Liputan6.com, Jakarta - Perang di Jalur Gaza antara Hamas dan Israel telah menewaskan 4.651 warga Palestina. Dari jumlah ini, sekitar 1.765 korban di antaranya adalah anak-anak.
Baca Juga
Advertisement
Perang ini dipicu serangan Hamas yang menembakkan ribuan roket ke wilayah Israel. Israel kemudian membalasnya dengan serangan udara ke jalur Gaza, 7 Oktober lalu.
Serangan balasan Israel ini membabi buta. Mereka mengebom rumah sakit dan gereja. Hingga menyebabkan banyak warga sipil Palestina menjadi korban.
Tak hanya itu, Israel juga memblokade jalur darat. Hal ini membuat bantuan kemanusiaan internasional tak bisa masuk ke jalur Gaza untuk membantu para warga sipil yang menjadi korban perang.
Prihatin dengan kondisi di jalur Gaza, ratusan siswa SMA Negeri 4 Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, menggelar salat gaib mendoakan warga Palestina, Senin (23/10).
"Hari senin biasanya upacara, hari ini kami ganti dengan istighasah dan sholat ghaib untuk warga Palestina," kata Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Bangkalan, Hendrik Dewantara.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Salat Gaib
Istighasah untuk Palestina ini digelar di halaman sekolah. Siswa dibagi dua shaf laki-laki dan perempuan. Dipimpin Achmad Nasihin, guru agama sekolah itu, banyak siswa yang khusyuk hingga berurai airmata.
Dalam islam istighosah adalah salah satu cara meminta pertolongan kepala Tuhan yang maha Esa.
Dalam konteks perang di Gaza, istighasah ini dimaksudkan agar Tuhan senantiasa memberikan kekuatan dan menghilangkan kesedihan warga Palestina yang terdampak perang.
Setelah istighosah, dilanjutkan pelaksanaan salat goib berjamaah untuk warga Palestina yang tewas dalam perang tersebut. Salat ini hanya diikuti siswa laki-laki.
"Sedih sekali melihat video tentang Palestina. Banyak anak-anak jadi korban. Semoga saudara kami di sana senantiasa diberi keselamatan dan kebahagiaan," kata Hesti Ningsih, seorang siswi.
Advertisement
Sejarah Konflik Palestina dan Israel
Konflik Palestina dan Israel telah berlangsung lebih 100 tahun sejak 2 November 1917.
Mulanya adalah Deklarasi Balfour. Istilah ini merujuk surat dari Menteri Luar Negeri Inggris saat itu, Arthur Balfour, kepada seorang tokoh komunitas Yahudi Inggris, Lionel Walter Rothschild.
Surat berisi 67 kata itulah yang menjadi petaka bagi warga Palestina. "mendirikan rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina" dan memfasilitasi "pencapaian tujuan ini," Demikian isi surat tersebut.
Setelah adanya mandat Inggris ini, antara tahun 1923 dan hingga 1948. Inggris memfasilitasi migrasi massal orang Yahudi. Di mana terjadi gelombang kedatangan yang cukup besar pasca-gerakan Nazi di Eropa.
Dalam gelombang migrasi ini, mereka menemui perlawanan dari warga Palestina. Warga Palestina khawatir dengan perubahan demografi negara mereka dan penyitaan tanah mereka oleh Inggris untuk diserahkan kepada pemukim Yahudi.