Jangan Marah saat Dikritik dan Aib Dibuka, Selamatkan Kita di Dunia dan Akhirat Kata Gus Baha

Gus Baha mengajak semua orang untuk lebih terbuka terhadap kritik dan tidak mudah tersinggung. Kritik yang membangun bisa menjadi jalan menuju perbaikan diri yang lebih baik

oleh Liputan6.com Diperbarui 25 Feb 2025, 00:30 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2025, 00:30 WIB
Gus Baha
Gus Baha (TikTok)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan sehari-hari, kritik sering kali dianggap sebagai sesuatu yang menyakitkan. Banyak orang yang merasa tersinggung ketika kesalahannya disingkap oleh orang lain. Namun, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha justru mengajarkan sudut pandang yang berbeda.

Dalam salah satu ceramahnya, Gus Baha menegaskan bahwa kritik dan pengungkapan kesalahan justru bisa menjadi hal yang bermanfaat. Menurutnya, orang yang menerima kritik seharusnya merasa bersyukur karena itu adalah cara untuk mengetahui kekurangan diri.

"Orang itu kalau dirasani harusnya senang, karena itu aib kamu dibuka dan kamu jadi tahu," ujar Gus Baha dalam ceramahnya yang dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @takmiralmukmin.

Gus Baha menggambarkan kritik layaknya seseorang yang diberitahu tentang bahaya yang mengancam dirinya. Ia mencontohkan situasi di mana seseorang diberitahu bahwa ada kalajengking atau ular berbisa di bajunya.

"Kalau ada orang bilang, ‘Baha, di baju kamu ada kalajengking atau ada ular berbisa,’ kira-kira saya maturnuwun (terima kasih) apa gak? Harusnya maturnuwun, karena itu bahaya sekali kalau ada di tubuh saya," jelasnya.

Menurutnya, kritik yang didasarkan pada kesalahan nyata adalah bentuk peringatan yang dapat menyelamatkan seseorang, baik di dunia maupun di akhirat.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Jika Dikritik, Ini yang Dilakukan

Ilustrasi jabat tangan. ©2018 Merdeka.com/Pixabay
Ilustrasi jabat tangan, ucapan terima kasih. ©2018 Merdeka.com/Pixabay... Selengkapnya

"Harusnya ketika orang dikritik dengan kesalahan yang nyata, bukan kesalahan yang fitnah, malah bersyukur," lanjutnya.

Gus Baha menekankan bahwa kesalahan yang nyata bisa membawa bahaya besar jika tidak segera diperbaiki. Oleh karena itu, orang yang mengkritik dengan niat baik sebenarnya sedang membantu agar tidak terus menerus dalam kesalahan.

"Tahu nggak, kesalahan itu lebih bahaya daripada kalajengking. Kalau di dunia, bisa kena sanksi, kalau di akhirat, bisa kena azab," tegasnya.

Ia juga mengajak agar setiap orang berusaha untuk bersikap lapang dada saat mendapatkan kritik. Menurutnya, kritik yang datang dari orang lain bisa menjadi bahan introspeksi agar seseorang bisa memperbaiki diri.

"Kalau dikasih tahu tentang kesalahan, harusnya maturnuwun sama yang ngasih tahu," tambahnya.

Gus Baha mengingatkan bahwa dalam sejarah Islam, banyak ulama besar yang justru merasa senang ketika dikritik. Para ulama terdahulu menganggap kritik sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas diri dan memperbaiki akhlak.

Ia mencontohkan bagaimana Imam Syafi’i selalu terbuka terhadap kritik dan saran. Imam Syafi’i bahkan pernah berpesan bahwa jika ada orang yang menemukan kesalahannya dalam berpendapat, maka ia siap merevisinya.

"Ilmu itu berkembang karena ada kritik. Kalau orang nggak boleh dikritik, berarti ilmunya mandek," ungkapnya.

Membela Diri Saat Dikritik, Tidak Perlu Sebenarnya

Ilustrasi haters, tukang kritik, bermuka dua
Ilustrasi haters, tukang kritik, bermuka dua. (Image by rawpixel.com on Freepik)... Selengkapnya

Gus Baha juga mengingatkan bahwa banyak orang terlalu sibuk membela diri saat dikritik, padahal hal itu justru bisa menutup peluang untuk memperbaiki diri.

"Jangan sibuk membela diri kalau memang salah. Yang lebih penting adalah bagaimana caranya agar bisa memperbaiki kesalahan," pesannya.

Ia juga menyoroti bagaimana media sosial saat ini membuat banyak orang semakin sulit menerima kritik. Alih-alih melakukan introspeksi, banyak yang justru memilih membalas dengan amarah atau mencari pembenaran.

Padahal, menurut Gus Baha, kritik yang disampaikan dengan baik justru bisa menjadi jalan untuk menuju perbaikan. Ia mengajak agar orang-orang lebih bijak dalam menyikapi kritik dan tidak mudah tersinggung.

"Kita ini sering kali lebih takut dirasani manusia daripada dinilai buruk oleh Allah," ujarnya.

Menurutnya, banyak orang yang lebih peduli dengan citra di depan manusia dibandingkan dengan perbaikan diri di hadapan Allah. Padahal, kesalahan yang dibiarkan terus-menerus bisa menjadi beban di akhirat kelak.

"Orang yang mengkritik itu bisa jadi sedang membantu kita agar lebih baik. Kalau kita nggak tahu kesalahan kita, bisa terus kebablasan," katanya.

Ia juga mengingatkan agar orang-orang tidak cepat marah ketika dikritik. Sebab, kemarahan yang tidak terkendali hanya akan membuat seseorang semakin sulit menerima kebenaran.

"Orang yang gampang marah saat dikritik biasanya sulit berkembang. Kalau mau jadi lebih baik, harus bisa terima masukan," tuturnya.

Di akhir ceramahnya, Gus Baha mengajak semua orang untuk lebih terbuka terhadap kritik dan tidak mudah tersinggung. Kritik yang membangun bisa menjadi jalan menuju perbaikan diri yang lebih baik.

"Kalau ada yang mengingatkan kesalahan kita, jangan malah marah. Justru harusnya bersyukur karena itu bisa menyelamatkan kita dari bahaya di dunia dan akhirat," pungkasnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya