Liputan6.com, Cilacap - KH. Abdul Hamid Pasuruan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kiai Hamid atau Mbah Hamid Pasuruan ini kondang dengan wali yang dianugerahi beberapa kemuliaan atau karomah dari Allah SWT.
Banyak kisah seputar karomah-karomah beliau yang hebat dan tentu saja sukar dicerna oleh akal manusia pada umumnya.
Selain sebagai wali, Mbah Hamid kondang dengan pengetahuan agamanya yang luas. Beliau tercatat pernah menimba ilmu pengetahuan di pesantren tanah air.
Advertisement
Adapun kisah seputar karomah Mbah Hamid ini terkait kemampuannya yang weruh sa’durunge winarah yang artinya mengetahui hal-hal yang akan terjadi di kemudian hari.
Baca Juga
Kisah karomah weruh sa’durunge winarah ini di antaranya yakni Mbah Hamid mengetahui sosok sopir yang bakal menjadi kiai yang memiliki pondok pesantren dan diangkat menjadi wali Allah sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Short @Fakta_Bray, Rabu (18/12/2024).
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Menolak Tamu yang Datang Sebab Tidak Mengajak Sopirnya Masuk
Muhsin adalah seorang sopir pribadi di Malang Jawa Timur. Suatu hari majikannya meminta Muhsin untuk mengantarnya ke Pasuruan guna menemui Kiai Hamid.
Setelah perjalanan sekitar 1 jam, mereka pun tiba di Pondok Pesantren Kiai Hamid atau kondang dengan sebutan Mbah Hamid Pasuruan.
Namun saat majikan Muhsin masuk sendiri ke ruang tamu. Kiai Hamid menolak untuk menerimanya, jika Muhsin tidak ikut masuk.
Akhirnya majikan Muhsin meminta agar dia ikut masuk. Begitu Muhsin masuk, Kiai Hamid langsung menyambut mereka dengan ramah.
Advertisement
Mbah Kiai Hamid Tahu Sopir Ini Bakalan Jadi Wali
Dalam perbincangan tersebut, majikan Muhsin bertanya, mengapa kiai tidak mau menerima saya ketika saya datang sendiri, tetapi baru bersedia setelah saya mengajak Sopir saya?
Kiai Hamid menjawab, “Anak ini akan menjadi seorang wali dan akan memiliki pondok pesantren yang besar. Saya sudah melihat tanda-tandanya karena itu saya menolak untuk menerimamu jika kamu tidak mengajak calon Wali ini.
Seiring berjalannya waktu kewalian Muhsin yang kemudian dikenal sebagai Kiai Muhsin Syafi'i semakin dikenal di berbagai daerah.
Banyak santri datang untuk belajar kepadanya hingga akhirnya berdirilah pondok pesantren Al-Makbul di Bulu Lawang Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul