Ketika Gus Dur Ngaji tentang Mempertuhankan Bukan Allah SWT

Gus Dur menyatakan, orang yang mempertuhankan Al-Qur'an, agama, atau moral bukan percaya Allah SWT. Ini penjelasannya

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Jul 2024, 14:30 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2024, 14:30 WIB
Bicara tentang kelakar Gus Dur tentunya banyak yang masih terkenang di ingatan masyarakat.
Gus Dur (Sumber Instagram/@nuonline_id)

Liputan6.com, Jakarta - KH Abdurrahman Wahid, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Dur, adalah seorang tokoh besar Indonesia yang dikenal dengan pandangan-pandangannya yang mendalam tentang toleransi dan kemanusiaan.

Dalam sebuah kutipan yang diunggah di Youtube kanal @Berkahsholawat232 dengan tagar #gusdur #gusdurquotes, Gus Dur memberikan pandangan yang mendalam mengenai bagaimana seharusnya kita memahami konsep ketuhanan dan penerimaan terhadap sesama manusia.

Gus Dur menyatakan bahwa seseorang yang membenci orang lain hanya karena mereka tidak bisa membaca Al-Qur'an berarti sebenarnya bukan Allah SWT yang dipertuhankan, melainkan Al-Qur'an itu sendiri.

"Jika kamu membenci orang karena dia tidak bisa membaca Al-Qur'an, berarti yang kamu pertuhankan itu bukan Allah tapi Al-Qur'an," kata Gus Dur.

Dalam hal ini Gus Dur menekankan bahwa ketuhanan seharusnya melampaui sekadar kitab suci dan lebih berfokus pada esensi ilahi.

Lebih lanjut, Gus Dur juga mengingatkan tentang bahaya memusuhi orang yang berbeda agama.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Yang Diajarkan Allah SWT adalah Cinta bukan Penghakiman

Gus Dur dan Abah Guru Sekumpul
Gus Dur dan Abah Guru Sekumpul (Istimewa)

"Jika kamu memusuhi orang yang berbeda agama dengan kamu, berarti yang kamu pertuhankan itu bukan Allah tapi agama," ujar Gus Dur.

Dengan pernyataan ini, ia mengajak masyarakat untuk tidak terjebak dalam eksklusivitas agama yang sempit, melainkan melihat ketuhanan sebagai kekuatan yang menyatukan.

Gus Dur juga mengkritik sikap yang menjauhi orang-orang yang dianggap melanggar moral.

"Jika kamu menjauhi orang yang melanggar moral, berarti yang kamu pertuhankan bukan Allah tapi moral," lanjutnya.

Ia menekankan bahwa Allah SWT mengajarkan cinta dan penerimaan, bukan penghakiman yang didasarkan pada standar moral manusia yang sering kali berubah-ubah.

Dalam kutipan tersebut, Gus Dur menekankan pentingnya untuk "memperankan Allah bukan yang lainnya," artinya, dalam menjalani kehidupan, seharusnya yang menjadi pusat perhatian adalah Allah SWT, bukan hal-hal duniawi seperti agama, kitab suci, atau standar moral tertentu.


Tuhan adalah Sumber Cinta

Inul Daratista dan Gus Dur. (Foto: Dok. Instagram @inul.d)
Inul Daratista dan Gus Dur. (Foto: Dok. Instagram @inul.d)

Ia mengajak umat untuk melihat bahwa Tuhan adalah sumber cinta dan penerimaan yang meluas ke semua makhluk.

Sebagai pembuktian bahwa seseorang benar-benar mempertuhankan Allah, Gus Dur menyatakan bahwa orang tersebut harus mampu menerima semua makhluk, sebagaimana Allah menerima semua ciptaan-Nya.

"Kamu harus menerima semua makhluk karena begitulah Allah," tutup Gus Dur, memberikan pelajaran penting tentang toleransi dan kemanusiaan.

Pandangan Gus Dur ini memberikan refleksi yang dalam bagi kita semua tentang bagaimana menjalani kehidupan yang penuh cinta dan penerimaan, serta menghindari sikap-sikap yang dapat memecah belah dan menimbulkan kebencian.

Sebagai seorang tokoh yang dikenal dengan kebijaksanaan dan keterbukaannya, Gus Dur terus menginspirasi banyak orang untuk hidup dalam harmoni dan saling menghormati.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya