Liputan6.com, Jakarta Pamor pameran Japan Tourism Expo (JTE) 2017, yang dilangsungkan pada 21-24 September 2017 di Tokyo International Exhibition Center (Tokyo Big Sight), Jepang, membuat industri dan semua elemen penting pariwisata Indonesia bersemangat. Buktinya, perhelatan pameran terbesar di Jepang itu tak hanya didukung 41 industri, tetapi juga dihadiri 10 Dinas Pariwisata dari Indonesia.
”Ini momentum kami untuk menjaring wisatawan mancanegara dari Jepang. Kami tidak ingin wisman Jepang turun di tahun 2017 dan 2018 ini. Pameran ini adalah media yang sangat tepat diikuti oleh Yogyakarta sebagai salah satu destinasi unggulan tanah air,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Yogyakarta, Aries Riyanta.
Aries tidak sendirian, hadir pula perwakilan dinas-dinas pariwisata lainnya, seperti Dinas Pariwisata Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Bali, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Tengah.
Deputi Pemasaran Pariwisata Mancanegara, I Gde Pitana, mengucapkan terima kasih atas kehadiran para dinas dan industri pariwisata di pameran tersebut. Menurutnya, mengikuti pameran JTE 2017 adalah langkah yang cerdas dan tepat.
”Kami optimis bahwa perkembangan pasar Jepang akan mengalami peningkatan, walaupun sempat turun di tahun sebelumnya. Jumlah wisman Jepang sebanyak 287.208 wisman pada periode Januari sampai dengan Juli 2017 atau naik 1,03% dibanding periode yang sama tahun 2016. Ini akan kami terus dorong agar semakin naik, termasuk melalui pameran ini,” ucap Pitana.
Ada tiga faktor kunci sukses yang sudah dipegang Kementerian Pariwisata (Kemenpar) untuk mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman) Jepang ke Tanah Air. Pertama, imbuh Pitana, perekonomian Jepang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan daya beli masyarakatnya semakin meningkat. Kedua, ada wisman Jepang yang biasa dipanggil dengan Golden Generation, yang dimana wisman ini sering sekali travelling ke Tanah Air pada usia 60 tahun ke atas.
”Dan yang ketiga yang membuat kami percaya diri adalah, akses Jepang yang semakin hari semakin terbuka. Bahkan, kami juga mendapatkan kabar baik dari Japan Airlines yang ingin membuka peluang kembali penerbangan ke Jepang. Saat ini sudah ada tiga maskapai yang terbang ke Tanah Air, yakni Garuda Indonesia, Ana Air, dan Air Asia. Tiga faktor inilah yang membuat Jepang akan terus mendatangi Tanah Air kita, dan kami akan terus berkoordinasi dan berpromosi, ini kami kejar terus,” kata Pitana, yang juga didampingi Kepala Bidang Pameran Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pasar Asia pasifik, Ricky Fauzi.
Hal senada diungkapkan Staf Khusus Bidang Infrastruktur Pariwisata Kemenpar, Judi Rifajantoro. Mantan petinggi Garuda Indonesia itu juga percaya bahwa pasar Jepang akan kembali menggeliat dengan penerbangan-penerbangan langsung ke Indonesia, terutama Bali dan Jakarta.
Advertisement
”Kita juga akan segera bicarakan dengan pihak terkait mengenai hal pesawat charter. Di mana nanti Japan Airlines atau maskapai manapun setelah mengantarkan penerbangan ke Bali dan Jakarta, pulangnya pesawatnya tidak kosong dan bisa mengambil penumpang dari Indonesia maupun dari Singapura. Hal ini akan kami kondisikan dan terus bicarakan dengan pihak terkait,” ujar Judi, yang juga hadir di pameran tersebut.
Chairperson Bali Rasa Sayang, sebuah agen travel besar di Jepang, Makiko Iskandar, mengucapkan terima kasih atas agresifnya Kemenpar dalam menyasar pasar Jepang. Makiko optimis bahwa Jepang akan segera beralih ke Indonesia karena saat ini kompetitor Indonesia hanya Hawaii.
”Nah, jika penerbangan langsung ke Indonesia semakin banyak, maka kami akan menjual banyak paket ke masyarakat Jepang dengan pilihan yang menarik. Jepang itu tidak punya laut, dan mereka saya yakin akan terpukau dengan keindahan yang lengkap yang dimiliki Bali. Mereka juga suka budaya yang dimiliki Yogyakarta, namun saingan Bali saat ini hanya Hawaii. Kami yakin jika ada penerbangan langsung yang semakin banyak, maka masyarakat Jepang akan melupakan Hawaii,” ucap Makiko.
Menteri Pariwisata Arief Yahya juga ikut optimis dengan pasar Jepang, meskipun target 2017 ini cukup fantastis. Dia berprinsip bahwa peran pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pariwisata, adalah membuat regulasi yang membuat industri bisa bergerak secara leluasa untuk mengembangkan bisnisnya.
“Industry lead, government support! Itu yang dibutuhkan untuk membangun ekosistem bisnis yang memberi angin kepada mereka untuk berkembang,” kata Arief.
“Jangan sampai government ikut-ikutan menjadi operator. Fungsi dan peran government adalah regulator. Itu saja, jangan offside untuk ikut-ikut menjadi operator. Biarkan itu wilayahnya industri,” lanjutnya.
Prinsip itulah yang membuat para industri yang bergerak di sektor Pariwisata merasa nyaman, merasa dilindungi oleh regulasi, dan percaya dengan aturan main yang diundangkan oleh pemerintah.
"Di mana-mana, di seluruh dunia, ya seperti ini. Kalau mau membawa iklim usaha yang sehat dan mendorong pelaku usaha berkreasi lebih cepat, maka regulasi harus konsisten, dan posisi pemerintah harus jelas, sebagai regulator. Pameran ini adalah media untuk para industri unjuk gigi. Selamat melaksanakan pameran dan buat wisman Jepang tertarik untuk ke Tanah Air kita,” ujar Arief.
(*)