Liputan6.com, Jakarta - Cinta Allah kepada hamba-Nya bukanlah cinta biasa. Tanda-tandanya nyata dan terasa dalam kehidupan sehari-hari. Namun sayangnya, tak sedikit manusia yang justru menolak cinta itu dengan kelalaian dan maksiat.
Ketika seorang hamba dicintai oleh Allah SWT, tanda pertama yang muncul adalah kemudahan dalam menjalankan ketaatan. Segala langkah terasa ringan, hati terasa terpanggil untuk mendekat kepada-Nya, dan amal-amal baik terasa nikmat dijalani.
Advertisement
Pendakwah muda Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan bahwa tanda kedua dari cinta Allah adalah ujian. Ketika seorang hamba mulai mendapat berbagai cobaan, di situlah Allah sedang menyiapkan tingkatan yang lebih tinggi untuknya.
Advertisement
Menurut UAH, ujian bukanlah tanda Allah benci. Sebaliknya, itu justru sinyal bahwa hamba tersebut tengah disiapkan untuk kemuliaan. Dalam cobaan, terdapat peluang untuk naik derajat dan semakin dekat kepada Sang Pencipta.
Ustadz Adi Hidayat menegaskan bahwa Allah memberikan keringanan dalam ketaatan kepada hamba yang dicintai. Hamba itu merasa tenang saat sholat, semangat saat mengaji, dan bahagia saat bersedekah. Semua amal terasa seperti kebutuhan, bukan beban.
Namun cinta Allah bukan berarti hidup bebas dari masalah. Justru ujian datang sebagai bagian dari bukti cinta tersebut. Ada yang diuji dengan harta, ada yang diuji dengan kehilangan, dan ada pula yang diuji dengan hati yang terluka.
Dalam kondisi demikian, manusia harus pandai membaca tanda. Jangan sampai merasa ditinggalkan, apalagi berburuk sangka. Ujian adalah cara Allah menyempurnakan iman dan membersihkan hati dari penyakit duniawi.
“Ketika Allah mencintaimu, jangan tolak cinta ketaatan itu dengan perbuatan maksiat,” katanya seperti dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @Cahayasurga43, dikutip Senin (14/04/2025).
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Jika Cinta Allah Hadir, Rahmatnya Menyertai
Menurutnya, maksiat hanya akan menjauhkan dari rahmat, dan membuat hati menjadi keras.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Laa taqnathu mir rahmatillah,” yang artinya: "Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah." Ini menunjukkan betapa luasnya kasih sayang-Nya kepada setiap hamba.
Ketika cinta Allah hadir, maka rahmat-Nya pun datang menyertai. Bahkan jika seorang hamba jatuh dalam dosa, namun segera kembali dan bertaubat, pintu kasih sayang-Nya akan terbuka lebih lebar.
UAH mengingatkan bahwa hidup dalam ketaatan adalah bentuk balasan terbaik untuk cinta Allah. Setiap detik yang dipakai untuk beribadah, setiap amal yang dilakukan dengan ikhlas, adalah jawaban atas cinta dari langit.
Sebaliknya, jika merasa berat dalam menjalankan perintah agama, itu bisa jadi pertanda hati sedang menjauh dari cinta Allah. Maka introspeksi harus dilakukan, jangan dibiarkan hati mengeras terlalu lama.
Sebagian orang mungkin merasa ketaatan itu sulit, tapi justru di situlah nilai perjuangannya. Allah akan melihat usaha hamba-Nya yang tetap bertahan dalam kebaikan, meski lingkungan dan hawa nafsu terus menggodanya.
Advertisement
Ajakan UAH untuk Tetap Bersyukur
UAH juga menyampaikan bahwa keistimewaan seorang hamba tidak terletak pada banyaknya rezeki, tapi pada kemudahan dalam berbuat baik dan kekuatan dalam menghadapi ujian.
Ia mengajak umat untuk selalu bersyukur atas setiap bentuk cinta dari Allah, baik berupa nikmat maupun musibah. Karena keduanya adalah sarana untuk mendekat kepada-Nya.
Cinta Allah tidak pernah salah sasaran. Setiap hamba yang mendapatnya sedang diberi kehormatan untuk tumbuh dalam iman dan amal. Tugas manusia hanyalah menjaga cinta itu dengan sebaik-baiknya.
Ujian bukanlah akhir, melainkan jalan menuju kebahagiaan sejati. Dan ketaatan bukan sekadar kewajiban, tapi juga bentuk syukur dan jawaban atas kasih sayang yang tak terhingga.
Dengan memahami semua ini, seorang hamba bisa menjalani hidup dengan lebih tenang. Sebab ia tahu, apapun yang terjadi, semuanya datang dari Sang Maha Penyayang yang selalu ingin yang terbaik bagi hamba-Nya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
