Liputan6.com, Jakarta - Diantara kita kadang merasa bahwa doa yang senantiasa kita panjatkan siang dan malam tidak dikabulkan oleh Allah SWT.
Dengan hal tersebut tak jarang pula menjadikan seseorang menjadi kecewa, parahnya berpaling dari Allah SWT.
Merasa bahwa doa tidak dikabulkan bisa menjadi ujian bagi banyak Muslim. Perasaan ini dapat menimbulkan rasa putus asa atau keraguan, namun dalam ajaran Islam, penting untuk tetap berpegang pada keyakinan bahwa Allah SWT mendengar semua doa dan mengetahui yang terbaik bagi setiap hamba-Nya.
Advertisement
Padahal, Islam mengajarkan bahwa Allah SWT memiliki hikmah dalam setiap keputusan-Nya.
Ketika tampak doa tidak dikabulkan, bisa jadi Allah sedang menguji kesabaran dan keteguhan hati kita. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Doa Dikabulkan Bisa dengan Berbagai Cara, Ini Penjelasannya
Mengutip NU Online, Imam Al-Baijuri di dalam kitabnya Tuhfatul Murȋd ‘alȃ Jauharatit Tauhȋd mengungkapkan bahwa dikabulkannya doa itu bisa dengan berbagai macam cara.
Dalam kitab tersebut setidaknya beliau mengungkapkan 3 (tiga) macam cara Allah mengabulkan permintaan hamba-Nya (Al-Baijuri, Tuhfatul Murȋd ‘alȃ Jauharatit Tauhȋd [Kairo: Darus Salam], 2015: 255).
Pertama, ada kemungkinan doa dikabulkan oleh Allah sesuai dengan permintaan yang diajukan oleh sang hamba dalam waktu segera.
Ini berarti ketika seorang hamba memohon sesuatu kepada Allah, maka Allah memenuhi permintaanya tersebut sesuai dengan apa yang ia minta dan pada waktu yang cepat.
Bila sang hamba dalam keadaan sakit dan meminta untuk segera diberi kesembuhan, maka Allah berikan kesembuhan kepadanya segera.
Bila sang hamba meminta dilunasi utangnya, maka Allah kabulkan permintaan itu dengan terlunasinya utang dalam waktu yang tak lama. Dan sebagainya.
Apa yang diberikan Allah sama persis dengan apa yang diminta sang hamba.
Kedua, ada kalanya doa dikabulkan oleh Allah sesuai dengan permintaan yang diajukan oleh sang hamba namun tidak dalam waktu segera.
Allah menunda pemberian dan pengabulan permintaaan tersebut karena adanya kemaslahatan dan hikmah tertentu yang hanya diketahui oleh Allah saja.
Orang yang sakit meminta kesembuhan kepada Allah, umpamanya. Semestinya Allah memang hendak mengabulkan permintaannya, namun tidak sekarang.
Mungkin setelah satu atau dua tahun kemudian permintaan sang hamba baru dikabulkan, ia sembuh setelah sekian waktu lamanya.
Penundaan dikabulkannya doa oleh Allah ini bukan karena Allah enggan untuk memberi pada waktu segera sebagaimana yang dikehendaki oleh sang hamba.
Penundaan ini tidak lain karena Allah lebih tahu tentang hikmah, maslahat dan manfaat dikabulkannya doa pada waktu mendatang, bukan sekarang.
Advertisement
Habib Lutfi Berikan Gambaran Tak Dikabulkannya Doa
Tentang hal ini, Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya pernah memberikan sebuah gambaran di hadapan para muridnya.
Ada orang tua yang pulang ke rumah dengan membawa oleh-oleh makanan yang disukai oleh anaknya. Melihat hal itu sang anak bergegas meminta makanan yang dibawa oleh orang tuanya.
Namun oleh orang tua makanan itu tak segera diberikan, melihat tangan sang anak dalam keadaan kotor. Bukan karena sang orang tua tak mau memenuhi permintaan anaknya dengan memberi makanan tersebut.
Ia hanya ingin anaknya membersihkan dulu tangannya, sehingga ketika makanan itu diterima dan dimakan tidak berdampak negatif bagi dirinya. Demikian Habib Luthfi menggambarkan.
Pun demikian dengan penundaan Allah atas permohonan hamba-Nya. Janji Allah bahwa setiap permohonan akan dikabulkan adalah benar dan nyata.
Hanya saja bisa jadi Allah menundanya karena tahu persis bahwa bila permohonan itu dikabulkan saat itu juga, maka bukan manfaat dan maslahat yang akan diperoleh sang hamba, tapi sebaliknya madlarat yang akan didapatkannya.
Allah bisa saja sesegera mungkin mengabulkan permintaan hamba-Nya untuk menjadi kaya raya, misalnya.
Tapi ditunda karena Allah tahu bila sang hamba menjadi kaya saat ini maka ia tidak akan menjadi orang baik dengan kekayaannya.
Ia akan menjadi sombong, lebih banyak berhura-hura, lupa bersyukur dan memperbanyak ibadah, enggan untuk bersedekah dan lain sebagainya.
Allah akan memenuhi permohonan sang hamba, tapi Allah tahu saat ini ia belum siap menerimanya. Maka ditundalah pengabulan doanya.
Ketiga, bisa jadi sebuah doa dikabulkan oleh Allah tapi dalam bentuk yang lain, tidak sesuai dengan apa yang diminta oleh sang Hamba. Ini dikarenakan apa yang diminta oleh sang hamba sesungguhnya tak ada maslahat dan manfaat baginya, sedangkan apa yang diberikan Allah ada manfaat dan maslahat baginya.
Atau, bisa jadi apa yang diminta oleh sang hamba ada manfaatnya, namun apa yang diberikan Allah jauh lebih manfaat dan maslahat.
Seorang pelajar yang sangat ingin meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi namun terbentur minimnya biaya, ia berdoa memohon kepada Allah untuk bisa mendapatkan beasiswa.
Allah berkehendak mengabulkan permintaannya. Tapi bukan beasiswa yang diberikan kepada sang hamba.
Kepadanya Allah berikan pekerjaan yang dengannya ia dapat menghasilkan uang untuk membiayai pendidikannya, dan itu (dalam pandangan Allah SWT) bisa jadi jauh lebih manfaat bagi sang pelajar dari pada mendapatkan beasiswa.
Alhasil, keyakinan bahwa doa akan dikabulkan oleh Allah adalah suatu keharusan. Sedangkan bagaimana cara Allah mengabulkannya pastilah di sana ada kebaikan. Wallahu a’lam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul