Heboh Dugaan Larangan Jilbab di RS Medistra, Bolehkah Lepas Hijab Demi Pekerjaan? Ini Kata UAS dan UAH

Terlepas dari dugaan larangan memakai hijab di RS Medistra, menarik untuk dibahas soal bagaimana pandangan Islam tentang membuka hijab demi pekerjaan.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 03 Sep 2024, 09:30 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2024, 09:30 WIB
Ustadz Adi Hidayat (UAH) dan Ustadz Abdul Somad (UAS)
Kolase Ustadz Adi Hidayat (UAH) dan Ustadz Abdul Somad (UAS). (YouTube Adi Hidayat/Instagram @ustadzabdulsomad_official)

Liputan6.com, Jakarta - Rumah Sakit Medistra di Jakarta Selatan tengah menjadi sorotan lantaran diduga melarang penggunaan hijab bagi karyawannya. Hal tersebut bermula dari unggahan surat dokter spesialis bedah subspesialis onkologi Diani Kartini di media sosial.

Dalam surat itu, Kartini menanyakan kepada pihak RS Medistra soal persyaratan berpakaian yang meminta calon karyawannya membuka hijab jika diterima. Ia mengetahui hal ini dari asisten dan kerabatnya yang mendaftar sebagai dokter umum di RS Medistra.

"Saya sangat menyayangkan jika di zaman sekarang masih ada pertanyaan rasis. Dikatakan RS Medistra berstandar internasional tetapi mengapa masih rasis seperti itu?" tulisnya sebagaimana dikutip dari kanal Health Liputan6.com, Senin (2/9/2024).

Direktur Utama RS Medistra Agung Budisatria memberikan klarifikasi atas dugaan pelarangan hijab di rumah sakitnya yang viral di media sosial. Ia meminta maaf dan menyatakan terjadi kesalahpahaman dari proses wawancara yang dilakukan oleh salah satu karyawannya. 

Agung juga menerangkan bahwa RS Medistra memiliki peraturan kepegawaian yang mengatur tentang standar dan perilaku yang sama sekali tidak melarang karyawannya mengenakan hijab. Bahkan, banyak dokter, perawat, dan karyawan lainnya di RS Medistra yang memakai jilbab.

Terlepas dari itu, menarik untuk dibahas soal bagaimana pandangan Islam tentang membuka hijab demi pekerjaan. Pasalnya, fenomena larangan menggunakan jilbab tidak menutup kemungkinan terjadi di perusahaan lain yang diikuti karyawan muslimah.

Untuk membahas hal ini, mari simak penjelasan Ustadz Abdul Somad (UAS) dan Ustadz Adi Hidayat (UAH) berikut. 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Penjelasan UAS

Ustaz Abdul Somad atau karib disapa UAS (https://www.instagram.com/p/CV5K-BnvdgE/))
Ustaz Abdul Somad atau karib disapa UAS (https://www.instagram.com/p/CV5K-BnvdgE/))

UAS menyarankan, sebaiknya tidak bekerja di perusahaan yang mengharuskan seorang muslimah membuka jilbab. Sebab, gaji yang diperoleh tidak senilai dengan dosa membuka aurat.

“Maka carilah pekerjaan mungkin gajinya lebih sedikit tapi terjaga kehormatan. Tak bisa duit gaji itu untuk menutup neraka jahanam. Tak bisa duit gaji tunjangan itu untuk menutup liang lahat azab kubur,” tutur UAS dikutip dari YouTube Ustadz Abdul Somad Official.

Oleh sebab itu, UAS mengajak muslimah takut kepada Allah. Soal rezeki, Allah telah jamin, tidak perlu khawatir. 

“Banyak-banyak beribadah kepada Allah, kalaupun lapar perutku akan dikenyangkan Allah,” terang UAS.

UAS meminta muslimah yang menjadi rakyat untuk mempertahankan prinsip menjaga kehormatannya dengan tidak membuka aurat saat bekerja. Adapun untuk wakil rakyat dan pemerintah, UAS meminta untuk memperjuangkan karyawannya tidak dipermasalahkan jika menggunakan jilbab.

Penjelasan UAH

Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengisi kajian Islam di Uluu Camii Moskee, Utrecht. (Foto: Liputan6.com/Istimewa)
Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengisi kajian Islam di Uluu Camii Moskee, Utrecht. (Foto: Liputan6.com/Istimewa)

Sementara itu, UAH dalam penjelasannya mengawali dengan melontarkan satu pertanyaan yang amat dalam. Jika masih bisa menemukan pekerjaan yang membuat kemuliaan muslimah terjaga, mengapa mencari pekerjaan yang menodai kemuslimahannya?

UAH kemudian menjelaskan bahwa rezeki setiap orang sudah ditakar, tidak akan tertukar. Allah SWT telah menjelaskannya dalam Al-Qur’an surah ke-51 ayat 22.

“Di langit terdapat pula (hujan yang menjadi sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu.” [Q.S. Adz-Dzariyat: 22]

Kendati sudah dijamin, UAH tetap mengimbau umat Islam untuk berikhtiar mencari rezeki dengan cara bekerja yang halal agar berkah. Sebab, bekerja dengan cara yang haram dan halal rezekinya tetap sama. Dengan demikian, lebih baik bekerja dengan cara yang halal.

“Maaf ya, Anda kelihatan aja banyak. Kerja dengan cara yang haram dapatnya segitu juga. Allah tuliskan rezeki Anda (misalnya) 100 juta. Mau pakai yang haram (atau) yang halal, tidak akan menambah maupun mengurangi rezeki,” kata UAH dikutip dari YouTube Ceramah Pendek.

“Jadi kalau Anda dapat dengan cara yang halal, ngapain dengan cara yang haram?  Anda buang-buang waktu. Kenapa gak cari yang halal? Perbedaannya di mana? Di keberkahannya, ibadah,” kata UAH.

“Maka dari itu, saran saya, kembalikan pada jilbabnya. Cari rezeki yang baik. Kenakan jilbab yang baik,” pungkas UAH.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya