Tanpa Buku Panduan, Mengapa Seseorang Bisa Membuat Batik?

Tanpa bukti tertulis ataupun catatan resep, batik menjadi sebuah karya seni yang turun temurun dipelajari oleh masyarakat hingga saat ini.

oleh Akbar Muhibar diperbarui 17 Apr 2017, 07:30 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2017, 07:30 WIB
20151002-Batik-Indonesia-Jakarta
Pengrajin memperagakan keterampilannya membuat batik tulis dalam Peringatan Hari Batik Nasional di Museum Tekstil, Jakarta, Jumat (2/10/2015). Perayaan tersebut juga menampilkan produk batik dari berbagai daerah di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Siapa sangka, batik merupakan karya seni yang dibuat tanpa menggunakan catatan? Selama ratusan tahun, pembuatan batik di Indonesia tidak memiliki buku panduan. Hal ini membuat masing-masing perajin memiliki standar kualitasnya sendiri dalam membuat karya. Seperti yang terungkap dalam kegiatan Gelar Batik Nusantara 2017 di Galeri Indonesia Kaya, Rabu (12/4/2017).

“Para pengrajin batik yang sudah handal, mampu membuat selembar kain batik tanpa sket. Kemampuan mereka bagaikan gift yang diberikan oleh tuhan,” ungkap Nita Kenzo, peneliti warna batik alami.

Hal ini dibuktikan dengan pengakuan UNESCO kepada batik yang diberikan pada tanggal 30 September 2009 sebagai warisan budaya tak benda. Mengingat pekerjaan membuat batik merupakan teknik yang diwarisi turun temurun oleh para pengrajin. Namun hal ini membuat ilmu pembuatan sulit disebarluaskan karena tidak ada teori yang dibuat.

Salah satu contoh batik dengan warna alami yang diperlihatkan di konpres Gelar Batik Nusantara, Rabu (12/4/2017). (Foto : Yayasan Batik Indonesia)

“Salah satu dampaknya adalah tidak ada takaran tertentu dalam bahan baku batik, khususnya dalam pewarnaan. Bila pewarna kimia ada takarannya misal 400 gram, pewarna alami tidak memiliki takaran dan sangat tergantung dengan kondisi alamnya," ungkap Nita.

Untuk memproduksi satu kain batik saja, sang pengrajin biasanya membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bagian pewarnaan. Beberapa bahan alam yang biasanya digunakan dalam pewarnaan adalah Kulit Kayu Mahoni untuk warna cokelat, Daun Indigo untuk warna biru dan Daun Mangga untuk warna hijau kekuningan. Satu lapis warna gelap dari Daun Indigo membutuhkan 20 kali proses celupan dan waktu pengeringan yang lama, karena tidak boleh langsung terkena sinar matahari.

“Teknik pembatikan di Indonesia merupakan satu-satunya teknik pembuatan batik dengan cara di tulis dengan lilin. Di negara lain, mereka membuat tenun dan memberikan warna melalui perendaman benang, sehingga warnanya lebih kuat dan prosesnya lebih cepat," kata Nita menambahkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya