Menkominfo Wacanakan Pungut Pajak Judi Online, Ini Peringatan Ketum PP Muhammadiyah

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir berpesan agar pemerintah mengutamakan tanggung jawab kebangsaan di atas pragmatisme ekonomi, menanggapi wacana pemungutan pajak untuk judi online (slot) yang sempat dilontarkan Menkominfo Budi Arie Setiadi

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Sep 2023, 22:30 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2023, 22:30 WIB
Akun resmi YouTube DPR RI kini tengah menyiarkan siaran langsung judi online (slot) karena dibajak atau hack.
Akun resmi YouTube DPR RI kini tengah menyiarkan siaran langsung judi online (slot) karena dibajak atau hack. (Nila Chrisna/Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir berpesan agar pemerintah mengutamakan tanggung jawab kebangsaan di atas pragmatisme ekonomi.

Hal ini dia sampaikan menanggapi wacana pemungutan pajak untuk judi online (slot) yang sempat dilontarkan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi dalam Rapat Kerja dengan Komisi I DPR, di Jakarta, Senin (4/9).

Wacana pajak judi online dimunculkan Menkominfo mengingat aliran uang yang ‘terbang ke luar negeri’ lewat judi online mencapai US$9 miliar atau sekitar Rp150 triliun.

Alih-alih memanfaatkan potensi pajak dari judi online, Haedar berharap pemerintah melaksanakan tanggung jawab moral sesuai pedoman Pancasila dengan menutup akses judi atau bahkan memblokirnya.

“Ya terserah lah, kebijakan-kebijakan yang lebih memblokir, lebih ya tidak memberi ruang yang leluasa,” kata dia pasca acara di Fakultas Hukum UII, Sleman, Kamis (7/9), dikutip dari laman Muhammadiyah, Sabtu (9/9/2023).

“Pokoknya semuanya (kebijakan) harus di atas tanggung jawab sosial kebangsaan yang lebih luas. Jangan sampai malah itu membawa mafsadat, membawa mudarat bagi masa depan bangsa,” imbuhnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Tanggung Jawab Kebangsaan

Judi Slot Online
Ilustrasi judi slot online.

Selain bertentangan dengan konteks Keindonesiaan, wacana-wacana pragmatis seperti itu kata Haedar justru menimbulkan pertanyaan mengenai komitmen para pejabat negara untuk menjalankan amanat pemerintahan sesuai pedoman Pancasila.

“Itulah kemudian yang menimbulkan opini kuat di kalangan umat beragama bahwa satu sisi (negara) begitu sensitif terhadap polemik dan ekspresi umat beragama, sementara di sisi lain memberikan kelonggaran kepada hal-hal yang berpotensi menimbulkan masalah bagi moralitas, eksistensi, serta masa depan generasi muda,” kritiknya.

“Mohon juga langkah-langkah seperti ini dikaji secara seksama dan sebaiknya berbagai institusi instansi pemerintah kementerian lebih mengagendakan kebijakan-kebijakan yang produktif, kondusif, konstruktif, positif bagi masa depan Indonesia,” pesan Haedar.

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya