Fakta Menarik Seni Ludruk Khas Jawa Timur Mulai Terkikis Zaman

Ludruk banyak digemari oleh semua kalangan karena cerita yang dibawakan menghibur dan dekat dengan masyarakat

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Jun 2022, 08:00 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2022, 08:00 WIB
Fakta Menarik Seni Ludruk Khas Jawa Timur Mulai Terkikis Zaman
Eri Cahyadi (kanan) saat bermain ludruk. (Dian Kurniawan/Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta Ludruk merupakan salah satu seni tradisional yang berasal dari Jawa Timur. Kesenian ini berbentuk pementasaan drama yang mengangkat cerita kehidupan sehari-hari yang diselipi guyonan dan iringan musik gamelan. 

Ludruk banyak digemari oleh semua kalangan karena cerita yang dibawakan menghibur dan dekat dengan kehidupan masyarakat. 

Namun, seiring berkembangnya zaman, kesenian ludruk semakin pudar di mata masyarakat.

Tetapi, saat ini ludruk mulai langka di kalangan masyarakat. Seni tradisional ini kerap ditampilkan di perayaan tertentu atau di pagelaran kesenian tradisional.

Berikut fakta-fakta menarik seni tradisional ludruk khas Jawa Timur yang berhasil dihimpun dari sejumlah sumber.

Tari Remo 

Pertunjukan seni tradisional ludruk ini diawali dengan tari remo. Tarian ini memiliki gerakan yang indah serta menggambarkan seorang yang gagah dan tampan dengan rias wajah dan busana yang menarik.

Penampilan tari remo diiringi dengan musik gamelan yang sesuai. Memiliki lagu khas, berupa kidungan jula-juli

Penampilan pemain ludruk diiringi dengan musik gamelan dan kidungan jula juli yang liriknya sangat lucu sehingga mengundang gelak tawa penonton.

Seniman ludruk yang populer melantunkan jula-juli adalah Kartolo. Seniman ini menyiratkan pesan pada setiap Jula-Juli yang ia bawakan.

Saksikan video pilihan berikut ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bahasa dan Naskah

Fakta Menarik Seni Ludruk Khas Jawa Timur Mulai Terkikis Zaman
Tari Remo sering dijadikan tari pembuka dalam setiap pementasan seni Ludruk (Sumber: surabaya.go.id)

Kostum yang dipakai dalam pementasan ludruk tersebut menggambarkan kehidupan rakyat sehari-hari. Bahasa yang digunakan pun berupa bahasa Jawa atau Madura dan dikemas dengan sangat sederhana agar terasa akrab dengan penonton.

Meski menggunakan bahasa Jawa atau Madura, cerita yang dilontarkan para pemain ludruk pun dapat dimengerti oleh masyarakat luar Jawa, karena para pemaon tidak hanya mendalkan cerita dalam bentuk perbincangan, tapi juga dalam gerakan.

Tanpa Naskah

Pemain Ludruk harus bisa berimprovisasi karena setiap pementasan tidak menggunakan naskah. Penampilan para lakon luduk biasanya diiringi dengan musik gamelan dan tembang khas jula-juli.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya