Liputan6.com, Jakarta Air yang dipergunakan untuk menjamas (mencuci) pusaka milik Pangeran Mangkunegaran diyakini memiliki tuah bagi sebagian orang. Mereka yang meyakini air jamasan itu bertuah rela berebut air tersebut pada malam tahun baru Jawa atau biasa disebut malam 1 Suro, Jumat malam (24/10/2014) di Kompleks Istana Mangkunegaran, Solo.
Adalah tradisi Istana Mangkunegaran pada setiap malam 1 Suro diselenggarakan kegiatan pemandian atau jamasan pusaka. Jamasan pusaka itu selain bertujuan untuk merawat pusaka juga sebagai simbol untuk mendapat keselamatan.
Tradisi jamasan pusaka ini diawali dengan kirab pusaka Mangkunegaran yang dimulai pada malam sekitar pukul 19.00 WIB. Mengelilingi bangunan istana, kirab ini mengarak sejumlah pusaka yang terbungkus kain. Semua peserta kirab berjalan kaki sembari melakukan tapa bisu.
Kirab pusaka dipimpin oleh putra KGPAA Mangkunegara IX, GPH Paundrakarna. Kirab diikuti oleh abdi dalem dan sentana. Tampak dalam barisan kirab adalah penyanyi Vicky Shu, politisi Arya Bima, dan pengusaha Setyawan Jody.
Saat kirab mulai berjalan, seribuan warga yang sudah menunggu di Pura Mangkunegaran tampak meringsek menuju depan pendapa. Mereka hendak mengambil air di dalam drum yang berisi kembang setaman dan sesajian. Air itu lah yang akan digunakan untuk jamasan pusaka.
Berebut Air Jamasan Pusaka
Berebut Air Jamasan Pusaka
Suasana mendadak riuh. Orang tua, muda dan anak yang sudah mempersiapkan botol, secara beramai-ramai mengambil air itu. Tak sedikit dari mereka yang menggunakan air itu untuk cuci muka. Beberapa dari mereka juga ada yang menyimpannya di dalam botol. Oleh sebagian masyarakat air itu dipercayai memiliki nilai keramat.
Jariyah salah satu warga asal Ambarawa ikut memperebutkan air itu. Ia mengaku girang setelah mendapatkan sebotol air jamasan. Perjuangan Jariyah untuk mendapatkan air itu cukup besar. Demi air itu ia rela menginap di Solo.
"Saya setiap malam 1 Suro selalu ikut berebut air itu. Saya mendapatkan air ini sampai guling-guling. Setelah dapat, saya lega. Saya berharap dengan mendapatkan air ini saya bisa diberi kesehatan dan rejeki," ungkapnya kepada Liputan6.com.
Pengageng Wandana Satriya Pura Mangkunegaran, KRMT Lilik Triarso Tirtodiningrat, menjelaskan bahwa perebutan jamasan pusaka ini menjadi kepercayaan yang bersifat emosional bagi sebagain orang. "Itu adalah wujud emosionalitas kepercayaan mereka. Air itu hanyalah simbol. Air itu diambil dari sumber di dalam dan sumber sendang di Siwani Wonogiri. Jadi air itu ada yang sebagiannya untuk jamasan dan sebagian lainnya untuk diperebutkan, "jelasnya.
Dijelaskan olehnya bahwa kegiatan budaya ini merupakan tradisi malam 1 Suro sesuai penanggalan Jawa. Ritual ini simbol untuk mendapatkan keselamatan. Pada tahun ini ada 3 pusaka yang dijamas. "Pemilihan pusaka yang dijamasi adalah hak prerogratif dari KGPAA. Jamasan dilakukan pada Sabtu pagi, 25 Oktober 2014" ucapnya. (Reza Kuncoro)
Advertisement