Liputan6.com, Jakarta - Kehilangan sesuatu di dunia sering kali menjadi ketakutan bagi banyak orang. Baik itu harta, jabatan, atau hal lain yang dianggap bernilai. Namun, Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengungkapkan pandangan berbeda tentang rasa takut ini.
Menurut UAH, seharusnya seseorang tidak perlu takut kehilangan dunia, tetapi justru harus takut jika ditinggalkan oleh pemilik dunia, yaitu Allah. "Jangan takut dengan dunia. Takutlah kalau ditinggalkan oleh yang punya dunia," ujar UAH dalam ceramahnya.
Advertisement
Pernyataan dalam ceramah UAH ini dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @nasihatpendek2023. Dalam ceramahnya, UAH menekankan pentingnya memiliki Allah dalam hati agar seseorang tidak merasa kekurangan dan takut miskin.
Advertisement
"Anda punya Allah, tidak akan ada yang kurang. Miliki Allah. ‘La ilaha illallah’ harus tertanam dalam hati," lanjut UAH. Jika seseorang menyadari bahwa Allah adalah pemilik segala sesuatu, maka rasa takut kehilangan dunia akan berkurang.
UAH menjelaskan bahwa orang yang miskin bukanlah mereka yang tidak punya harta, tetapi mereka yang tidak pernah merasa cukup. Orang yang merasa cukup dengan Allah akan selalu memiliki ketenangan dalam hidupnya.
Sebaliknya, jika seseorang tidak memiliki Allah dalam hatinya, ia akan menggunakan segala cara untuk mendapatkan dunia. "Yang miskin itu yang enggak ada Allah dalam dirinya, yang enggak ada 'La ilaha illallah'. Akhirnya, semua cara ditempuh," ujar UAH.
Seseorang yang benar-benar memahami makna ‘La ilaha illallah’ akan selalu memastikan setiap langkah hidupnya berada dalam rida Allah. Apakah Allah rida atau tidak? Itu yang harus menjadi patokan dalam setiap keputusan.
Jika seseorang menjadikan rida Allah sebagai prioritas, maka tidak ada lagi ketakutan berlebihan terhadap kehilangan dunia. "Kalau 'La ilaha illallah' itu ada, semuanya dipastikan baik. Allah rida atau tidak? Kalau Allah rida, tidak akan kekurangan," ujar UAH.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Ini Cara Terbaik Susun Kehidupan
Menurut UAH, cara terbaik menyusun kehidupan adalah dengan mendahulukan akhirat. Prioritas utama harus ditempatkan pada urusan akhirat, lalu diikuti dengan urusan dunia.
"Susun dengan baik. Tempatkan dulu prioritas akhiratnya apa, turunkan ke bumi, jadikan sebagai aktivitas," kata UAH. Jika akhirat sudah menjadi prioritas, maka dunia akan mengikuti dengan sendirinya.
Orang yang fokus pada akhirat tidak akan mengalami kegelisahan berlebihan terhadap dunia. Sebab, ia menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi sudah dalam ketentuan Allah.
UAH mengingatkan bahwa hidup di dunia pada akhirnya hanya sementara. Apa yang didapatkan hari ini bisa saja hilang esok hari. Karena itu, lebih baik seseorang menyiapkan diri untuk kehidupan setelah dunia.
"Susun rencana, tinggal kerjakan, lalu menunggu meninggal. Simpel," ujar UAH. Hidup bukan tentang menghindari kematian, tetapi tentang mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Takut terhadap kematian tidak akan mengubah kenyataan bahwa setiap manusia pasti akan mengalaminya. Yang terpenting adalah bagaimana seseorang bersiap sebelum pulang menghadap Allah.
Â
Advertisement
Kalau Punya Allah SWT, Tak Pernah Merasa Takut
Bagi orang yang meyakini bahwa Allah adalah pemilik segalanya, tidak ada rasa takut kehilangan dunia. Sebab, dunia hanyalah titipan yang sewaktu-waktu bisa diambil kembali.
Ketika seseorang memahami bahwa rezeki, jabatan, dan harta hanyalah amanah, maka ia akan lebih tenang dalam menghadapinya. Tidak ada kekhawatiran berlebihan, karena semuanya sudah ada dalam ketetapan Allah.
Jika seseorang selalu mengkhawatirkan dunia, maka ia akan kehilangan banyak hal yang lebih berharga, seperti ketenangan, kebahagiaan, dan keberkahan dalam hidup.
UAH menegaskan bahwa mencari dunia bukanlah hal yang salah, tetapi jangan sampai dunia menguasai hati. Yang seharusnya tertanam di hati adalah keyakinan kepada Allah dan kehidupan akhirat.
Orang yang memprioritaskan akhirat justru akan lebih mudah mendapatkan dunia, karena ia memiliki ketenangan dan keikhlasan dalam menjalani hidup.
Dengan memahami konsep ini, seseorang tidak akan takut kehilangan dunia, karena ia yakin bahwa apa pun yang terjadi sudah dalam kehendak Allah. Yang terpenting adalah bagaimana seseorang tetap berusaha dan bertawakal kepada-Nya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
