Liputan6.com, Jakarta Prihatin dengan sistem pendidikan yang complicated di sekolah dan universitas Indonesia, mendasari Vincent Kwan melahirkan platform digital Edugate Learning System (ELS). Vincent Kwan yang masih menyandang status mahasiswa sekaligus Chief Executive Office (CEO) ELS dan timnya menginginkan sistem pendidikan menjadi tidak lagi boros dan efisien.
Menurutnya pembiaran sistem pendidikan manual dan complicated dalam mengelola manajemen dan kegiatan sekolah dan universitas akan menjadi masalah serius. Salah satu kendalanya adalah biaya boros, performa sistem lamban, menambah beban kerja, dan tidak interaktif.
Baca Juga
“Sistem yang kita bangun ini membuat proses belajar mengajar menjadi lebih mudah dan simple," kata Vincent Kwan, yang didampingi oleh Dennis Handoko, Head of Marketing Department saat ditemui akhir pekan lalu di acara “Fashion & Attitude in Business” di Jakarta.
Advertisement
Mahasiswa yang sudah memimpin perusahaan sendiri ini yakin jika 120 features yang dikembangkan dalam ELS mendukung proses belajar mengajar menjadi lebih baik dan terintegrasi dengan sistem digital bagi sekolah dan universitas.
Mulai dari features yang membuat proses belajar mengajar menjadi lebih efisien, mudah dan sederhana, seperti e-journals, e-book, online chatting, mobile apps, parental control, plagiarism checker yang bertujuan untuk melakukan pengecekan karya tulis apakah karya tulis tersebut tergolong plagiat atau tidak, dan forum komunikasi bagi guru, dosen, murid, mahasiswa-mahasiswi, dan orang tua.
Ada juga fasilitas pendaftaran sekolah atau universitas via online dan sistem pembayaran online melalui Payment Gateaway (DOKU) dapat membantu agar proses pendaftaran murid baru menjadi lebih mudah, efisien, dan hemat.
Menurut Vincent, salah satu contoh borosnya penggunaan sistem manual yang masih digunakan hingga saat adalah penggunaan mesin fotokopi, printer, dan kertas. Dari perhitungannya, pihak sekolah atau universitas paling sedikit mengeluarkan biaya kira-kira sebesar Rp 1.300.000.000 (satu miliar tiga ratus juta rupiah) per tahun untuk biaya penggunaan mesin fotokopi, printer dan penggunaan kertas.