Kisah Karomah 5 Kiai Sepuh Nusantara yang Luar Biasa: Syaikhona Kholil Bangkalan hingga Guru Sekumpul

Istilah "Kiai sepuh Nusantara" mengacu pada para Kiai, ulama atau guru agama Islam yang telah mencapai tingkat kebijaksanaan, pengalaman, dan pengetahuan yang tinggi dalam dunia keagamaan.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Jul 2023, 20:30 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2023, 20:30 WIB
KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Abah Guru Sekumpul. (Foto: Istimewa via Laduni.id)
KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Abah Guru Sekumpul. (Foto: Istimewa via Laduni.id)

Liputan6.com, Jakarta - Istilah "Kiai sepuh Nusantara" mengacu pada para kiai, ulama atau guru agama Islam yang telah mencapai tingkat kebijaksanaan, pengalaman, dan pengetahuan yang tinggi dalam dunia keagamaan.

"Sepuh" dalam bahasa Indonesia berarti tua, dan dalam konteks ini, merujuk pada orang-orang yang telah mengabdikan sebagian besar hidup mereka untuk studi agama, pengajaran, dan pelayanan kepada masyarakat.

Para Kiai sepuh adalah figur yang sangat dihormati dalam masyarakat karena pengetahuan mereka tentang agama Islam dan kebijaksanaan dalam memberikan nasihat dan bimbingan spiritual.

Mereka sering dianggap sebagai tokoh spiritual dan pemimpin komunitas di daerah mereka. Kiai sepuh Nusantara memiliki peran penting dalam menjaga tradisi keagamaan, nilai-nilai budaya, dan warisan lokal di masyarakat Indonesia.

Membaca kisah-kisah karomah Kiai Sepuh bisa menjadi sarana untuk meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT, Zat yang mengkaruniakan karomah tersebut.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Karomah Abah Guru Sekumpul

Abah Guru Sekumpul
Abah Guru Sekumpul (Istimewa)

Menukil laduni.id, di Indonesia, terdapat beberapa kisah Kiai Sepuh yang dikenal dengan karomahnya. Berikut ini beberapa kisah yang kami maksud.

Abah Guru Sekumpul yang memiliki nama asli Muhammad Zaini bin Abdul Ghani adalah seorang ulama besar, berpengaruh dan karismatik dari Tanah Martapura. Saking kharismatiknya beliau, hampir semua masyarakat yang ada di Martapura pasti memajang foto beliau di rumahnya masing-masing.

Sebagai ulama besar, Guru Sekumpul juga dikenal dengan berbagai kesaktian dan karomahnya. Bahkan karomahnya tersebut ditulis dalam sebuah buku yang berjudul “100 Karomah dan Kemuliaan Abah Guru Sekumpul.” Diantara karomah beliau adalah mengetahui hajat seseorang yang mendatanginya sebelum orang tersebut menyampaikan maksud kedatangannya.

Dikisahkan pada suatu hari ada seorang Habib dari Pasuruan bernama Habib Maksum yang ingin bertabarruk dan meminta hajat kepada Guru Zaini. Di perjalanan, Habib Maksum berkata: “Jika Guru Zaini adalah salah satu dari Wali Allah, maka seluruh hutangku yang berjumlah 21 juta akan lunas.”

Singkat cerita sampailah Sang Habib di tempat tinggal Guru Zaini, beliau menyambut sang habib dengan ramah dan dengan penuh penghormatan. Dipersilahkanlah bagi Habib untuk berduduk bersama Guru Zaini. Mereka berdua saling bercakap-cakap mengenai berbagai hal. Nah, tiba-tiba saat mereka masih mengobrol datanglah seseorang dari luar yang memberikan uang cek kepada Abah Sekumpul.

Tanpa basa-basi Abah Sekumpul langsung memberikan cek tersebut kepada Habib Maksum tanpa melihat terlebih dahulu berapa jumlah uang yang ada di cek tersebut. Kemudian Abah Sekumpul berkata: “Ini untuk melunasi hutang Habib.”

Betapa terkejut Sang Habib dengan peristiwa ini, karena ternyata jumlah uang yang terdapat di cek tersebut adalah 21 juta, persis dengan jumlah hutang sang Habib. Padahal sejatinya Sang Habib belum menyampaikan hajatnya terlebih dahulu, tapi Abah Zaini sudah memberikan apa yang dia harapkan sebelumnya.

 

Karomah Kiai Abbas Buntet

kyai abas
Kyai Abbas bin Kyai Abdul Jamil Buntet. (foto: Liputan6.com / buntetpesantren.org)

Kiai Abbas Buntet merupakan seorang ulama besar asal Cirebon yang masyhur dengan keterampilan pencak silat yang sangat mumpuni serta masyhur juga dengan kesaktiannya. Nah, Salah satu kesaktian beliau yang terekam dalam sejarah adalah saat perjuangannya melawan penjajah belanda.

Sebagaimana kita ketahui dalam sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan, salah satu bentuk usahanya adalah pertempuran di Surabaya. Pertempuran yang terjadi pada 10 November ini merupakan bentuk perlawanan rakyat Indonesia menghadang pendudukan Inggris di Surabaya. Yang mana perlawanan ini merupakan hasil sebuah resolusi jihad dari KH Hasyim Asy’ari dengan para ulama lainnya.

Diantara ulama yang berperan dalam pertempuran ini adalah Kiai Abbas Buntet. Menurut sejarah, kala itu KH Hasyim meminta para pasukan untuk menahan diri dari pertempuran sambil menunggu datang ksatria dari Barat, yang dimaksud disini adalah Kiai Abbas. Bahkan Bung Tomo yang sangat bersemangat untuk segera berperang, selalu ditahan-tahan oleh KH Hasyim hingga datang Kiai Abbas ke Surabaya.

Singkat cerita Kiai Abbas datang dari Cirebon bersama pasukan santrinya yang telah siap untuk bertempur melawan penjajah Inggris. Pada saat itu beliau berperang menggunakan bakiak, yang mana hal ini merupakan suatu hal yang tak lazim.

Diceritakan oleh para santrinya, saat perang sedang berkecamuk Kiai Abbas berdoa kepada Allah, dan tiba-tiba dengan sendirinya sejumlah alu dan lesung milik masyarakat yang berukuran besar, berterbangan ke atas dan menimpa serta meluluhlantakan tentara sekutu. Bahkan yang lebih hebatnya lagi, Pesawat terbangpun dapat beliau jatuhkan hanya cukup dengan lemparan tasbih.

Kemudian menurut informasi dari santrinya yang lain, bahwa saat pertempuran sedang mencapai titik klimaksnya Kiai Abbas dengan karomahnya bukan hanya berada di satu tempat, melainkan di dua tempat yang berbeda. Yaitu tepatnya di pusat kota dan di daerah pesisir pantai Surabaya. Nah, di pantai itulah Kiai Abbas dengan hanya mengibaskan sorbannya ke atas langit dapat menghancurkan puluhan pesawat sekutu dengan sangat mudah.

 

Karomah Kiai Hamid Pasuruan

Pertemuan kali ini digelar usai Gus Ipul dan KH Idris Hamid berziarah ke makam KH Abdul Hamid yang berada tepat di belakang masjid Jami Pasuruan.
Pertemuan kali ini digelar usai Gus Ipul dan KH Idris Hamid berziarah ke makam KH Abdul Hamid yang berada tepat di belakang masjid Jami Pasuruan.

Kiai Hamid adalah seorang ulama besar asal Pasuruan yang sangat dikenal dengan kealiman ilmunya, keluhuran ahlaknya, serta kemasyhuran akan keistimewaan dan karomahnya.

Disebutkan dari berbagai sumber, bahwa beliau sejak berusia sangat belia telah menampakkan ciri-ciri kewalian dan keagungannya. Konon, ketika menginjak usia 6 tahun beliau pernah bertemu dengan Rasulullah. Dalam kepercayaan yang berkembang dalam kalangan sufi, meski Rasulullah SAW telah wafat beliau gemar menemui orang-orang yang istimewa, khususnya para wali. Pertemuan ini bukan hanya dalam mimpi, tapi bisa saja secara nyata.

Hal ini menunjukkan bahwa beliau merupakan waliyyun min awliyaaillah (wali dari para wali Allah). Diantara karomah beliau yang masyhur di tengah-tengah telinga para santri dan warga Pasuruan adalah beliau bisa serupa wujud di tempat lain.

Dikisahkan, suatu hari Habib Baqir Mauladdawilah berziyaroh ke pesantren Kiai Abdul Hamid untuk bersilaturahmi. Habib Bagir sendiri adalah seorang ulama yang memiliki ilmu untuk melihat dan mengindera hal-hal yang berada di luar nalar.

Pada saat sedang berkunjung tersebut, kondisi pesantren dipenuhi oleh masyarakat yang ingin bertabarruk, meminta doa, dan berbagai keperluan yang lain kepada Kiai Abdul Hamid. Namun saat tiba giliran Habib Baqir untuk menemui Kiai Hamid, beliau sangat terkejut.

Dengan ilmu ghaib yang dimilikinya, beliau mengetahui bahwasanya yang ada dihadapan beliau adalah bukan Kiai Hamid, melainkan sesosok mahluk ghaib yang menyerupai rupanya. Kemudian secara spontan beliau mencari keberadaan Kiai Hamid yang sebenarnya.

Setelah penyelidikan yang mendalam, Habib Bagir merasa sangat terkejut karena ternyata wujud Kiai Hamid yang asli sedang berada di Makkah. Maasya Allah…

Kemudian dalam kisah yang lain diceritakan datang seorang Habib Sepuh menemui kediaman beliau, kala itu Habib tersebut menanyakan tentang cerita yang beredar mengenai digantikannya beliau oleh sesosok gaib yang menyerupainya.

Saat itu Kiai Hamid diam dan tidak menjawab, akan tetapi beliau hanya langsung memegang Habib sepuh tersebut. Sontak Habib sepuh tadi sangat terkejut, karena seketika beliau melihat suasana di sekitar mereka berubah menjadi bangunan masjid yang sangat megah. Subhanallah, ternyata Habib sepuh tadi diajak oleh Kiai Hamid mendatangi Masjidil Haram.

 

Karomah Abah Anom

Abah Anom
Abah Anom. (Dok Pesantren Suryalaya)

Abah Anom yang memiliki nama asli KH Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin merupakan salah satu ulama dari tanah sunda yang sangat diakui keilmuan dan kesaktiannya. Beliau juga adalah pimpinan dari salah satu pesantren terbesar yang ada di Jawa Barat yaitu Pondok Pesantren Suryalaya.

Mengenai kesaktian dan karomahnya, banyak sekali cerita-cerita tentang kesaktian beliau yang tersebar di masyarakat sunda, khususnya bagi kaum sarungan.

Dikisahkan pada suatu hari, Abah Anom kedatangan seorang tamu beserta para ajudannya. Tamu tersebut bukanlah orang biasa, melainkan seorang kapten yang dikenal dengan kehebatan dan kesaktiannya. Saat itu sang kapten memang berniat untuk adu kehebatan dan kesaktian dengan Abah Anom, sebab dia telah mendengar kabar kesaktian Abah Anom, dan tertantang untuk menandingi kesaktian Sang Abah.

Tatkala sudah berada di hadapan Abah Anom, kapten tersebut mengambil sebuah batu besar yang ada di kantongnya yang memang sudah dipersiapkan sebelumnya. Kemudian batu itu lantas diletakkan di tangannya. Dengan sekali pukulan saja, kapten tersebut berhasil menjadikan batu tersebut terbagi dua. Setelah itu, sang kapten dengan angkuhnya menyerahkan batu kali yang lain pada Abah Anom supaya beliau memperlihatkan kemampuannya.

Saat menerima batu kali tersebut, Sang Abah hanya tersenyum saja. Seketika batu yang ada di hadapan Abah langsung diremas oleh beliau. Dalam waktu yang singkat, dengan kesaktiannya batu besar tersebut berubah menjadi butiran tepung halus. Tentu saja melihat peristiwa ini, kapten yang sombong tersebut merasa kaget dan seolah tak percaya.

Tak lama berselang sang Abah meminta kepada santrinya untuk diambilkan segelas air yang didalamnya terdapat seekor ikan. Kemudian gelas berisi ikan itu diberikan Abah kepada si kapten. Masih dengan wajah yang akung, si kapten langsung bergaya bak orang yang memancing. Tak berlangsung lama ikan yang ada di dalam gelas benar-benar terpancing dengan gaya si kapten. Atas hal ini si Kapten tersebut semakin menyombongkan dirinya.

Berikutnya giliran Abah Anon yang beraksi. Dengan santainya beliau hanya memberi isyarat dengan jari telunjuknya, namun tiba-tiba saja ikan yang ada di dalam gelas tersebut keluar dari dalam gelas dan langsung menempel dengan jari telunjuknya, seolah-olah jari telunjuk beliau adalah kail untuk memancing.

Setelah peristiwa ini, si kapten yang sombong tersebut merasa malu dan mengakui kekalahannya. Selain itu kapten tersebut akhirnya bertaubat dan menjadi santri di pesantren milik Abah Anom.

 

Karomah Kiai Kholil Bangkalan

Syaikhona Kholil Bangkalan, gurunya para kiai di Indonesia, terutama Jawa. (Foto: Istimewa via Laduni.id)
Syaikhona Kholil Bangkalan, gurunya para kiai di Indonesia, terutama Jawa. (Foto: Istimewa via Laduni.id)

Syaikh Kholil Bangkalan adalah seorang ulama besar dari Tanah Madura yang diakui kealiman, kefaqihan, dan keluhuran ahlaknya. Beliau juga adalah gurunya para ulama di masanya. Banyak ulama besar yang berguru kepada beliau, diantara murid beliau yang paling terkenal adalah KH Hasyim Asy’ari.

Selain masyhur karena ilmunya, Mbah Kholil pun masyhur dengan kesaktian dan karomah-karomahnya. Salah satu karomahnya yang paling terkenal di kalangan santri adalah saat beliau dimasukkan ke dalam penjara.

Dikisahkan saat Belanda masih menjajah Indonesia, beberapa dari pejuang kemerdekaan ada yang bersembunyi di dalam pesantren milik Syaikh Kholil. Saat ini kabar ini terdengar ke telinga para kompeni, mereka langsung bergegas menuju pesantren Syaikh Kholil untuk menangkap para pejuang tersebut.

Namun ternyata setelah sampai di pesantren tersebut, mereka tidak menemukan satu orang pejuang pun, mereka hanya menemukan Syaikh Khalil seorang diri. Akhirnya kompeni pun menangkap dan memasukkan Syaikh Khalil ke dalam penjara, dengan harapan para pejuang itu menyerahkan diri untuk menggantikan posisi Syaikh Khalil.

Saat Syaikh Kholil telah berada di dalam jeruji besi, pihak kompeni mulai merasakan berbagai hal diluar nalar. Pintu sel penjara, baik milik Syaikh Kholil atau tahanan yang lain saat itu tidak bisa dikunci. Karena itu, seluruh sel tahanan dalam keadaan terbuka terus-menerus. Akibatnya kompeni harus berjaga siang dan malam secara terus-menerus. Sebab jika dibiarkan, tentu para tahanan tersebut bisa kabur dengan sangat mudah.

Selain itu ketika Syaikh Kholil berada di dalam penjara, setiap harinya datang ribuan masyarakat Madura untuk menjenguk Syaikh Khalil. Mereka datang untuk bersimpati kepada Syaikh Khalil dan berbagai tujuan lainnya, ada yang memberikan makanan, meminta nasihat, dan ada juga yang menawarkan diri untuk bergabung di penjara bersama Syaikh Kholil.

Melihat gelombang massa yang semakin besar tiap harinya serta pintu sel yang tak bisa ditutup, maka Belanda pun pusing tujuh keliling memikirkan hal ini. Akhirnya daripada mempersulit diri sendiri, Belanda pun membebaskan Syaikh Kholil.

Penulis: Nugroho Purbo

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya