Kisah Kelembutan Habib Munzir Menaklukkan Hati Preman Jakarta, sampai Menangis Tersedu-sedu

Preman bertaubat setelah dicium tangannya oleh Habib Munzir, kisah nyata di Jakarta.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Agu 2024, 11:30 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2024, 11:30 WIB
habib-munzir-meninggal130916b.jpg
Habib Munzir

Liputan6.com, Jakarta - Kelembutan dalam berdakwah yang dimiliki oleh Habib Munzir bin Fuad Almusawa telah menjadi teladan bagi banyak orang.

Salah satu kisah yang menggambarkan kelembutan ini terjadi ketika Habib Munzir dihadapkan dengan seorang preman yang dikenal luas sebagai sosok yang ditakuti di Jakarta.

Saat itu, masyarakat setempat berencana menggelar Majelis Rasulullah di wilayah yang dikenal dengan reputasi preman tersebut.

Habib Munzir memutuskan untuk mendatangi rumah preman itu demi mendapatkan izin untuk menggelar majelis. Dengan langkah penuh keberanian, dia menemui sang preman di kediamannya. Meskipun kedatangannya disambut dengan bentakan keras, Habib Munzir tetap tenang.

Dikutip dari kanal YouTube @Ceritaislami836 pada Jumat (23/08/2024), Habib Munzir hanya mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan si preman, kemudian mencium tangannya.

Tindakan ini mengejutkan si preman yang awalnya menatap Habib Munzir dengan penuh kebencian. Dia tidak menyangka akan diperlakukan dengan begitu baik oleh seorang tokoh agama.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Seumur Hidup Baru Sekali Dicium Tangannya

Ilustrasi tata krama, sopan, cium tangan
Ilustrasi tata krama, sopan, cium tangan. (Image by rawpixel.com on Freepik)

"Seumur hidup saya, belum pernah ada Kiai yang datang ke rumah saya. Sekarang Pak Ustaz datang dan bahkan mencium tangan saya," ujar preman tersebut dengan nada heran.

Tangan yang dicium oleh Habib Munzir ternyata adalah tangan yang selama ini tidak pernah dihargai oleh siapa pun, bahkan oleh anak-anaknya sendiri.

Preman itu mengaku bahwa tangan itu hanya dikenal oleh penjahat-penjahat lainnya yang sering datang untuk meminta bantuannya dalam tindakan-tindakan keji.

Semua orang yang datang ke rumahnya biasanya adalah orang-orang yang ingin memanfaatkan kekuatannya untuk tujuan jahat.

Namun, kali ini berbeda. Seorang tamu datang bukan untuk meminta bantuannya dalam kejahatan, melainkan untuk meminta izin menggelar pengajian.

Si preman merasa sangat terharu dan tidak percaya bahwa seseorang seperti Habib Munzir, dengan kelembutan hatinya, datang untuk memintanya memberikan izin untuk kegiatan yang suci seperti itu.

Tatkala Preman Menangis Tersedu-sedu

Ilustrasi laki-laki menangis, sedih
Ilustrasi laki-laki menangis, sedih. (Photo Copyright by Freepik)

Tersentuh oleh sikap Habib Munzir, preman tersebut akhirnya tidak bisa menahan air matanya. Dia menangis tersedu-sedu dan bersimpuh di hadapan Habib Munzir, menandakan penyesalan yang mendalam atas perbuatannya selama ini.

Dalam tangisan itu, dia menyatakan tobatnya dan keinginannya untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

Kisah ini tidak berakhir di situ. Setelah pertemuan tersebut, si preman memutuskan untuk aktif dalam Majelis Rasulullah yang diasuh oleh Habib Munzir.

Dia yang sebelumnya dikenal sebagai sosok yang ditakuti, kini menjadi seorang yang penuh dengan semangat untuk memperbaiki diri dan menjadi bagian dari komunitas yang membawa kedamaian dan kebaikan.

Perubahan besar yang terjadi pada preman ini menjadi bukti nyata bahwa kelembutan hati dan cara pendekatan yang penuh kasih sayang bisa meluluhkan hati yang paling keras sekalipun.

Habib Munzir, dengan kesabarannya, berhasil membawa seseorang yang semula jauh dari jalan kebenaran untuk kembali kepada fitrahnya.

Kisah ini juga memberikan pelajaran berharga bahwa dalam menghadapi orang-orang yang tampaknya sulit untuk diubah, pendekatan yang penuh kelembutan dan ketulusan hati bisa menjadi kunci utama untuk membuka pintu hati mereka.

Habib Munzir bin Fuad Almusawa telah menunjukkan bagaimana kekuatan dakwah yang penuh kasih dapat merubah hidup seseorang secara drastis.

Dengan cara ini, Habib Munzir tidak hanya menyebarkan ajaran agama, tetapi juga menyebarkan kedamaian dan kasih sayang kepada semua orang, termasuk mereka yang sebelumnya mungkin dianggap sebagai musuh masyarakat.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya