Ini 5 Mitos Soal Kartu Kredit yang Menyesatkan

Simak lima mitos seputar kartu kredit yang menyesatkan Anda.

oleh Nabila Mecadinisa diperbarui 04 Jul 2017, 07:00 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2017, 07:00 WIB
Ini 5 Mitos Soal Kartu Kredit yang Menyesatkan
Simak lima mitos seputar kartu kredit yang menyesatkan Anda. (Foto:iStockfoto)

Liputan6.com, Jakarta Belanja dengan kartu kredit sekarang makin banyak dilakukan oleh kaum urban. Wajar saja, sebab kartu yang satu ini semakin menawarkan kemudahan dan promo menarik yang sulit ditampik. Walau banyak diburu, tapi banyak juga yang masih menganggap kartu kredit sebagai hal yang tabu. 

Tak bisa dipungkiri, memang banyak masalah yang berkaitan dengan kartu kredit. Di antaranya, yang paling sering diributkan adalah hutang yang menggunung.

Padahal jurang hutang bisa tercipta di mana saja, bukan hanya dari kartu kredit semata. Selain itu, perkara utang sebetulnya lebih lekat dengan karakter individu si pengutang.Seseorang yang punya tanggung jawab dan disiplin keuangan bakal aman dari jerat hutang meski ambil kredit pemilikan rumah (KPR) ratusan juta rupiah. Namun, bagi orang yang sering ceroboh, utang Rp 1 juta saja bisa berkembang jadi puluhan juta.
Makanya, jangan percaya begitu saja kepada mitos kartu kredit. Seperti dilansir dari DuitPintar.com, ini lima jawaban untuk yang masih percaya mitos kartu kredit. 


1. Kartu kredit itu menjebak
Kartu kredit punya aturan. Jika teliti, pasti baik-baik saja. Misalnya, bunga kartu kredit dibilang beranak-pinak. Memang bunga kartu kredit dihitung berdasarkan jumlah tagihan yang belum terbayar. Kalau menunda-nunda bayar tagihan terus, ya wajar kalo bunga mencekik.
Begitu juga kalau selalu membayar minimum tagihan tiap bulan. Tanpa sadar, kita sedang menggali kuburan sendiri. Bila berhalangan membayar penuh tagihan dalam sebulan, pada bulan berikutnya langsung lunasi bila tidak mau tagihan membengkak.

2. Kartu kredit membuat impulsif
Impulsif bukan soal kartunya, melainkan orangnya. Memang banyak promo-promo kartu kredit, tapi harus dilihat kebutuhan kita. Kalau menuruti keinginan, jelas tak akan ada habisnya.
Tiap kali ada program yang ditawarkan oleh kartu kredit milik kita, tengok dahulu rencana keuangan. Apa masih aman kalau kita belanja barang tersebut?
Bila tidak punya rencana keuangan, ini lebih berbahaya. Sebaiknya setiap pemilik kartu kredit punya rencana keuangan agar pengeluaran terjaga.

3. Kartu kredit adalah kartu utang
Mitos ini pun keliru. Kartu kredit adalah alat transaksi. Fungsinya sama saja seperti kartu debit. Pasti Anda pun sering membayar barang belanjaan dengan kartu ATM, bukan?
Untuk membayar tiket pesawat, misalnya. Kita bisa memakai kartu debit maupun kredit. Dengan kartu kredit tertentu, kita bahkan bisa memperoleh manfaat lebih untuk travel.
Bedanya adalah kita wajib membayar di kemudian hari jika pakai kartu kredit, tidak langsung diambil dari rekening. Makanya kartu ini eksklusif untuk yang punya tanggung jawab.

4. Susah membuat kartu kredit
Dilihat dulu syarat kartu kredit yang diincar. Tiap kartu kredit punya syarat yang harus dipenuhi, misalnya soal minimal gaji. Kalau gaji Rp 5 juta tapi syarat kartu kredit minimal penghasilan Rp 10 juta, jelas saja kalau permohonan kartu kredit Anda ditolak.
Oleh karena itu, teliti dulu syarat-syaratnya sebelum mengajukan. Kalau seluruh syarat dipenuhi, bank pasti akan memenuhi permintaan kita untuk memiliki kartu kredit.

5. Membuat kartu kredit harus punya pekerjaan tetap
Tidak juga. Pekerja freelance pun bisa. Namun umumnya bank meminta syarat ada rekening di bank tersebut dengan nominal tertentu. Anda hanya perlu hubungi bank tempat Anda menabung untuk menanyakan soal bisa-tidaknya memiliki kartu kredit dari mereka bila kita bukan pekerja tetap. Bisa juga cari-cari di situs perbandingan produk keuangan untuk apply online. 

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini: 

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya