Liputan6.com, Jakarta - Sholat Tahajud merupakan salah satu ibadah sunnah yang memiliki banyak keutamaan istimewa. Satu di antara keutamaan sholat Tahajud adalah diangkatkan derajatnya oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surah Al-Isra ayat 79.
وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا
Artinya: "Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu; semoga Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Sholat sunnah Tahajud hanya bisa dilaksanakan pada malam hari. Waktunya dari setelah Isya hingga menjelang Subuh.
Syarat sholat Tahajud harus tidur terlebih dahulu, meski hanya sebentar. Tapi, apakah boleh jika sholat Tahajud tanpa tidur dulu? Simak berikut penjelasan Ustadz Adi Hidayat (UAH) dan Ustadz Abdul Somad (UAS).
Saksikan Video Pilihan Ini:
Kata UAH dan UAS, Sholat Tahajud Harus Tidur Dulu
Ustadz Adi Hidayat menegaskan bahwa sholat Tahajud harus diawali tidur terlebih dahulu. "Kalau hukum tidak bisa ditawar ya, kalau tahajud itu diawali dengan tidur. Jadi, Anda tidur dulu. Makanya dari kata hajada, hajada itu tidur, baru bangun,” kata UAH dikutip dari YouTube M Ziyad Al-Hanif, Kamis (16/1/2025).
UAH mengatakan, pelaksanaan sholat Tahajud tidak harus di sepertiga malam terakhir. Jika terbangun pada dini hari, muslim boleh melaksanakan saat itu juga tanpa menunggu waktu yang lebih utama mengerjakan sholat Tahajud.
“Jadi Anda silakan rencanakan. Jam berapapun bangun, tidak harus jam 2. Anda jam 1 bangun boleh Tahajud,” ujarnya.
Jika sholat malam tidak diawali dengan tidur, maka bukan Tahajud namanya. Adalah sholat Qiyamul Lail. Sholat ini menjadi opsi bagi muslim yang kesulitan bangun tidur di malam hari untuk ibadah.
“Kalau Anda perasaannya berat untuk bangun malam, Anda bisa melakukan Qiyamul Lail. Jadi setelah sholat Isya, Anda sholat sunnah dua atau empat rakaat. Dalilnya hadis riwayat Muslim nomor 749,” kata UAH.
“Sholat malam itu paling minimal dua rakaat dua rakaat. Nanti Anda tunaikan. Tutup dengan Witir paling minimal satu rakaat. Setelah itu Anda tidur, tiba-tiba misalnya bangun, kalau Anda bangun malam boleh Anda Tahajud, gak masalah (meski sudah sholat Qiyamul Lail,” tutur ulama kharismatik Muhammadiyah ini.
Senada dengan UAH, Ustadz Abdul Somad juga mengatakan bahwa sholat Tahajud tidak dapat dilakukan jika tidak diawali tidur.
“Kalau ada tidurnya Tahajud. Kalau gak ada tidurnya namanya Qiyamul Lail. Dua-duanya dapat pahala,” kata UAS dikutip dari YouTube Ar-Riyalli Family.
Advertisement
Tata Cara dan Niat Sholat Tahajud
Tata cara sholat Tahajud tidak berbeda jauh dengan sholat-sholat sunah lainnya, yaitu dua rakaat salam, diawali dengan niat, dan diakhiri dengan salam. Untuk memudahkan, simak tata cara sholat Tahajud berikut ini yang dikutip dari NU Online.
1. Mengucapkan niat sholat Tahajud
أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushallî sunnatat tahajjudi rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku menyengaja shalat sunnah Tahajud dua rakaat karena Allah ta’ala.”
2. Niat dalam hati bersamaan takbîratul ihrâm, dan seterusnya sampai salam setelah dua rakaat.
3. Setelah salam atau selesai seluruh sholat kemudian membaca doa sholat Tahajud.
Doa Sholat Tahajud
Berikut doa setelah sholat Tahajud yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim.
اَللهم رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاءُكَ حَقٌّ، وَقَوْلُكَ حَقٌّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهم لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي. أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لآ اِلَهَ إِلَّا أَنْتَ. وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ
Allâhumma rabbanâ lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta mâlikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haqq. Wa wa‘dukal haqq. Wa liqâ’uka haqq. Wa qauluka haqq. Wal jannatu haqq. Wan nâru haqq. Wan nabiyyûna haqq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haqq. Was sâ‘atu haqq. Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa ‘alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a‘lantu, wa mâ anta a‘lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh.
Artinya: “Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad ﷺ itu benar. Hari Kiamat itu benar. Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya pada-Mu dasar putusanku. Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.”
Wallahu a’lam.
Advertisement