Asal Usul Tradisi Baca Yasin di Malam Jumat, Kisah Pak Tua di Alam Kubur yang Tak Rebutan Kiriman 'Doa'

KH Ahmad Bahaudin Nursalim atau Gus Baha mengeritik praktik yasinan dan tahlilan akhir-akhir ini yang menurutnya keliru

oleh Musthofa Aldo diperbarui 07 Mar 2024, 14:41 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2023, 02:00 WIB
17 Tahun Tsunami Aceh, Warga Berziarah ke Kuburan Massal
Seorang wanita berdoa saat memperingati 17 tahun musibah gempa dan tsunami di Taman Peringatan Tsunami Siron di Siron, provinsi Aceh (26/12/2021). Tsunami Aceh pada 2004 merenggut nyawa lebih dari 170.000 orang di Indonesia saja. (AFP/Chaideer Mahyuddin)

Liputan6.com, Jakarta - Bila malam Jumat tiba, salah satu tradisi dalam masyarakat Nahdlatul Ulama adalah membaca surat Yasin yang pahalanya dihadiahkan kepada keluarga yang telah meninggal dunia.

Selain berdasar pada hadis Tradisi baca Yasin ini salah satunya didasarkan pada kitab Ianatut Tholibin karangan Sayyid Abu Bakar Syatha.

Dalam kitab itu, Ulama kelahiran Makkah tahun 1848, bercerita bahwa dia pernah bermimpi berada di alam Barzah.

Di alam setelah kematian itu, dia melihat banyak arwah berebut kiriman doa umum. Kecuali seorang tua yang tetap santai dan tak ikut rebutan.

Syekh Syatha pun bertanya pada bapak tua itu, kenapa dia tak ikut berebut kiriman doa umum.

"Saya tak ikut berebut karena rutin mendapat kiriman pahala surah yasin dari anak saya yang berjualan di pasar," jawab dia.

Syekh Syatho kemudian pergi ke pasar yang dimaksud Pak Tua itu. Dan ternyata benar, di sana ada anaknya berjualan sayur. Dia mengaku memang rutin membacakan yasin untuk bapaknya setiap malam Jumat.

Beberapa bulan kemudian, Syekh Syatho bermimpi lagi tentang alam Barzah. Dia melihat lagi Pak Tua itu dan kini ikut berebut kiriman doa.

Syekh Syatha pun kembali bertanya pada pak tua itu, kenapa dia kini ikut berebut doa? Dia menjawab ikut berebut doa umum karena anaknya telah meninggal dunia. Sehingga tidak ada lagi kiriman doa.

Mendengar itu, Syekh Syatha mendatangi lagi pasar itu dan ternyata anak si bapak itu memang telah meninggal dunia.

Mimpi Syekh Syatha ini adalah bukti bahwa kiriman doa kepada leluhur itu sampai. Kiriman doa yang tak sampai adalah di alam akhirat. Sementara alam barzah bukan alam akhirat. Barzah adalah alam di antara dunia dan akhirat.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Praktik Baca Yasin dan Tahlil yang Keliru

Tradisi Ziarah Kubur Saat Lebaran
Warga berdoa saat berziarah di TPU Karet Pasar Baru Barat, Jakarta, Sabtu (16/6). Ziarah kubur atau "nyekar" pada hari raya lebaran merupakan salah satu tradisi umat muslim untuk mendoakan sanak keluarga yang meninggal dunia. (Liputan6.com/Arya Manggala)

KH Ahmad Bahaudin Nursalim atau Gus Baha mengeritik praktik yasinan dan tahlilan akhir-akhir ini yang menurutnya keliru.

Bila ada orang meninggal, umumnya yang baca tahlil dan Yasin adalah para tetangga. Sementara anak dan keluarga almarhum tidak ikut baca. Kadang malah asyik mengobrol di luar rumah.

"Zaman Akhir ini mulai agak ngawur, kalau ada acara (tahlilan) orang lain disuruh baca, tapi anak-anak (almarhum) cuma keluar masuk nggak ikut baca. Saya jamin itu keliru," terang Gus Baha dalam sebuah cuplilan video di TikTok.

Bila Gus Baha kebetulan sedang memimpin tahlilan di tetangga dan kemudian menemukan situasi tersebut, pengasuh Pondok Pesantren LP3IA Narukan, Kabupaten Rembang ini akan langsung menegur anak atau keluarga almarhum bila tak ikut baca yasin dan tahlil.

"Itu bapakmu yang meninggal, kok orang lain disuruh baca," Terang dia lagi.

Ulama yang hafal alquran kemudian menukil hadis yang menerangkan bahwa apbila manusia mati, maka semua amalnya akan terputus kecuali tiga perkara. Pertama sedekah jariyah, kedua ilmu yang bermafaat dan ketiga doa anak yang saleh.

"Riwayatnya jelas, doa yang terkabul itu doa anak, tapi kok malah nggak ikut baca," jelas Gus Baha.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya