Liputan6.com, Banyumas - Tabrakan kereta api paling terkenal di Indonesia adalah tragedi Bintaro. Korban jiwa ratusan orang.
Bahkan, tragedi pada 1987 nan memilukan itu difilmkan dan menyedot banyak penonton pada masanya.
Jarang yang mengetahui, enam tahun sebelum itu, tabrakan kereta api juga terjadi di Banyumas, Jawa Tengah. Meski tak sampai menimbulkan sebanyak tragedi Bintaro, namun itu adalah catatan penting perkeretaapian Indonesia.
Advertisement
Mengutip berbagai sumber, tabrakan maut kereta api terjadi antara KA Senja IV dan KA Maja. KA Senja Jurusan Jakarta Yogyakarta, sedangkan KA Maja jurusan Jakarta-Madiun.
Baca Juga
Tabrakan kereta api itu terjadi pada Rabu dinihari, 21 Januari 1981. Memang, hingga saat ini peristiwa itu telah berlalu 41 tahun. Namun, bagi warga lokal, tabrakan kereta api itu masih terngiang.
Mengutip FB Komunitas Railfans, kala itu hujan mengguyur kawasan Kabupaten Banyumas sejak Selasa petang. Menjelang Rabu 21 Januari dinihari, hujan bertambah deras. Angin kencang bertiup, kilat dan petir menyambar.
Dalam cuaca subuh yang menusuk tulang itu, Kepala Stasiun Kebasen masih terjaga, 12 KM di utara Kroya. Kepala stasiun itu menerima isyarat bahwa KA Senja IV (jurusan Jakarta - Yogyakarta) meninggalkan Stasiun Purwokerto.
Juga ketika kereta berlokomotif CC20133 itu melintasi stasiun kecil Notog, 7 KM di utara Kebasen. Sementara itu dari arah berlawanan juga diterima isyarat bahwa KA Maja (jurusan Madiun - Jakarta) yang berlokomotif CC20135 lepas dari Kroya.
Kedua kereta itu memang biasa melakukan kruis (persilangan) di Kebasen. Petugas PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) di stasiun ini segera memasang sinyal untuk menghentikan KA Maja, sebab yang berhak lewat duluan adalah KA Senja IV yang kelasnya lebih tinggi.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Tabrakan Kereta Bak Petir dan Gempa Bumi
Namun, KA Maja terus melaju, para petugas PPKA panik, penjaga pintu perlintasan kereta api, Usen, menyalakan lampu baterai sambil berteriak-teriak.
Di tengah hujan deras, upaya tersebut sia-saia. Petugas lain di Kebasen mengacungkan lampu merah, tapi Maja semakin mendekat juga.
Kepala Stasiun Kebasen, juga berteriak-teriak sambil menggoyang-goyangkan sinyal. Semuanya tak menolong. Orang-orang yang lelap tidur kedinginan di stasiun kecil itu terjaga.
Tanpa hirau, KA Maja melewati Kebasen, dipacu melawan hujan, menembus kabut. Beberapa menit berlalu, KA Senja keluar dari terowongan Kalirajut di lereng Gunung Payung.
Pada saat yang hampir bersamaan, KA Maja pun menyeberangi jembatan Sungai Serayu. Sekarang kedua kereta itu melintasi rel yang berlika-liku di kaki pebukitan. Ketika itu, masinis Senja, sudah melihat sorot lampu KA Maja.
Tapi pandangan masinis KA Maja, terhalang oleh bukit. Kedua kereta yang masing-masing diperkirakan berkecepatan 50 KM/jam itu kini keluar dari tikungan. Tabrakan tak mungkin dihindari dan persis di pinggir Sungai Serayu, tiba-tiba terdengar ledakan hebat. Kedua kereta api bermasinis muda itu pun bertabrakan
Warga sekitar memberi kesaksian, suara tabrakan keras menggelegar mengguncang bumi. Suaranya keras bak petir, goyangannya seperti gempa bumi.
Â
Advertisement
7 Orang Meninggal Dunia
Kedua lokomotif itu saling berhantam, saling berkait, sulit dilepas dan sama-sama rusak berat. Dua gerbong (kereta) di belakang kedua lokomotif remuk sama sekali.
Gerbong (kereta) ini melompat, menindih lokomotif, kereta makan. KA Maja terguling hancur, dua gerbong (kereta) kelas utama dan restorasi KA Senja tergencet. Gerbong-gerbong (kereta) di belakang rusak ringan.
Mantri desa yang rumahnya berdekatan dengan lokasi tabrakan berteriak minta tolong sambil memukul kentongan. Seluruh warga Dukuh Wadastumpang, Desa Kaliwangi, Kecamatan Tambaknegara, Kabupaten Banyumas terjaga. Segera terdengar kentongan bersahutan. Hujan masih menderas di tengah gelap. Tapi dingin seakan tak lagi terasa.
Penduduk sekitar mengerumuni kereta api yang bertabrakan itu. Ada yang membawa obor,lampu patromak,senter.Yang lain kembali ke rumah mengambil tangga bambu untuk menurunkan para korban.
Dari dalam gerbong yang gelap, terdengar rintihan dan jerit anak-anak. Rumah Supinah, Tasmidi dan dua tetangga dekat lainnya yang berdinding gedek berlantai tanah, menjadi tempat penampungan sementara.
Menjelang fajar,seorang penduduk mengayuh sepeda ke kecamatan mencari bantuan kendaraan untuk mengangkut 35 orang korban luka parah ke Puskesmas Rawalo yang berjarak 6 KM untuk kemudian dibawa ke RSU Purwokerto.
Sebanyak tujuh orang meninggal dunia. Hingga akhir pekan, masih enam orang dirawat, yang lain sudah dijemput keluarga masing-masing.
Di antara mereka terdapat dua pensiunan TNI-AD, Pelda Subardjan dan Peltu Wagiran yang "mengawal" dagangan ayam dari Pasar Beringharjo (Yogyakarta) ke Jakarta.
Pihak PJKA menggolongkan musibah itu dengan istilah perkereta-apian yang disebut PLH alias Peristiwa Luar biasa Hebat.
Sumber: FB Komunitas Railfans dan kanal YouTube Cerita Kereta Foto: Koleksi Ari Andika Setiawan
Tim Rembulan