Gus Iqdam Meleleh, Jemaah Ini Selalu Ajak Ibu dan Ayahnya yang Buta ke Pengajian

Tak seperti biasanya Gus Iqdam dalam tayangan YouTube terlihat sangat serius bercakap-cakap dengan salah seorang jemaahnya. Diketahui nama jemaahnya itu ialah Hari.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Okt 2023, 00:30 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2023, 00:30 WIB
GUS iqdam singapura
Gus Iqdam dan Bu Enik saat dialog dan diskusi soal keberangkatan ke Singapura (TikTok)

Liputan6.com, Cilacap - Tak seperti biasanya Gus Iqdam dalam tayangan YouTube terlihat sangat serius bercakap-cakap dengan seorang jemaahnya. Bukan cuma serius, mata Gus Iqdam terlihat sedikit merah dan berkaca-kaca.

Isi dialognya pun membuat seluruh jemaah yang hadir tak terasa meneteskan air mata. Hari tidak secara langsung menceritakan kisah sedihnya. Ia hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Gus Iqdam.

Nama jemaahnya itu ialah Hari. Ternyata, ia selalu mengajak dan membonceng ayahnya yang buta dan ibunya ketika berangkat ke pengajian Gus Iqdam. Hari yang selalu mengajak ayah dan ibunya mengikuti pengajian ini mengingatkan kepada salah seorang sahabat Nabi SAW yang bernama Uwais al-Qarni. 

Uwais al-Qarni rela menggendong ibunya yang buta dan sudah renta demi mewujudkan keinginan ibundanya untuk berangkat haji. Padahal jarak tempat tinggalnya menuju tanah suci Mekah al-Mukarramah mencapai ribuan kilometer.

“Sampeyan rumahnya mana?” tanya Gus Iqdam dikutip dari tayangan YouTube RoyKurochman, Minggu (22/10)

“Sadeng,” jawab ayah Hari.

“Ikut ngaji di sini sudah berapa bulan?” tanya Gus Iqdam.

“satu tahun,”

“Rumahnya mana,” Gus Iqdam mengulangi pertanyaannya

“Sadeng, Karangbendo,” jawabnya.

"Kecamatannya,” tanya Gus Iqdam

“Ponggok,” jawabnya singkat.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Bonceng Ibu dan Ayahnya yang Buta

Hari dan Ayahnya yang Buta (Tangkap Layar YouTube Santri Mbeling / Khazim Mahrur)
Hari dan Ayahnya yang Buta (Tangkap Layar YouTube Santri Mbeling / Khazim Mahrur)

Seperti biasanya, Gus Iqdam kerap menanyakan perihal kedatangan jemaahnya ini sendirian atau bersama yang lainnya. Mendengar jawaban dari Hari, Gus Iqdam tertegun sebab ia rela membonceng ayah dan ibunya

“Datang ngaji ke sini orang berapa?” dikutip dari tayangan YouTube RoyKurochman, Minggu (22/10)

“Tiga,” jawab Hari singkat.

“Satu lagi dengan siapa,” tanya Gus Iqdam lagi.

“Ibu,” jawabnya

“Itu istiqamah, naik apa?” tanya Gus Iqdam penasaran

“Sepeda motor,” jawabnya

“Sepeda motor bertiga,” sergah Gus Iqdam.

Gus Iqdam Doakan Hari Bisa Menggandeng Ayah dan Ibunya Masuk Surga

Ilustrasi surga indah (sumber: Freepik)
Ilustrasi surga indah (sumber: Freepik)

Gus Iqdam menegaskan bahwa jemaahnya bukan hanya para ‘garangan’ atau anak-anak nakal saja, melainkan ada juga yang baik. Mereka datang ikhlas hendak ngangsu kaweruh atau menimba ilmu pengetahuan dan juga mengharapkan ridlo Allah SWT.

“Tidak semua yang ngaji di sini orang nakal atau mantan orang nakal. Ini untuk memotivasi kalian. Saya tidak bohong,” terangnya kepada jemaah yang hadir.

“Namamu siapa?” tanya Gus iqdam.

“Hari,” jawabnya.

Saking terharunya, Gus Iqdam mendoakan agar kebersamaannya dengan ayah dan ibunya bukan di dunia saja melainkan sampai di akhirat dan masuk surga bersama-sama.

“Jadi kamu itu mbonceng ayahmu dan ibumu, mudah-mudahan kamu bisa menggandeng ayah dan ibumu ke surga,” tutur Gus Iqdam. Terlihat dalam tayangan itu mata Gus Iqdam berkaca-kaca.

Ayahnya Buta Sejak Kecil

Hari dan Ayahnya yang Buta di pengajian Gus Iqdam (Tangkap Layar YouTube Santri Mbeling / Khazim Mahrur)
Hari dan Ayahnya yang Buta di pengajian Gus Iqdam (Tangkap Layar YouTube Santri Mbeling / Khazim Mahrur)

Gus Iqdam menanyakan perihal Hari kerap menuntun ayahnya ketika menghadiri pengajiannya.  

“Bapakmu itu setiap ngaji dituntun, kenapa, sakit apa?” tanya Gus Iqdam.

“matanya buta,” jawab Hari

“Dari kecil atau baru saja?” tanya Gus Iqdam lagi.

“Dari kelas 2 SD,” sahut ayahnya.

“Tidak bisa melihat?” timpal Gus Iqdam.

“iya,” Jawab Hari Singkat

Pengasuh Majelis Ta’lim Sabilu Taubah ini lantas memberikan nasihat kepada semua jemaah yang hadir agar bisa istiqamah mengikuti pengajiannya. Tidak boleh ada yang merasa sudah pintar, sebab ini akan menyebabkan terkuncinya ilmu pengetahuan dan terbukanya kebodohan.

"Saya ini bodoh, makanya saya istiqomah setiap malam selasa shalawatan. Karena saya sadar, saya ini tidak pinter (mendo), trus imannya juga tipis. Makanya seminggu 2 kali saya rutinan, malam Jumat shalawatan," terangnya.

Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya