Sejarah dan Asal-usul di Balik Nama Kampung Luar Batang

Kampung Luar Batang tiba-tiba mencuri perhatian banyak orang, setelah Gubernur DKI Jakarta berencana menertibkan kawasan tersebut.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 09 Apr 2016, 10:03 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2016, 10:03 WIB
Masjid Luar Batang
Sumber Foto: Jakarta.go.id

Liputan6.com, Jakarta Kampung Luar Batang tiba-tiba mencuri perhatian banyak orang, setelah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok berencana ingin menertibkan kawasan tersebut. Namun tahukah Anda, kawasan Luar Batang yang menjadi salah satu dari 12 Jalur Destinasi Wisata Pesisir di Jakarta Utara ini memiliki sejarah keberadaan yang panjang.

Buku Asal-usul Nama Tempat di Jakarta tulisan Rachmat Ruchiat, yang dikutip Jumat (9/4/2016) mengungkap, kampung Luar Batang yang berlokasi di Penjaringan, Jakarta Utara, dan letaknya terhimpit terusan Pelabuhan Sunda kelapa dan kawasan perumahan elite Pluit ini, terkenal karena terdapat makam keramat yang ada di dalam masjid kawasan tersebut.

Menurut sejarah, makam keramat tersebut merupakan makam Sayid Husein, yaitu seorang penyebar agama Islam yang berilmu tinggi. Ulama yang bernama lengkap SayidHusein bin Abubakar bin Abdullah al-Aydris ini juga diyakini sebagian besar orang sebagai keturunan Nabi Muhammad.

Puluhan tahun Sayid Husein berdakwah di kota-kota pesisir utara Pulau Jawa, dari Batavia sampai Surabaya. Dirinya wafat sekitar tahun 1796, dan dimakamkan di luar masjid yang dibangun di tahun yang sama. Saat Masjid Luar Batang mengalami renovasi dan diperluas pada 1827, makam keramat Sayid Husein menjadi berada di dalam ruangan masjid.

Nama “Luar Batang” sendiri tidak lepas dari peristiwa ajaib yang terjadi pada jenazah Sayid Husein. Saat keranda, atau kurung batang dalam istilah Betawi, tempat jenazah Sayid Husein dibuka, jenazahnya raib dari kurung batang tanpa dilihat seorang pun.

Para pengunjung saat berdoa di makam Al Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Al 'Aydrus, Masjid Luar Batang di daerah Pasar Ikan, Jakarta Utara, (1/4). Masjid ini sering didatangi peziarah dari berbagai pelosok tanah air. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Sementara itu, buku Oud Batavia yang ditulis Frederik de Haan mengungkap, kawasan ini disebut Luar Batang karena terletak di luar batang penghalang yang diletakkan melintang di muara Ci Liwung. Penghalang tersebut terbuat dari batang kayu dan diperkuat dengan besi.

Dalam bahasa Belanda batang kayu disebut boom. Kata boom sudah tertera pada peta yang diperkirakan dibuat pada 1623. Jika perahu ingin melintasi penghalang tersebut, mereka wajib membayar bea masuk. Kawasan yang berada di luar penghalang inilah yang kemudian disebut dengan Luar Batang atau dalam bahasa Belanda disebut buiten de boom.

Seiring perkembangan zaman, Masjid Luar Batang terus berkembang dalam lingkup “Oud Batavia”, dan menjadi salah satu situs bersejarah dari 12 Jalur Destinasi Wisata Pesisir yang akan dikembangkan Walikota Jakarta Utara, Rustam Effendi.

Sejarawan JJ Rizal sendiri dalam kesempatan wawancara mengatakan, “Paling tidak itu (Masjid Luar Batang) sudah menjadi tempat ziarah, bukan hanya bagi penduduk lokal, tapi juga internasional. Bukan hanya orang Islam, tapi juga orang Tionghoa, orang Indo, orang Eropa itu mereka pergi ke Masjid Luar Batang.”

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya