Liputan6.com, Jakarta - Ngaji bukan sekadar menghadiri majelis ilmu, tetapi ada adab dan syarat yang perlu diperhatikan. Banyak orang yang datang ke majelis ilmu, tetapi tidak semua mendapatkan manfaat dari pengajian yang diikuti.
Gus Baha mengingatkan pentingnya memahami syarat-syarat dalam mengaji agar ilmu yang diterima benar-benar berbuah manfaat.
Advertisement
KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Baha, menjelaskan bahwa syarat dalam mengaji telah disebutkan dalam Al-Qur’an. Menurutnya, mengaji bukan hanya sekadar datang, tetapi juga harus memahami dan menghadirkan hati saat menyimak ilmu yang disampaikan.
Advertisement
“Makanya Al-Qur’an itu berfirman dalam Surat Qaf Ayat 37,” ujar Gus Baha sebelum membacakan ayat yang menjelaskan tentang peringatan bagi orang-orang yang ingin menuntut ilmu.
اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَذِكْرٰى لِمَنْ كَانَ لَهٗ قَلْبٌ اَوْ اَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيْدٌ ٣٧
Inna fî dzâlika ladzikrâ limang kâna lahû qalbun au alqas-sam‘a wa huwa syahîd.
Artinya: Sesungguhnya pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya dan dia menyaksikan.
Pernyataan tersebut disampaikan Gus Baha dalam sebuah ceramah yang dirangkum dan dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @takmiralmukmin.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Ini Dua Syaratnya
Gus Baha menjelaskan bahwa dalam ayat tersebut terdapat dua syarat utama dalam mengaji. Pertama, seseorang harus memiliki hati yang benar-benar ingin mencari ilmu. Kedua, ia harus mendengarkan dengan penuh perhatian dan menyaksikan ilmu yang disampaikan tanpa gangguan pikiran lain.
Menurutnya, mendengarkan dengan fokus merupakan bagian dari adab dalam menuntut ilmu. Ia menegaskan bahwa orang yang mendengarkan pengajian harus dalam kondisi siap menerima ilmu, bukan hanya sekadar hadir di majelis.
“Syaratnya ngaji itu mentheleng ngrungokna, fokus,” ujar Gus Baha. Ia menekankan bahwa seseorang yang mengaji harus benar-benar memperhatikan isi kajian yang disampaikan, bukan sekadar datang karena ingin bertemu dengan kiai atau ulama tertentu.
Dalam penjelasannya, Gus Baha juga mengingatkan agar tidak menjadikan pengajian sebagai ajang untuk mencari popularitas. Ada orang yang datang ke pengajian hanya untuk bisa berfoto atau mendapatkan pengakuan bahwa ia sering menghadiri majelis ilmu.
“Jangan dari awal ngaji targetnya sowan kiainya, itu ngaji apa kenalan kiai,” katanya. Ia menegaskan bahwa tujuan utama mengaji adalah mendapatkan ilmu, bukan sekadar bersosialisasi atau mencari perhatian.
Gus Baha juga mencontohkan bagaimana para sahabat di zaman Rasulullah SAW mengaji dengan penuh adab dan ketawadhuan. Mereka lebih memilih untuk mendengarkan dengan penuh perhatian daripada mendekati Nabi hanya untuk sekadar menunjukkan diri.
“Zaman sahabat juga gitu. Nggak semua yang ngaji zaman Rasulullah sowan Rasulullah. Ya ngaji ya ngaji,” ujar Gus Baha. Ia menegaskan bahwa para sahabat lebih memilih untuk diam dan menyimak daripada mengganggu majelis ilmu.
Advertisement
Dapat Ilmu, Amalkan
Selain itu, Gus Baha menekankan bahwa ilmu harus dicari dengan kesungguhan. Tidak ada orang yang mendapatkan ilmu tanpa usaha. Bahkan, orang-orang yang memiliki niat kuat dalam belajar pun tidak akan pernah merasa cukup dengan ilmu yang dimiliki.
“Ngaji itu butuh usaha. Jangan kira ilmu datang sendiri tanpa kita berusaha mencarinya,” katanya. Ia menjelaskan bahwa ilmu harus dijemput dengan cara menghadiri pengajian dengan penuh perhatian dan niat yang ikhlas.
Menurut Gus Baha, syarat utama dalam mengaji adalah memiliki niat yang lurus dan menjadikan ilmu sebagai bekal untuk kehidupan dunia maupun akhirat. Ia menyarankan agar orang yang mengaji tidak tergesa-gesa dalam memahami ilmu, melainkan harus sabar dan menikmati proses belajar.
Selain itu, ia juga mengingatkan agar ilmu yang didapatkan dari pengajian tidak hanya disimpan untuk diri sendiri, tetapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengamalkan ilmu merupakan salah satu cara untuk menjaga keberkahan ilmu yang telah diperoleh.
Gus Baha pun mengajak umat Islam untuk lebih serius dalam menuntut ilmu agama. Menurutnya, ilmu agama bukan hanya sekadar teori, tetapi juga harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan memahami adab dan syarat dalam mengaji, diharapkan umat Islam dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat dan semakin dekat dengan Allah SWT. Gus Baha berharap agar setiap orang yang menuntut ilmu selalu menjaga niatnya agar mendapatkan keberkahan dalam belajar.
Mengaji dengan hati yang ikhlas dan penuh perhatian merupakan kunci utama dalam mendapatkan ilmu yang berkah. Dengan begitu, ilmu yang diperoleh tidak hanya menjadi pengetahuan, tetapi juga memberikan manfaat bagi kehidupan di dunia dan akhirat.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
