembali tentang kesediaannya mengisi seminar pada esok harinya. Akhirnya mau tidak mau beliau harus membatalkan seminar di Palu karena telah berjanji kepada pihak Syarif Hidayatullah sebelumnya.

Pada malam di hari itu juga, langsung bertolak menuju Jakarta untuk memenuhi undangan dari pihak UIN Syarif Hidayatullah.

Subhanallah tepat keesokan harinya Palu dilanda musibah tsunami yang meluluhlantakkan banyak bangunan, termasuk hotel yang Bunda Maryam sempat singgahi selama di Palu. Sesuai dawuh Mbah Moen.

Karomah lain yang Bunda Maryam rasakan sendiri, yaitu ketika mbah Moen memberikan isyarat akan kepergian Mbah Moen selama-lamanya.

Pada kunjungan di tahun 2018 ke Indonesia, ketika hendak pamit untuk kembali ke Maroko, Bunda Maryam mengatakan “Ya Syekh, InsyaAllah saya akan kembali lagi ke Indonesia dan kita akan bertemu lagi,” ujarnya.

Kemudian Mbah Moen membalas dengan tawa kecil sembari berujar “Mungkin Anda tidak akan menemukanku lagi,” dan benar saja, ternyata itulah pertemuan terakhir bagi keduanya. Setelah itu Mbah Moen wafat pada pertengahan 2019 silam ketika melaksanakan ibadah haji. IIla Ruh KH Maimun Zubair, al-Fatihah.

Penulis: Nugroho Purbo

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya