Kenali Dampak Negatif dari Permen Karet bagi Tubuh

Tahukah Anda, ternyata mengunyah permen karet tidak selamanya berdampak positif bagi kesehatan. Yuk, kita simak selengkapnya di sini.

oleh Liputan6 diperbarui 23 Feb 2017, 09:30 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2017, 09:30 WIB
Permen Karet
Tahukah Anda, ternyata mengunyah permen karet tidak selamanya berdampak positif bagi kesehatan? Yuk kita simak selengkapnya di sini.

Liputan6.com, Jakarta Mengunyah permen karet yang bebas gula terbukti untuk menjaga nafsu makan, menghilangkan stres, dan meningkatkan produktivitas. Bahkan, permen karet dapat menghindari gigi berlubang karena mampu merangsang produksi air liur yang berfungsi membersihkan sisa-sisa makanan dan melindungi gigi dari kerusakan.

Namun, tahukah Anda bahwa ternyata mengunyah permen karet tidak selamanya berdampak positif bagi kesehatan. Dilansir dari Seventeen, Kamis (23/02/17), bahan yang banyak ditemukan pada permen karet mengandung nanopartikel titanium oksida, yaitu suatu whitening atau zat pencerah yang digunakan untuk memperbaiki tekstur makanan. Selain banyak ditambahkan pada banyak jenis permen karet, titanium oksida juga sering ditemukan pada pasta gigi, mayones, cokelat, roti, dan susu skim.

Jangan mengunyah permen karet kalau tak ingin merasakan berbagai dampak buruk berikut.

Penelitian yang dilakukan di Binghamton University menemukan bahwa paparan dari zat titanium oksida juga dapat mempengaruhi sistem pencernaan, terutama pada usus yang seharusnya menyerap makanan yang Anda konsumsi. Zat ini mengakibatkan sel-sel usus kesusahan dalam menyerap zat besi, zinc, asam lemak, bahkan menyebabkan kekurangan gizi, khususnya pada kalangan perempuan yang kehilangan zat besi ketika mereka mengalami menstruasi setiap bulan.

Karena penelitian ini hanya melihat efek pada sel terisolasi, maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan efek dari paparan kandungan zat tersebut terhadap manusia. Namun para peneliti khawatir jika konsumsi nanopartikel titanium oksida ini berlebihan, maka benar-benar bisa mengubah fungsi usus secara normal. Oleh sebab itu, sangat disarankan untuk menghindari makanan olahan.

(Latifah Gusri)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya