Liputan6.com, Jakarta Lahir di Paris 15 Januari 1622, Moliere yang terlahir dengan nama Jean-Baptiste Paquelin merupakan salah satu dramawan yang dianggap empu dalam kesusasteraan Barat. Ibunya yang bernama Mary Cresse meninggal saat dirinya baru berusia 12 tahun. Sedangkan ayah Moliere merupakan pekerja perabot untuk kerajaan.
Baca Juga
Masa muda Moilere dihabiskan untuk belajar hukum di College de Cleremont dan mendapat gelar sarjana pada 1642. Meski lulusan hukum, Moliere berpaling dari profesinya di bidang hukum dan meninggalkan bisnis mebel bersama ayahnya, untuk kemudian memilih bergabung dengan Illustre Theatre, sebuah kelompok teater pimpinan keluarga Bejart. Kecintaan Moliere pada dunia seni pertunjukan tidak datang begitu saja, sang kakek telah memperkenalkannya pada teater melalui Commedia dell’Arte.
Seperti yang dikutip dari theatrefolk.com, Selasa (17/1/2017), 12 tahun bergabung dalam kelompok teater keluarga Bejart membuatnya paham betul akan dunia perteateran kala itu. Pada 1658 nama panggung Moliere mulai melekat pada dirinya. Nama panggung tersebut digunakan untuk menghindar dari kerajaan, mengingat karya-karyanya selalu bernuansa kritik pada kerajaan.
Pada tahun itu pula Moliere mengalami momen penting dalam kariernya sebagai seorang seniman teater. Moliere bersama kelompok teaternya tampil di hadapan raja. Kesempatan tersebut menjadi langka mengingat tidak semua kelompok teater bisa pentas di hadapan raja. Setelah itu, Moliere produktif menciptakan naskah teater yang memukau.
Bagi penonton teater di seluruh dunia, Moliere dianggap sebagai seniman teater yang berwibawa, bahkan bagi orang Prancis dirinya lebih dari sekadar seniman, tetapi juga telah menjadi bagian dari jiwa nasionalisme mereka. Moliere adalah penulis sastra drama paling berharga yang pernah dimiliki Prancis.
Seniman satire ini akhirnya menghembuskan napas terakhir karena penyakit TBC yang diidapnya. Kematiannya menjadi sebuah legenda, ia mati di atas panggung saat mementaskan Le Malade Imaginaire (The Hypochondirac). Kala itu dirinya rubuh, batuk-batuk dan mengelami pendarahan. Raja Louis XIV yang menyaksikan pementasan tersebut memintanya untuk istirahat, namun Moliere menolak dan memilih terus melanjutkan pementasannya, sampai akhirnya Moilere meninggal dunia beberapa jam kemudian di rumahnya.