Di Makanan Ada Malaikat, Jangan Gugat Ajaran Agama dengan Pendekatan Sains Kata Gus Baha

Gus Baha menyebutkan bahwa ajaran agama memiliki dimensi yang tidak selalu dapat dijelaskan dengan pendekatan sains. "Orang sekarang, saking ngawurnya atau mungkin karena kurang sopan, sering menggugat agama. Misalnya, mengatakan tidak ada malaikat di makanan, yang ada hanya vitamin," ujarnya

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Des 2024, 14:30 WIB
Diterbitkan 31 Des 2024, 14:30 WIB
Gus Baha 221
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha kembali memberikan pandangannya yang menyejukkan terkait hubungan agama dan sains. Ia menyoroti kecenderungan sebagian orang yang mempertanyakan ajaran agama hanya berdasarkan logika ilmiah.

Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @SUDARNOPRANOTO, Gus Baha menyebutkan bahwa ajaran agama memiliki dimensi yang tidak selalu dapat dijelaskan dengan pendekatan sains.

"Orang sekarang, saking ngawurnya atau mungkin karena kurang sopan, sering menggugat agama. Misalnya, mengatakan tidak ada malaikat di makanan, yang ada hanya vitamin," ujarnya.

Gus Baha menceritakan tradisi masyarakat kuno yang mempercayai keberadaan malaikat dalam bekas air wudhu. Bahkan, bekas wudu dianggap memiliki keberkahan khusus.

"Ada cerita masyhur, seseorang bisa terkena musibah hingga menjadi lumpuh sebagian karena menginjak bekas wudhu. Itu karena ia pernah mendengar hadis Nabi tentang bekas wudhu yang menjadi malaikat," tambah Gus Baha.

Menurut Gus Baha, meskipun sulit dipahami secara logika, keyakinan semacam ini sebaiknya tidak dipertentangkan dengan ilmu pengetahuan. Agama memiliki ruang yang tidak bisa disamakan dengan sains.

"Kita tidak pernah tahu apa yang dimaksud Allah dengan malaikat. Apakah itu seperti Jibril, Mikail, atau bentuk lain yang tak terbayangkan. Yang penting, jangan pertentangkan dengan sains," tegasnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Agama dan Sains Punya Peran Sendiri

6 Makanan Paling Diburu Usai Ramadan
ilustrasi makanan. (Istimewa)

Ia juga mengingatkan bahwa agama dan sains memiliki peran masing-masing. Agama memberikan panduan spiritual, sedangkan sains membantu memahami fenomena alam.

Gus Baha mencontohkan konsep malaikat dalam berbagai bentuk, seperti malaikatut taam, malaikatus sahab, dan lainnya. Semua itu, menurutnya, adalah bagian dari rahasia Allah.

"Selamanya agama akan berbeda dengan sains. Jadi, jangan mencari keselarasan mutlak di antara keduanya. Yang penting, jalani keduanya dengan proporsi masing-masing," jelas Gus Baha.

Ia juga menyoroti pentingnya menghormati ajaran agama yang diwariskan oleh ulama terdahulu. Tradisi ini, meskipun kadang terlihat sederhana, mengandung hikmah yang mendalam.

Menurut Gus Baha, bekas wudu yang dipercaya menjadi malaikat adalah contoh bagaimana agama mengajarkan keberkahan dalam setiap aspek kehidupan. Hal ini tidak perlu dirasionalisasi secara berlebihan.

"Malaikat dalam makanan atau bekas wudu bukan soal logika. Itu soal keyakinan dan bagaimana kita memuliakan anugerah dari Allah," ungkapnya.

Ia mengingatkan umat Islam untuk tidak terjebak dalam debat yang memperuncing perbedaan antara agama dan ilmu pengetahuan. Kedua hal tersebut seharusnya saling melengkapi.

Agama Memiliki Kedalaman Makna

Ilustrasi Malaikat (SS: YT Riski Nur Hidayah)
Ilustrasi Malaikat (SS: YT Riski Nur Hidayah)

"Kalau ada orang yang mempertanyakan hal-hal seperti ini, mungkin dia kurang memahami esensi agama. Agama bukan hanya soal logika, tapi juga soal rasa dan keyakinan," tambah Gus Baha.

Pentingnya memahami ajaran agama secara mendalam menjadi pesan utama yang disampaikan Gus Baha. Ia mendorong umat Islam untuk terus belajar dan menghargai ilmu agama.

Gus Baha juga menyarankan agar umat Islam tidak mudah tergoda untuk menggugat ajaran agama hanya karena terpengaruh pemikiran modern. Hal ini, menurutnya, bisa mengaburkan inti dari ajaran Islam.

"Selama kita yakin pada Allah dan Rasul-Nya, kita tidak perlu terlalu memusingkan hal-hal yang bersifat duniawi. Fokus pada ibadah dan akhlak," tuturnya.

Ia menutup dengan ajakan agar umat Islam memperkuat keyakinan terhadap hal-hal gaib yang diajarkan agama, termasuk keberadaan malaikat dalam berbagai bentuk.

Dengan penjelasan yang sederhana namun mendalam, Gus Baha mengingatkan bahwa agama memiliki kedalaman makna yang tidak selalu bisa dijelaskan dengan logika manusia. Keimanan adalah tentang keyakinan, bukan sekadar rasionalisasi.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya