Jalan Tak Terduga yang Sebabkan Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani Jadi Rajanya Para Wali

Jalan ini menyebabkan Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani mendapatakan gelar sultanul awliya.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Mei 2024, 00:30 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2024, 00:30 WIB
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani (Sumber: Kemenag)
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani (Sumber: Kemenag)

Liputan6.com, Cilacap - Nama Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani atau ada sebagian yang menyebut nama belakangnya dengan Al-Jailani rupanya untuk mencapai derajat wali ini mempempuh jalan yang tak dapat diduga sama sekali oleh orang lain.

Waliyullah tersohor berjuluk shultanul awaliya atau Rajanya para wali ini menempuh jalan suluk yang tidak sebagaimana wali lain melakukannya.

Dalam mencapai maqam ma’rifatullah dan menggapai keridlaan-Nya, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani tidak menempuh jalan ibadah sholat sunah tengah malam dan puasa sunah.

Namun jalur untuk mencapai kemuliaan itu sejatinya merupakan jalan yang sebenarnya siapa saja bisa melaksanakan. Akan tetapi perlu ketabahan, istiqamah dan terpenting ialah ikhlas yang semata-mata mengharap keridlaan Allah SWT.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Amalan yang Sebabkan Syekh Abdul Qadir Al-Jilani Jadi Wali

Ilustrasi masjid, Islami
Ilustrasi masjid, Islami. (Photo created by kjpargeter on www.freepik.com)

Menukil nu.or.id, Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi mengutip perkataan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani terkait amalan, ibadah, suluk yang ditempuhnya dalam mencapai derajat wali Allah.

Sayyid Bakri mengutip jalan berbeda yang dijalani Syekh Abdul Qadir Al-Jailani sehingga ia mencapai maqam makrifatullah yang dicintai Allah.

قال سيدي عبد القادر الجيلاني رضي الله عنه ما وصلت إلى الله تعالى بقيام ليل ولا صيام نهار ولكن وصلت إلى الله تعالى بالكرم والتواضع وسلامة الصدر

Artinya, “Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan, ‘Aku tidak sampai kepada Allah ta’ala dengan shalat malam dan puasa sunnah siang hari. Tetapi aku sampai kepada-Nya dengan kemurahan hati, ketawadhuan, dan keselamatan batin,’” (Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya, [Indonesia, Al-Haramain Jaya: tanpa tahun], halaman 13).

Keragaman Jalan Menuju Derajat Waliyullah

Ilustrasi bulan purnama, masjid, Islami
Ilustrasi bulan purnama, masjid, Islami. (Photo by Yasir Gürbüz from Pexels)

Sayyid Bakri mengutip perkataan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani ketika menerangkan nazham karya Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari yang menyebutkan keragaman jalan spiritual dan suluk yang ditempuh masing-masing orang dalam bertaqarrub kepada Allah.

ولكل واحدهم طريق * يختاره فيكون من ذا واصلا كجلوسه بين الأنام مربيا * وككثرة الأوراد كالصوم الصلا وكخدمة للناس والحمل الحطب * لتصدق بمحصل متمولا

Artinya, “Setiap orang dari mereka menempuh jalan * yang dia pilih sehingga ia menjadi orang sampai (kepada Allah)//seperti duduk di tengah masyarakat memberi petunjuk * dan kebanyakan wirid seperti puasa dan shalat//seperti khidmah kepada orang (ahli fiqih, orang saleh, ahli agama) dan memikul kayu bakar * untuk disedekahkan hasil yang dikembangkannya,” (Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari, Hidayatul Adzkiya ila Thariqil Ashfiya pada hamisy Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya: 13).

Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari pada nazhamnya dengan jelas menyebutkan bahwa jalan taqarrub masing-masing orang bisa jadi berbeda satu sama lain. Keragaman jalan spiritual (yang menunjukkan keluasan rahmat Allah dan sering tak terduga) itu bermuara pada satu tujuan, yaitu wushul ilallah atau makrifatullah. Wallahu a’lam.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya