Agar Tak Mudah Putus Asa, Simak 5 Nasihat Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani saat Hadapi Kefakiran

Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani memberikan petuah atau nasihat agar kita selalu tegar ketika hidup dalam kefakiran atau kemiskinan.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Jun 2024, 11:30 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2024, 11:30 WIB
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani (Sumber: Kemenag)
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani (Sumber: Kemenag)

Liputan6.com, Cilacap - Siapapun tentu saja tidak menginginkan hidup fakir atau miskin. Meski demikian, kita semua tidak mampu menghindari kehidupan tersebut, jika memang kita telah ditakdirkan untuk merasakan hidup dalam kefakiran.

Namun, ada beberapa cara atau upaya supaya kita tidak mudah putus asa dalam menjalani hidup fakir atau kemiskinan.

Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani yang tersohor dengan julukan rajanya para wali (sulthanul awliya) memberikan petuah atau nasihat tatkala kita menghadapi kehidupan yang pahit ini.

Nasihat Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani berharga inilah yang mampu menolong kita dan menjembatani kehidupan kita agar mampu hidup tegar di tengah-tengah kesulitan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Nasihat Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani

kemiskinan-ilustrasi-140102b.jpg
kemiskinan-ilustrasi-140102b.jpg

Menukil NU Online, Syekh Abdul Qadir Jailani mengungkapkan sejumlah adab yang mesti dilakukan seseorang ketika menghadapi kefakiran. Seorang fakir yang mengeluh dan meratapi nasibnya dinilai sebagai perbuatan sia-sia yang tidak ada manfaatnya. Mengingat hal tersebut, Syekh Abdul Qadir menyarankan agar orang fakir bisa menikmati kefakirannya melebihi orang kaya yang menikmati kekayaannya.

ومن شرطه أن يكون قلبه أقوى بصفاء الحال عند خلو يده من المال، فكلما قل الفتوح كثر طيب قلبه وقوته ونوره، وازداد فرحه بشعار الصالحين

Artinya: “Di antara syarat orang fakir adalah memiliki hati yang kuat dan bersih ketika tidak memiliki apa-apa di tangannya. Semakin sedikit rezeki yang diperoleh, semakin baik pula hati, kekuatan, dan cahayanya, serta semakin senang dengan nasihat orang-orang saleh.” (Syekh Abdul Qadir Jailani, Al-Ghunyah li Thâlibi Tharîqil Ḫaq [Beirut: Darul Kutub Ilmiyah, 1997] Juz II, halaman 291)

Sebaliknya, jika kefakiran malah membuat seseorang menjadi gelap mata, mengeluh, bahkan sampai geram pada Allah, maka sesungguhnya ia telah terpedaya dan melakukan dosa besar sehingga harus segera bertobat dan beristighfar memohon ampunan kepada-Nya.

Menurut Syekh Abdul Qadir Jailani, seorang fakir sejati adalah orang yang hatinya tenang dan yakin pada Allah dalam masalah rezeki di tengah banyaknya anggota keluarga yang harus dinafkahi. Ia tetap bekerja keras mencari rezeki halal dan meyakini bahwa Allah akan memberikan rezeki kepada keluarganya melalui tangannya sendiri atau tangan orang lain.

Lakukah Hal Ini

Ilustrasi Kemiskinan
Ilustrasi kemiskinan. (Gambar oleh Aamir Mohd Khan dari Pixabay)

Berikut ini adalah 5 cara  yang harus dilakukan seseorang ketika berada dalam kefakiran menurut Syekh Abdul Qadir Jailani:

1. Tidak bingung

Seorang fakir hendaknya tidak bingung memikirkan rezeki untuk esok hari. Kepentingannya hanya untuk hari ini dan tidak berangan-angan rezeki esok hari. Walaupun masih misteri tapi tetap yakin bahwa Allah telah menyiapkan rezeki untuk esok hari. Selain itu, seorang fakir juga mesti berkeyakinan bahwa rezeki yang didapatkan hari ini, itulah yang terbaik.

2. Mengingat kematian

Seorang fakir hendaknya selalu ingat dengan kematian yang bisa datang kapan saja. Dengan begitu, ia akan menikmati kefakirannya, menghilangkan angan-angan duniawi, dan fokus pada bekal yang disiapkan untuk kehidupan berikutnya. 3. Mandiri Bersikap mandiri, tidak bergantung dan mengharapkan pemberian dari orang lain adalah sikap mulia bagi seorang Muslim, terlebih bagi orang fakir.

3. Mandiri

Bersikap mandiri, tidak bergantung dan mengharapkan pemberian dari orang lain adalah sikap mulia bagi seorang Muslim, terlebih bagi orang fakir.

4. Tidak mengharap imbalan

Ketika kebutuhan keluarga telah tercukupi dan punya keinginan untuk berbagi dengan orang lain, apalagi berbagi dengan orang kaya, hendaknya diniati karena Allah dan tidak mengharapkan imbalan dari mereka. Bagi Allah, orang fakir yang mau berbagi jauh lebih baik dari orang kaya yang hanya mau menerima dan tidak mau berbagi.

5. Wara

Seorang fakir hendaknya memiliki wara, yaitu bersikap hati-hati terhadap hal-hal yang masih belum jelas status halalnya. Walaupun sedang terlilit ekonomi, seorang fakir harus tetap bekerja keras mencari rezeki halal serta tidak tergoda dengan barang haram dan kemaksiatan. Seorang ahli hikmah berkata:

من لم يصحبه الورع في فقره أكل الحرام وهو لا يدري

Artinya: "Barang siapa yang tidak memiliki sikap wara saat fakir, maka tanpa sadar ia akan memakan barang haram."

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya