Liputan6.com, Jakarta Ramadhan, bulan penuh berkah bagi umat muslim. Banyak yang meyakini meninggal di bulan ini akan terbebas dari siksa kubur. Namun, apakah keyakinan ini sepenuhnya benar? Informasi ini beredar luas di masyarakat, terutama di Indonesia, menimbulkan pertanyaan mendalam tentang hubungan antara kematian di bulan Ramadhan dan keselamatan akhirat.
Beberapa hadits memang menyebutkan keutamaan meninggal di bulan Ramadhan, namun status keabsahannya beragam. Ada yang sahih, ada pula yang lemah. Oleh karena itu, kita perlu memahami konteks dan interpretasi yang tepat.
Advertisement
Baca Juga
Pandangan ulama menekankan pentingnya keimanan dan amal saleh sebagai penentu keselamatan akhirat, bukan hanya waktu kematian. Meninggal di bulan Ramadhan bisa menjadi indikasi akhir hidup yang baik, tetapi bukan jaminan otomatis terbebas dari siksa kubur.
Lebih penting lagi untuk fokus pada kualitas ibadah dan amal sepanjang hidup. Husnul khatimah, atau akhir hidup yang baik, merupakan anugerah Allah SWT yang diperoleh melalui ketaatan dan keimanan yang konsisten.
Meskipun Ramadhan penuh rahmat dan ampunan, hakikat kematian dan pembebasan dari siksa kubur tetap merupakan urusan Allah SWT semata. Mari kita dalami lebih lanjut berbagai perspektif terkait hal tersebut, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber berikut ini, Selasa (18/3/2025).
1. Pandangan Ulama tentang Kematian di Bulan Ramadhan
Beberapa ulama menekankan bahwa faktor utama untuk masuk surga adalah keimanan dan amal saleh seseorang, bukan waktu kematiannya. Mereka menjelaskan bahwa bulan Ramadhan merupakan waktu yang istimewa untuk meningkatkan amal saleh, namun bukan penentu utama keselamatan akhirat.
"Masuk surga itu karena anugerah Allah, dan sebabnya karena amal saleh. Bulan Ramadhan menjadi waktu untuk beramal saleh. Tapi bukanlah maknanya siapa saja yang wafat di bulan Ramadhan akan masuk surga. Masuk surga itu karena sebab amal seperti yang telah kusebutkan." (Dairatul Ifta Fatwa Nomor 2322).
Pendapat senada disampaikan oleh Mufti Mesir Syekh Syauqi 'Allam. Beliau menyatakan, "Kita berharap itu menjadi tempat diterimanya orang tersebut dan pengharapan dengan perantara waktu (Ramadhan) ini atau tempat mulia ini. Tidak diragukan lagi orang puasa dan orang haji pasti dalam kondisi taat dan orang yang meninggal dalam ketaatan akan dibangkitkan sesuai dengan cara saat ia mati." (Darul Ifta' Mesir).
Ustaz Adi Hidayat (UAH) juga memberikan penjelasan serupa. Beliau menyatakan bahwa waktu memang ada yang diistimewakan Allah SWT, seperti sepertiga malam, bulan Ramadhan, dan lain-lain. Namun, waktu istimewa tersebut tidak menjamin seseorang masuk surga. "Jadi Ramadan, jika ada yang wafat di dalamnya, belum tentu jadi tanda kebaikan wafatnya, kecuali jika dia wafat dalam keadaan saleh."
Advertisement
2. Keistimewaan Bulan Ramadhan dan Amal Saleh
Bulan Ramadhan memang memiliki keistimewawaan. Pintu-pintu ampunan terbuka lebar, setan dibelenggu, dan pahala dilipatgandakan bagi mereka yang beramal saleh. Namun, keistimewaan ini tidak otomatis memberikan jaminan masuk surga.
Kitab Jawahir Al Bukhari menjelaskan bahwa bulan Ramadhan istimewa bagi muslim yang selalu berbuat baik dan menjauhi larangan Allah SWT. Namun, masuk surga tetap bergantung pada amal kebaikan sepanjang hidup, bukan hanya di bulan Ramadhan.
Intinya, bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan amal saleh dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun, waktu kematian bukanlah penentu utama keselamatan akhirat. Husnul khatimah (akhir hidup yang baik) merupakan anugerah Allah SWT yang didapatkan melalui ketaatan dan amal saleh sepanjang hidup.
Meninggal di bulan Ramadhan bukanlah jaminan masuk surga. Keutamaan sebenarnya terletak pada kualitas hidup seseorang, keimanan, dan amal saleh yang dilakukan sepanjang hidupnya. Bulan Ramadhan hanyalah konteks waktu, bukan penentu utama keselamatan akhirat.
3. Mencari Pemahaman yang Benar
Banyak hadits dan ayat Al-Qur'an yang menekankan pentingnya keimanan dan amal saleh sebagai penentu keselamatan akhirat. Meninggal di bulan Ramadhan tidak menghapuskan pentingnya hal tersebut. Kita perlu memahami hadits dan ayat Al-Qur'an secara kontekstual dan tidak mengambil kesimpulan yang berlebihan.
Semoga penjelasan ini memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang isu ini. Mari kita fokus pada peningkatan keimanan dan amal saleh kita sepanjang hidup, bukan hanya di bulan Ramadhan.
Advertisement
4. Menggali Lebih Dalam Hadits dan Ayat Al-Qur'an
Tidak ada satu pun hadits sahih yang secara eksplisit menyatakan bahwa meninggal di bulan Ramadhan menjamin terbebas dari siksa kubur. Hadits-hadits yang sering dikutip seringkali diinterpretasikan secara keliru. Penting untuk memahami konteks dan makna sebenarnya dari hadits tersebut.
Ayat-ayat Al-Qur'an juga menekankan pentingnya amal saleh dan ketaatan kepada Allah SWT sebagai jalan menuju surga. Waktu kematian hanyalah sebuah konteks, bukan penentu utama. Oleh karena itu, mari kita fokus pada peningkatan kualitas hidup kita dengan beriman dan beramal saleh.
5. Menghindari Kesalahpahaman
Perlu dihindari kesalahpahaman tentang hubungan antara meninggal di bulan Ramadhan, terbebad dari siksa kubur dan masuk surga. Kepercayaan ini bisa menimbulkan kecemasan yang tidak perlu. Fokuslah pada amal saleh dan ketaatan kepada Allah SWT.
Advertisement
