Liputan6.com, Cilacap - Amal soleh ialah sikap sungguh-sungguh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Beramal sholeh merupakan perintah agama.
Namun jika beramal soleh secara berlebihan (over) sehingga melalaikan kebaikan yang merupakan juga bentuk kesalehan sosial seperti membantu orang dan lain sebagainya menurut Gus Baha ini bisa membahayakan agama.
Advertisement
“Jadi kesalehan-kesalehan yang over itu akan bahaya bagi agama,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short Santri TV, Sabtu (09/11/2024).
Advertisement
“Ya, akan bahaya bagi agama,” kembali Gus Baha mengulangi perkataannya.
Ulama yang merupakan murid Mbah Moen mengutarakan hal ini karena sangat penting dan kerap terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Baca Juga
Tentu saja kita pernah menjumpai seseorang yang asyik beribadah kepada Allah SWT, namun acuh terhadap permasalahan yang ada di lingkungan sosialnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Melukai Hukum Sosial
Gus Baha menyebut alasan sholeh yang terlalu over ini bisa membahayakan agama sebab akan melukai hukum sosial.
“Karena agama nanti seperti melukai hukum sosial,” tandasnya.
Gus Baha menyodorkan contoh orang yang beramal sholeh terlalu berlebihan seperti saat orang menomorsatukan Al-Qur'an tapi dalam waktu bersamaan ia melalaikan tanggung jawabnya sebagai seorang kepala rumah tangga.
Misal saat sedang membaca Al-Qur'an lantas anda membiarkan anak yang sedang sakit atau menangis dengan dalih sedang membaca Al-Qur'an itu menurut Gus Baha merupakan suatu kesalahan yang besar.
“Misalnya anda menomorsatukan Al-Qur’an, lalu membaca Al-Qur’an habis Maghrib, anakmu menangis tidak kamu urusi, istrimu minta tolong tidk kamu urusi,” tandasnya.
“Alasan kamu lagi membaca Al-Qur’an, Al-Qur’an nomor satu, anak sakit anak menangis bukan urusan saya, berarti kamu demi Al-Qur’an tapi melukai hukum sosial,” sambungnya.
Advertisement
Menyelisihi isi Al-Qur'an
Gus Baha menandaskan bahwa kesholehan seperti itu keliru sebab yang dilakukan justru melawan Al-Qur'an yang isinya harus memiliki kepekaan sosial yang juga merupakan saah satu bentuk kesholehan atau kebaikan.
“Sementara Al-Qur’an yang kamu baca itu artinya waahsinuu innallaha yuhibbul muhsiniin (lakukan kebaikan, Allah mencintai sesuatu yang baik),” terangnya.
“Makanya Sayyidina Ali marah besar ketika orang khawarij membaca Al-Qur’an, disuruh membela yang benar tidak mau,” sambungnya.
Gus Baha menerangkan bahwa isi Al-Qur’an itu menyuruh untuk menolong orang. Jikalau membaca Al-Qur’an tapi melalaikan kesalehan sosial, maka sama saja menyelisihi isi Al-Qur’an itu sendiri.
Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul