Bolehkah Sholat Tahajud Tanpa Sholat Witir? Ini Penjelasan Buya Yahya

Pandangan ini memberikan pemahaman yang lebih luas tentang hubungan antara tahajud dan witir. Umat Islam diajak untuk tidak hanya melihat sholat malam sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jan 2025, 00:30 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2025, 00:30 WIB
Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma'arif alias Buya Yahya
Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma'arif alias Buya Yahya. (YouTube Al Bahjah TV)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Sholat tahajud dikenal sebagai ibadah sunnah yang sangat dianjurkan. Namun, banyak yang bertanya, apakah sholat tahajud tetap sah jika tidak diakhiri dengan sholat witir? Pertanyaan ini sering muncul di tengah masyarakat.

KH Yahya Zainul Ma'arif, atau yang lebih akrab disapa Buya Yahya, pengasuh Lembaga Pengembangan Da’wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah di Cirebon, memberikan penjelasan mengenai hal tersebut.

Menurut Buya Yahya, seseorang yang melaksanakan sholat tahajud tanpa witir tetap mendapatkan pahala. Namun, ada keutamaan khusus bagi mereka yang mengakhirinya dengan sholat witir.

“Sholat tahajud tanpa witir itu masih lebih baik dibandingkan tidak bangun malam sama sekali. Tapi, alangkah lebih sempurna jika tahajud diakhiri dengan witir,” jelas Buya Yahya, seperti dirangkum dari ceramah Buya Yahya yang tayang di kanal YouTube @chobixmesemtv4476.

Sholat witir, lanjutnya, adalah ibadah sunnah yang dikerjakan dengan jumlah rakaat ganjil. Minimal satu rakaat dan maksimal sebelas rakaat. Witir merupakan penutup bagi sholat malam, seperti tahajud, hajat, atau tarawih.

Buya Yahya menyebutkan bahwa sholat witir adalah ibadah sunnah yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Bahkan, Nabi tidak pernah meninggalkan witir, baik ketika sedang berada di rumah maupun dalam perjalanan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Boleh 1 Rakaat, tapi Itu Tergolong Pelit

tata cara sholat tahajud agar keinginan terkabul
Ilustrasi sholat malam. ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion... Selengkapnya

“Minimal satu rakaat witir sudah cukup, tapi itu masih digolongkan sebagai witirnya orang pelit. Sebaiknya tiga rakaat, agar lebih sempurna,” tambahnya.

Ia mengingatkan, meskipun witir bersifat sunnah, meninggalkannya adalah kerugian. Sebab, witir memiliki keistimewaan sebagai penutup ibadah malam yang menyempurnakan amal seseorang.

Buya Yahya juga memberikan nasihat agar umat Islam tidak terlalu sibuk dengan aktivitas yang tidak bermanfaat di malam hari. “Lebih baik bangun untuk sholat tahajud meskipun tanpa witir, daripada menghabiskan malam dengan menonton televisi atau bermain handphone hingga subuh,” tuturnya.

Menurutnya, witir menjadi pelengkap yang menyempurnakan ibadah malam. Dengan witir, seseorang menunjukkan komitmen penuh dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Namun, bagi mereka yang tidak sempat melaksanakan witir setelah tahajud, Buya Yahya menyarankan untuk tidak berkecil hati. Ia menegaskan bahwa Allah tetap memberikan pahala kepada mereka yang menjalankan tahajud dengan penuh keikhlasan.

Sholat tahajud tanpa witir tetap dianggap sebagai amal yang mulia, karena tahajud sendiri sudah menunjukkan usaha seseorang untuk beribadah di sepertiga malam.

Buya Yahya juga menjelaskan, jumlah rakaat witir yang dilakukan dapat disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. “Minimal satu rakaat, maksimal sebelas. Tapi yang paling baik adalah tiga rakaat, sebagaimana yang sering dilakukan oleh Nabi,” katanya.

Perbaiki Kualitas Ibadah Malam

cara sholat tahajud yang benar
Sholat tahajud. ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion... Selengkapnya

Ia mengajak umat Islam untuk selalu memperbaiki kualitas ibadah malam mereka. Jika belum terbiasa melaksanakan witir, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah melatih diri untuk bangun malam dan melaksanakan tahajud secara konsisten.

Selain itu, Buya Yahya mengingatkan bahwa sholat witir memiliki makna mendalam sebagai penutup ibadah. Penutup ini mengajarkan umat untuk menyempurnakan amal dengan cara yang terbaik.

Ia juga menegaskan bahwa witir adalah bagian dari sunnah Nabi yang sebaiknya tidak ditinggalkan, meskipun sifatnya tidak wajib. “Meniru sunnah Nabi adalah bentuk cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya,” ucapnya.

Pandangan ini memberikan pemahaman yang lebih luas tentang hubungan antara tahajud dan witir. Umat Islam diajak untuk tidak hanya melihat sholat malam sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Buya Yahya menutup penjelasannya dengan motivasi bagi umat Islam untuk terus meningkatkan kualitas ibadah. Witir, meski hanya sunnah, menjadi pelengkap yang memberikan nilai lebih pada ibadah malam seseorang.

Ceramah ini memberikan wawasan baru bagi mereka yang masih ragu tentang pentingnya witir setelah tahajud. Dengan penjelasan sederhana namun mendalam, Buya Yahya menginspirasi umat untuk memanfaatkan malam sebagai waktu terbaik untuk beribadah.

Sholat tahajud tanpa witir tetap bernilai pahala, namun melengkapinya dengan witir adalah cara terbaik untuk menyempurnakan amal. Pandangan ini mengingatkan bahwa setiap ibadah, sekecil apapun, memiliki makna besar di hadapan Allah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya