Keutamaan Qurban Kambing Tak Tergantikan Sapi atau Hewan Lain, Kata Gus Baha

Ulama ahli tafsir Al-Qur'an, Gus Baha menegaskan lebih memilih beribadah qurban kambing untuk satu orang daripada qurban sapi patungan. Salah satunya karena keutamaan qurban kambing yang tak tergantikan hewan kurban lain, misalnya sapi atau kerbau

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 23 Apr 2024, 02:00 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2024, 02:00 WIB
KH. Ahmad Bahauddin (Gus Baha)
KH. Ahmad Bahauddin / Gus Baha (Instagram)

Liputan6.com, Jakarta - Ibadah Qurban telah disyariatkan dalam Islam. Para ulama berbeda pendapat tentang hukum kurban, ada yang mengatakan wajib dan ada pula yang berpendapat sunnah.

Terlepas dari perbedaan hukum qurban, Allah telah memerintahkan ibadah qurban. Dua di antaranya dalam surah Al-Kautsar dan Al-Hajj.

 “Sesungguhnya Kami (Allah) telah memberikan engkau (Muhammad) nikmat yang banyak, maka salatlah kamu karena Tuhanmu dan sembelihlah (kurbanmu)” (QS. Al-Kautsar: 1-2).

“Dan unta-unta itu Kami jadikan untuk-mu bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makanlah orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu, agar kamu bersyukur” (QS. Al Hajj: 36).

Di Indonesia sendiri, ada sejumlah hewan kurban yang populer. Di antaranya kambing atau domba dan sapi (kerbau).

Dari sejumlah pilihan itu, ulama ahli tafsir Al-Qur'an, KH Ahmad Bahauddin Nursalim Al-Hafidz menegaskan lebih memilih beribadah qurban kambing untuk satu orang daripada qurban sapi patungan.

Gus Baha, demikian dia biasa disapa, memiliki alasan yang kuat. Hal itu menimbang berbagai perspektif, mulai fiqih hingga sejarah qurban.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Nabi Ismail Diganti Kambing, Bukan Hewan Lainnya

Salon kambing di Cilacap melayani creambath. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Salon kambing di Cilacap melayani creambath. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

"Menurut pendapat saya kayaknya memang kalau sama-sama, tujuh orang dengan satu sapi dibandingkan satu orang satu kambing, saya lebih ikut pendapat yang mengatakan lebih baik milih kambing," jelas Gus Baha saat berkesempatan ngobrol santai bersama Prof Quraisy Shihab di kanal Youtube Najwa Shihab, dikutip Senin (22/4/2024) via kanal Keislaman NU Online.

Gus Baha mengemukakan, pendapat yang disampaikannya itu merupakan pendapat mayoritas ulama. Hal tersebut termaktub di kitab-kitab klasik yang membahas tentang fiqih.

Selain itu, dalam sejarah kurban yang menceritakan tentang peristiwa kurban Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, Allah mengganti Nabi Ismail dengan kambing, bukan hewan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kambing lebih dipilih Allah.

"Dalam kitab-kitab fiqih, memang kambing lebih utama dibandingkan sapi. Dalam banyak pendapat ulama. Alasannya lebih privat," terang ahli fiqih ini.

Logika sederhana Gus Baha, jika kambing tidak lebih baik dari hewan lain, maka tentu Allah tidak mengganti Nabi Ismail dengan kambing ketika peristiwa kurban tersebut.

Kurban seekor kambing untuk satu orang juga menandakan sikap ksatria. Tidak bergantung kepada yang lainnya.

"Andaikan di sana ada hewan yang lebih baik, tentunya Allah milih selain kambing. Ini alasannya ulama kalau di kitab-kitab fiqih memang kambing lebih utama ketimbang sapi, alasan lainnya lebih privat," tegas Gus Baha.

Tidak hanya itu, kata Gus Baha, Rasulullah juga berkurban kambing sehingga dari kisah tersebut banyak ulama yang berpendapat lebih memilih kambing untuk kurban dibandingkan hewan lainnya.

Tergeser Tren Baru

Raffi Ahmad kurban
""BISMILLAH !! QURBAN PERTAMA CIPUNG, RAFFI POTONG SENDIRI SAPI 1.1 TON, NAGITA JADI SAKSI," tulis judul videonya. [Youtube/Rans Entertainment]

Namun, sikap Nabi dan pendapat para ulama tentang keutamaan kurban kambing tersingkir oleh sikap gaya-gayaan kehidupan masyarakat. Ada juga yang beralasan karena daging kambing membuat darah tinggi naik dan efek samping lainnya.

Padahal menurutnya, jika daging kambing dimakan dalam batasan tertentu tidak menimbulkan efek samping. Dampak dari sikap masyarakat tersebut tidak biasa, banyak masyarakat yang awalnya kurban kambing sendirian berubah kurban sapi dengan cara iuran bersama temannya.

Padahal sebelumnya kurban kambing. Banyak juga masyarakat yang tidak mau menerima daging kambing karena alasan kesehatan.

"Semenjak ada gaya-gayaan, di daerah kami semenjak banyak pegawai negeri, orang mapan atau orang kelas menengah, itu menganggap kambing sebuah problem, karena darah tinggi. Ini membuat daging kambing itu susah dibagikan. Semenjak itu mulai ada tren iuran sapi, jadi yang terus menjadi ragu itu ya itu," tutur Gus Baha.

Hikmah Disyariatkannya Qurban

Pemotongan Hewan Kurban di RPH  Dharma Jaya
Aktivitas petugas penyembelihan hewan kurban di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Dharma Jaya, Jakarta, Rabu (21/7/2021). Pemotongan hewan qurban saat pandemi sekarang ini mengalami kenaikan sekitar 30 persen penerimaan hewan kurban pada Idul Adha 1442 H. (merdeka.com/Imam Buhori)

Sementara itu, melansir muhammadiyah.or.id, hikmah disyariatkannya berkurban antara lain:

Pertama, sebagai ungkapan  syukur  kepada  Allah  yang  telah  memberikan  ni’mat  yang banyak kepada kita.

Kedua, bagi orang yang beriman kepada Allah, dapat mengambil pelajaran dari keluarga Nabi Ibrahim, yaitu: kesabaran Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail ketika keduanya menjalankan perintah Allah, dan mengutamakan ketaatan kepada Allah dan mencintai-Nya dari mencintai dirinya dan anaknya.

Ketiga, sebagai realisasi ketakwaan seseorang kepada Allah.

Keempat, membangun kesadaran tentang kepedulian terhadap sesama, terutama terhadap orang miskin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya