Respons Mengejutkan Gus Baha saat Diajak Diskusi Tata Negara oleh Menteri

Meskipun Gus Baha tidak terjun langsung dalam diskusi teknis tentang tata negara, ia menekankan pentingnya mengajarkan tata akhirat. Menurutnya, tata akhirat ini adalah ilmu yang esensial bagi umat Islam karena bersifat kekal, sementara jabatan atau hal-hal duniawi hanyalah sementara. "Kalau akhirat itu abadi, maka belajar agama itu penting," tegasnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Nov 2024, 18:30 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2024, 18:30 WIB
Gus Baha AI
Gus Baha (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi zaman yang terus berubah membuat para tokoh agama sering diundang berdiskusi dengan pejabat untuk membahas berbagai isu, termasuk tata negara. Itu termasuk KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang dikenal dengan Gus Baha.

Gus Baha mengaku pernah diundang beberapa kali oleh para menteri dan pejabat untuk berdiskusi tentang pandangannya mengenai tata negara.

Mengutip tayangan video yang diunggah di kanal YouTube @Pengaosangusbaha, Gus Baha menceritakan pengalamannya ketika berbincang dengan sejumlah menteri yang menanyakan pendapatnya terkait tata negara. Menurutnya, diskusi ini memang sering terjadi, namun ia lebih memilih bersikap realistis dan tidak mengedepankan pendapatnya dalam urusan negara.

Gus Baha mengungkapkan bahwa ketika diminta pendapat mengenai tata negara, ia justru merespons dengan menyarankan agar para pejabat berkonsultasi dengan pakar tata negara. "Ada pakarnya, ya serahkan pada pakarnya," ujarnya dengan nada bersahaja. Sikap ini menunjukkan ketawaduan seorang ulama yang memahami batasan peran dirinya dalam lingkup pemerintahan.

Meskipun Gus Baha tidak terjun langsung dalam diskusi teknis tentang tata negara, ia menekankan pentingnya mengajarkan tata akhirat. Menurutnya, tata akhirat ini adalah ilmu yang esensial bagi umat Islam karena bersifat kekal, sementara jabatan atau hal-hal duniawi hanyalah sementara. "Kalau akhirat itu abadi, maka belajar agama itu penting," tegasnya.

Dalam pandangan Gus Baha, tugas utama seorang ulama adalah menjaga umat agar tetap ingat pada nilai-nilai akhirat. Hal ini sejalan dengan amanah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yakni untuk membimbing umat menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, ia lebih memilih membahas tata akhirat dibandingkan tata negara.

Gus Baha juga menegaskan bahwa umat Islam perlu memahami bahwa urusan dunia sudah memiliki ahli atau spesialis di bidangnya. Jika sudah ada yang ahli dalam tata negara, sebaiknya serahkan saja kepada mereka. Sebagai ulama, tugasnya adalah mendalami aspek-aspek spiritual yang mendekatkan manusia kepada Sang Pencipta.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Gus Baha Pilih Bicara Urusan Akhirat

5 Tempat yang Dianggap Bisa Menghubungkan Manusia dengan Akhirat
Ilustrasi akhirat: Pixabay

Baginya, dunia hanyalah bagian kecil dari perjalanan seorang Muslim. Fokus utama tetap pada kehidupan akhirat yang abadi. "Kalau yang urusan akhirat ini tugas kita sebagai ulama," ungkap Gus Baha, menandakan pentingnya membimbing umat menuju akhirat yang baik.

Gus Baha juga menyoroti fenomena kehidupan modern di mana banyak orang lebih fokus pada kompetisi duniawi. Menurutnya, keinginan untuk bersaing dalam hal duniawi, seperti popularitas media, terkadang mengalihkan perhatian umat dari hal-hal yang esensial. Ia mengajak masyarakat untuk kembali pada prinsip agama yang lebih mengutamakan kebaikan akhirat.

Pandangan Gus Baha juga mencerminkan keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat. Umat Islam, menurutnya, seharusnya dapat menjalani kehidupan yang seimbang, yakni "Fid Dunya Hasanah wa Fil Akhirati Hasanah." Prinsip ini mengajarkan agar umat tidak hanya mengejar kesuksesan di dunia, tetapi juga berusaha meraih kebaikan di akhirat.

Sebagai seorang ulama, Gus Baha memilih jalan sederhana dan menghindari keterlibatan langsung dalam politik atau pemerintahan. Ia lebih fokus pada dakwah dan memberikan pemahaman agama kepada masyarakat, mengingat bahwa dunia hanyalah sementara dan yang abadi adalah akhirat.

Ketika dihadapkan pada pertanyaan tentang perannya dalam tata negara, Gus Baha dengan bijaksana mengalihkan perhatian para pejabat kepada hal-hal yang sifatnya ukhrawi. Ia menekankan bahwa sebagai manusia, tujuan utama adalah mencapai keridhaan Allah di akhirat kelak.

Gus Baha juga mengingatkan bahwa dunia hanyalah tempat persinggahan sementara. Jabatan atau kedudukan di dunia tidaklah abadi, dan suatu saat akan ditinggalkan. Oleh karena itu, setiap Muslim sebaiknya mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang sesungguhnya di akhirat.

Bagimana Punya Bekal Akhirat

Bentuk Amalan Sholeh yang Membantu di Akhirat
Ilustrasi Membaca Doa, sebagai bekal akhirat Credit: shutterstock.com

Dalam kesehariannya, Gus Baha lebih banyak memberikan pengajian dan ceramah yang berfokus pada pembinaan moral dan spiritual. Baginya, tugas utama seorang ulama adalah menyebarkan ilmu agama dan mengingatkan umat agar tetap berpegang teguh pada ajaran Islam, bukan mengurusi hal-hal yang di luar kapasitasnya.

Gus Baha berharap agar masyarakat tidak terlalu sibuk memikirkan hal-hal yang sifatnya duniawi semata. Ia mengingatkan pentingnya kembali kepada nilai-nilai agama yang diajarkan oleh para ulama terdahulu. "Yang penting kita ini punya bekal untuk akhirat nanti," katanya dalam ceramah tersebut.

Menurutnya, umat Islam perlu memiliki sikap yang jelas dalam memandang dunia dan akhirat. Ia menyarankan agar masyarakat tetap mengikuti aturan duniawi yang berlaku, namun tidak melupakan tujuan akhir yang lebih besar, yaitu kehidupan yang kekal di akhirat.

Dengan pendekatan yang lembut dan penuh kearifan, Gus Baha berhasil menyampaikan pesan bahwa setiap orang memiliki tugas masing-masing di dunia ini. Seorang ulama memiliki peran untuk membimbing umat, sedangkan urusan tata negara sebaiknya diserahkan kepada ahlinya.

Pada akhirnya, Gus Baha mengajak umat Islam untuk selalu mengutamakan kebaikan di akhirat tanpa melupakan tanggung jawab di dunia. Pesan ini menunjukkan pentingnya keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat serta mengajarkan bahwa semua hal di dunia pada akhirnya bersifat sementara.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya