7 Peristiwa Penting di Bulan Ramadhan Selain Lailatul Qadar

Ramadhan menyimpan peristiwa penting selain Lailatul Qadar, seperti Nuzulul Quran, Perang Badar, Fathu Makkah, dan wafatnya tokoh-tokoh penting Islam; momen istimewa untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.

oleh Woro Anjar Verianty Diperbarui 10 Mar 2025, 21:00 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2025, 21:00 WIB
Ilustrasi Ramadhan
Ilustrasi Ramadhan (Sumber: Freepik.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Bulan Ramadhan tidak hanya dikenal sebagai bulan puasa, tetapi juga menjadi saksi berbagai peristiwa penting di bulan Ramadhan yang telah mengukir sejarah perjalanan Islam. Momentum-momentum bersejarah ini menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia. Sebagai bulan yang penuh keberkahan, Ramadhan menyimpan berbagai peristiwa penting di bulan Ramadhan yang menggambarkan perjuangan, ketabahan, dan kemenangan dalam penyebaran dakwah Islam.

Sejarah mencatat bahwa banyak peristiwa penting di bulan Ramadhan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembangan agama Islam. Dari peristiwa wafatnya keluarga Rasulullah SAW hingga kejadian-kejadian monumental seperti Perang Badar dan Fathu Makkah, semua ini memberikan pembelajaran dan hikmah mendalam bagi umat Muslim. Mempelajari peristiwa penting di bulan Ramadhan menjadi bagian dari upaya menghidupkan semangat Ramadhan dan menghargai perjuangan para pendahulu dalam menegakkan agama Islam.

Dalam artikel ini, kita akan mengulas berbagai peristiwa bersejarah yang terjadi di bulan Ramadhan, selain Lailatul Qadar yang telah banyak diketahui oleh masyarakat luas. Dengan mengenal lebih dalam peristiwa-peristiwa ini, diharapkan dapat meningkatkan penghayatan dan pemahaman kita terhadap keistimewaan bulan Ramadhan serta mendorong untuk lebih menghargai warisan sejarah Islam yang kaya dan bermakna. Berikut rangkuman lengkapnya, yang telah Liputan6.com susun, pada Kamis (6/3).

Promosi 1

1. Wafatnya Siti Khadijah: Kehilangan Besar bagi Dunia Islam

Ilustrasi Sayyidah Khadijah RA
Ilustrasi. (Foto: Pixabay.com/pezibear)... Selengkapnya

Salah satu peristiwa penting yang terjadi di bulan Ramadhan adalah wafatnya Siti Khadijah, istri pertama dan tercinta Nabi Muhammad SAW. Khadijah binti Khuwailid meninggal dunia pada tanggal 11 Ramadhan tahun ke-10 kenabian, sekitar tiga tahun sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah. Khadijah yang saat itu berusia sekitar 65 tahun telah memberikan dukungan luar biasa bagi perjuangan dakwah Islam di masa-masa awalnya.

Kepergian Khadijah merupakan pukulan berat bagi Rasulullah SAW, baik secara pribadi maupun spiritual. Sebagai istri pertama yang menikah dengan Nabi Muhammad sebelum kenabian, Khadijah tidak hanya menjadi pendamping hidup yang setia, tetapi juga orang pertama yang beriman kepada risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ia adalah sosok yang selalu memberikan dukungan moral, finansial, dan spiritual di saat-saat Nabi menghadapi berbagai tantangan dan penolakan dari masyarakat Makkah.

Kemuliaan Khadijah dalam Islam sangat istimewa hingga Allah SWT mengirimkan salam khusus untuknya melalui malaikat Jibril. Khadijah juga dikenal sebagai satu-satunya istri Nabi Muhammad yang tidak dimadu selama masa pernikahannya. Dari pernikahannya dengan Nabi Muhammad, mereka dikaruniai enam orang anak: dua putra (Qasim dan Abdullah) serta empat putri (Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah). Wafatnya Khadijah meninggalkan kesan mendalam bagi perkembangan Islam dan menjadi pengingat akan nilai-nilai kesetiaan, pengorbanan, dan keteguhan iman yang dicontohkan olehnya.

 

2. Perang Badar: Kemenangan Pertama Umat Islam

Al-Khabab bin Al-Mundzir membawa Umat Islam memenangkan peperangan di Perang Badar.
Al-Khabab bin Al-Mundzir membawa Umat Islam memenangkan peperangan di Perang Badar.... Selengkapnya

Perang Badar adalah peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijriah. Pertempuran ini menjadi momentum penting sebagai pertempuran besar pertama yang dihadapi umat Islam dalam menegakkan kebenaran agama Allah. Meskipun dengan jumlah pasukan yang jauh lebih sedikit dibandingkan musuh, umat Islam berhasil meraih kemenangan gemilang atas kaum kafir Quraisy.

Kondisi perbandingan kekuatan saat itu sangat tidak seimbang. Pasukan Muslim yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad SAW hanya berjumlah sekitar 313 orang dengan persenjataan yang sangat terbatas. Sementara itu, pasukan Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan berjumlah sekitar 1.000 orang dengan persenjataan lengkap. Meski demikian, dengan strategi perang yang rapi dan bantuan Allah SWT, pasukan Muslim berhasil memukul mundur pasukan Quraisy hanya dalam hitungan jam.

Kemenangan di Perang Badar membawa dampak signifikan bagi perkembangan Islam. Selain berhasil mendapatkan harta rampasan berupa 600 persenjataan lengkap, 700 unta, 300 kuda, dan barang dagangan musuh, yang lebih penting adalah meningkatnya moral dan kepercayaan diri umat Islam. Perang Badar menjadi bukti nyata bahwa Allah SWT memberikan pertolongan kepada hamba-Nya yang beriman dan berjuang di jalan-Nya. Peristiwa ini juga mengajarkan pentingnya nilai-nilai keimanan, kesatuan, dan keberanian dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

 

3. Fathu Makkah: Penaklukan Tanpa Pertumpahan Darah

Penaklukan Makkah atau dikenal dengan Fathu Makkah adalah salah satu peristiwa monumental yang terjadi pada tanggal 20 Ramadhan tahun ke-8 Hijriah. Peristiwa ini menjadi penaklukan terbesar dalam sejarah Islam, di mana Nabi Muhammad SAW bersama sekitar 10.000 pasukan Muslim berhasil memasuki kota Makkah secara damai tanpa pertumpahan darah yang signifikan. Kemenangan ini telah dikabarkan dan dinantikan oleh penduduk langit dan bumi, yang kemudian membuat banyak manusia masuk ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong.

Latar belakang terjadinya Fathu Makkah adalah pelanggaran Perjanjian Hudaibiyah oleh kaum Quraisy. Perjanjian yang seharusnya berlaku selama sepuluh tahun itu dilanggar oleh kaum Quraisy ketika mereka membantu sekutu mereka, Bani Bakar, menyerang Bani Khuza'ah yang merupakan sekutu kaum Muslim. Peristiwa ini kemudian menjadi alasan sah bagi Nabi Muhammad SAW untuk melakukan serangan ke Makkah.

Yang menarik dari Fathu Makkah adalah sikap Nabi Muhammad SAW yang sangat mulia dan penuh kasih sayang. Meski memiliki kekuatan untuk membalas dendam atas segala penderitaan yang dialami beliau dan umat Islam selama di Makkah, Nabi justru memberikan amnesti umum kepada penduduk Makkah. Beliau bersabda, "Pergilah kalian, kalian semua bebas!" Sikap ini menunjukkan ketinggian akhlak Nabi Muhammad SAW dan menjadi contoh bagaimana Islam mengajarkan perdamaian, pengampunan, dan rekonsiliasi. Fathu Makkah menjadi titik balik penting yang mengukuhkan dominasi Islam di Jazirah Arab dan membuka jalan bagi penyebaran Islam yang lebih luas.

 

4. Wafatnya Sayyidina Fatimah Az-Zahra: Putri Tersayang Rasulullah

Peristiwa penting lainnya yang terjadi di bulan Ramadhan adalah wafatnya Fatimah Az-Zahra, putri kesayangan Nabi Muhammad SAW. Fatimah wafat pada tanggal 3 Ramadhan tahun ke-11 Hijriah, enam bulan setelah wafatnya Rasulullah SAW. Peristiwa ini menjadi momen duka tersendiri bagi umat Islam karena kepergian sosok wanita yang sangat mulia dan dihormati dalam sejarah Islam.

Fatimah Az-Zahra adalah putri bungsu Nabi Muhammad SAW dari pernikahannya dengan Khadijah binti Khuwailid. Ia menikah dengan Ali bin Abi Thalib dan dikaruniai dua putra, Hasan dan Husein, serta dua putri, Zainab dan Ummu Kultsum. Fatimah dikenal dengan kesederhanaan, kesabaran, dan ketaatannya dalam beribadah. Rasulullah SAW sangat mencintai putrinya ini hingga beliau pernah bersabda, "Fatimah adalah bagian dari diriku, siapa yang menyakitinya berarti menyakitiku."

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah, Fatimah pernah bercerita bahwa Rasulullah SAW memberitahunya bahwa malaikat Jibril biasa menyodorkan Al-Qur'an kepada beliau sekali setiap tahun. Namun pada tahun wafatnya, Jibril menyodorkannya dua kali. Rasulullah SAW kemudian bersabda, "Aku merasa ajalku sudah hampir tiba, dan sesungguhnya kamu adalah keluargaku yang pertama akan menyusulku. Aku adalah sebaik-baik pendahulumu." Peristiwa wafatnya Fatimah Az-Zahra mengingatkan umat Islam tentang kefanaan dunia dan pentingnya meneladani nilai-nilai kemuliaan, kesabaran, dan ketaatan kepada Allah SWT sebagaimana yang dicontohkan oleh putri Rasulullah ini.

 

5. Wafatnya Sayyidina Ruqayyah: Putri Rasulullah dan Istri Utsman bin Affan

Di antara peristiwa penting yang terjadi di bulan Ramadhan adalah wafatnya Ruqayyah, salah satu putri Nabi Muhammad SAW dari pernikahannya dengan Khadijah. Ruqayyah wafat pada bulan Ramadhan tahun ke-2 Hijriah, bertepatan dengan terjadinya Perang Badar. Kepergiannya menambah daftar kehilangan yang dirasakan oleh Rasulullah SAW dan keluarganya.

Ruqayyah adalah istri dari Utsman bin Affan, sahabat dekat Nabi Muhammad SAW yang kelak menjadi khalifah ketiga dalam sejarah Islam. Karena Ruqayyah sedang sakit parah saat akan berlangsungnya Perang Badar, Nabi Muhammad SAW memerintahkan Utsman untuk tidak ikut berperang dan tetap tinggal di Madinah untuk merawat istrinya. Ini menunjukkan betapa Islam sangat memperhatikan aspek kemanusiaan dan kasih sayang dalam keluarga, meski dalam situasi genting seperti peperangan.

Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Ruqayyah menderita sakit campak yang parah. Ia wafat pada usia sekitar 22 tahun, di tengah-tengah perjuangan Rasulullah dan kaum muslimin di Perang Badar. Berita wafatnya Ruqayyah disampaikan oleh Zaid bin Haritsah kepada Nabi Muhammad SAW di Lembah Badar. Mendengar berita tersebut, dengan perasaan sedih Rasulullah bersabda, "Bergabunglah dengan pendahulu kita, Utsman bin Maz'un." Kepergian Ruqayyah menjadikan banyak wanita di Madinah menangis tersedu-sedu karena kesedihan yang mendalam, menunjukkan betapa dicintainya putri Rasulullah ini di kalangan umat Islam saat itu.

 

6. Wafatnya Sayyidina Aisyah: Ummul Mukminin yang Cerdas dan Berpengaruh

Aisyah binti Abu Bakar, istri tercinta Nabi Muhammad SAW dan dikenal sebagai Ummul Mukminin (Ibu kaum beriman), wafat pada tanggal 17 Ramadhan tahun 58 Hijriah. Peristiwa ini menjadi momen penting dalam sejarah Islam karena kepergian sosok wanita yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan dan penyebaran ajaran Islam, khususnya yang berkaitan dengan kehidupan rumah tangga Nabi dan berbagai persoalan kewanitaan.

Aisyah dikenal sebagai sosok yang cerdas, memiliki daya ingat yang kuat, dan kemampuan analisis yang tajam. Beliau meriwayatkan sekitar 2.210 hadits dari Nabi Muhammad SAW, menjadikannya salah satu perawi hadits terbanyak. Kecerdasan dan pemahaman mendalam Aisyah tentang ajaran Islam membuatnya menjadi rujukan utama bagi para sahabat dan tabi'in setelah wafatnya Rasulullah SAW.

Menurut riwayat dari Salim Sablan, Aisyah wafat selepas melaksanakan shalat witir, menunjukkan konsistensinya dalam beribadah hingga akhir hayat. Saat Aisyah wafat, banyak orang yang datang mengikuti pemakamannya, bahkan penduduk Awali yang berjarak cukup jauh dari Madinah. Begitu banyak wanita berkumpul di pemakaman Baqi', dengan suara isak tangis dan nyala obor, menunjukkan betapa dicintai dan dihormatinya sosok Aisyah di kalangan umat Islam. Peristiwa wafatnya Aisyah mengingatkan kita akan pentingnya ilmu, kecerdasan, dan ketekunan dalam menuntut dan menyebarkan ajaran Islam.

 

7. Nuzulul Qur'an: Awal Wahyu dan Pedoman Hidup Umat Islam

Ilustrasi Al-qur'an
Ilustrasi Al-Qur'an (sumber: GR Stocks)... Selengkapnya

Meskipun Nuzulul Qur'an dan Lailatul Qadar sering dibahas bersama dan terkadang dianggap sebagai peristiwa yang sama, penting untuk memahami keunikan masing-masing. Nuzulul Qur'an merujuk pada peristiwa turunnya Al-Qur'an untuk pertama kalinya kepada Nabi Muhammad SAW, yang terjadi pada malam 17 Ramadhan, di Gua Hira, Jabal Nur.

Peristiwa ini menjadi tonggak awal dari kenabian Muhammad SAW dan permulaan turunnya wahyu yang akan menjadi pedoman hidup bagi umat Islam. Ayat pertama yang diturunkan adalah lima ayat pertama dari Surah Al-'Alaq yang dimulai dengan perintah "Iqra" (Bacalah). Perintah ini menekankan pentingnya membaca, belajar, dan mencari ilmu dalam ajaran Islam.

Al-Qur'an kemudian diturunkan secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun, menyesuaikan dengan berbagai peristiwa dan kebutuhan umat pada masa itu. Proses pewahyuan yang bertahap ini memudahkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya untuk memahami, menghafal, dan mengamalkan setiap ayat yang turun. Dengan datangnya Al-Qur'an, umat manusia diberikan petunjuk yang jelas tentang bagaimana menjalani kehidupan sesuai dengan kehendak Allah SWT, meliputi aspek akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak.

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya