Liputan6.com, Yogyakarta Sosialiasi Indonesia Convention and Exhibition Bereau (INACEB) yang digelar Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, pada 19-20 September 2017, tak ubahnya seperti pemanasan sebelum berperang. Pemerintah daerah bersama 100 pelaku industri Meetings, Incentives, Cnferences, dan Exhibitions (MICE), General Manager (GM) hotel, asosiasi, akademisi, serta media, diajak bersama-sama meningkatkan daya saing. Semua diajak kerja bareng menjadikan Indonesia memenangkan persaingan dengan negara lain di industri MICE.
“Banyak yang belum tahu apa itu INACEB. Padahal INACEB adalah solusi. Wadah untuk memecahkan persoalan industri MICE dan meningkatkan daya saing destinasi MICE berbasis sumber daya daerah. Sosialiasasi ini solusinya. Semua kami kenalkan dengan INACEB. Kami ajak menjadi yang terbaik dan tercepat di level internasional lewat wadah yang mengurus MICE secara khusus,” ujar Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Esthy Reko Astuti, yang didampingi Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Bisnis dan Pemerintah, Tazbir, Selasa (19/9/2017).
Di Yogyakarta, para pelaku industri juga diajak melakukan benchmark, diajak melihat apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh lawan. Setelah itu, mengkomparasinya dengan yang sudah dilakukan Indonesia. Saat ini, saingan terberat wilayah regional wisata MICE Indonesia datang dari Malaysia dan Thailand. Kekuatan terbesar dua negara itu lahir dari lembaga khusus yang mengurusi MICE.
Advertisement
Sekadar gambaran, Malaysia punya Malaysia Convention and Exhibition Bureau (MYCEB). Sementara itu, Thailand punya Thailand Convention & Exhibition Bureau (TCEB). Dua lembaga itu sama-sama intens mengelola MICE di negaranya masing-masing.
“Sejak Maret 2016 sebetulnya kita juga punya lembaga khusus seperti MYCEB dan TCEB, namanya INACEB, tapi banyak yang belum tahu. Sekarang kami sosialisasikan INACEB ini kemana-mana agar semuanya bergerak dalam alur yang sama,” ucap Esthy.
Nuansa sosialisanya pun tak ubahnya seperti latihan perang. Semua didorong untuk memunculkan sense of urgency dan motivasi yang membakar semangat dalam mewujudkan visi 2019.
Lantas mengapa sosialisasi INACEB harus dilakukan di Yogyakarta? Apa urgency-nya?
Alasan pertama, Yogyakarta punya potensi mendatangkan turis mancanegara dalam jumlah besar. Presiden ke-44 Amerika Serikat sampai dibuat terpana dengan budaya, alam, dan kulinernya saat berlibur ke sana, beberapa waktu lalu.
Kedua, fasilitas penunjang MICE di Yogyakarta sangat lengkap. Standarnya pun sudah banyak yang internasional dan mampu menampung peserta dalam jumlah banyak. Cerminannya bisa dilihat dari terus naiknya kunjungan MICE ke sana. Dari data Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada 2015 baru tercatat 11.377 even MICE dengan 841.711 peserta.
Pada 2016, angkanya naik menjadi 14.069 even MICE dengan jumlah peserta mencapai 951.527 orang. Lalu, pada 2017 sampai periode Juli, sudah ada 8.652 even MICE dengan 645.272 peserta.
“Jadi sosialisasi di Yogyakarta ini sudah sangat pas. Angka pertumbuhan kunjungan wisatawan MICE di atas 25 persen. Potensinya sangat besar,” kata Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) DIY, Aris Rianta.
Sekarang, yang perlu dikejar adalah memperkuat MICE di Indonesia. Menaikkan ranking global, sehingga punya nilai jual dan bisa memenangkan bidding internasional.
“Itu sebabnya sosialisasi INACEB ini digelar. Misinya memberikan info bahwa sekarang ada lho lembaga yang ngurus MICE. Ini loh misinya, yang kita kejar sekarang adalah perbaikan ranking Indonesia dalam ICCA Ranking Asia Pacific dari posisi ke 12 di tahun 2014, 76 kegiatan MICE, menjadi posisi ke 8 di tahun 2019, dengan 150 kegiatan MICE. Kami juga ingin mendorong peningkatan posisi kota-kota di Indonesia dalam Ranking ICCA, sehingga masuk dalam 30 besar dunia,” ujar Vice Secretary INACEB, Ndang Mawardi.
Respon positif pun langsung terlihat. Semua pihak jadi punya gambaran jelas bahwa INACEB bisa memberikan layanan terkait kebutuhan konvensi, pameran, dan bisnis. INACEB bisa ikut dilibatkan dalam promosi yang mendatangkan event MICE bagi destinasi.
Semuanya mengarah pada peningkatan dan pengembangan dampak ekonomi bagi masyarakat.
“Kalau kita bergerak bersama, saya yakin kita bisa kalahkan Malaysia dan Thailand. Kita sudah membuktikannya di UNWTO Award lewat video Wonderful Indonesia “The Journey of a Wonderful World" yang memenangkan dua award sekaligus,” ucap Sales Manager Royal Ambarrukmo, Jenny Christiana.
Tanggapan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya pun ikutan positif. Ada optimisme bahwa INACEB bisa membawa wisata MICE Indonesia makin mendunia.
“Wisata MICE harus diperkuat lewat lembaga khusus yang mengurusi itu. Wisatawan MICE datang dalam jumlah yang sangat besar dan bisa berkunjung saat low season. Dampak ekonominya tujuh kali lipat lebih besar dibandingkan wisatawan leisure. Jadi, INACEB sangat penting bagi industri hotel yang tingkat huniannya sering melorot,” kata Arief Yahya.
Setelah sosialisasi, ia meminta INACEB menggenjot internalnya untuk bekerja lebih cepat. Arief menyarankan tiga poin yang harus dilaksanakan dengan segera agar MICE makin meningkat.
"Produk harus bagus, top ten originasi dengan mendata mana saja yang berpotensi. Dan menangkan bidding, loby sejak sekarang agar MICE meningkat dan kita menjadi pemenang dari sebuah acara besar," ujar dia.
"Kalau seluruh proses kerja ini bisa kita sistemkan, maka kita akan betul-betul bisa mengendalikan perang-perang yang kita jalankan dan memastikan kemenangan. Ingat, setiap kemenangan harus kita rencanakan," ucap Arief.
(*)