Liputan6.com, Jakarta Tiap tanggal 1 Oktober, masyarakat dunia merayakan Hari Kopi Internansional. Dalam pergaulan, kopi menjadi penting dan perlu dirayakan karena telah menjadi penghubung budaya, sumber kreativitas, dan pengerat tali persaudaraan.
Indonesia menjadi salah satu “gudang” kopi terbaik sepanjang masa yang telah diakui dunia. Beragam jenis kopi Nusantara, mulai dari Aceh hingga Flores, selalu hadir di kedai-kedai kopi, baik brand lokal maupun internasional.
Baca Juga
Lalu di manakah posisi Indonesia dalam industri kopi dunia, apakah kemunculan beragam kedai kopi yang dimotori anak muda saat ini menandakan bangkitnya industri kopi tanah air?
Advertisement
Vita Datau, Ketua Akademi Gastronomi Indonesia saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (28/9/2017) mengatakan, meski kaya akan kopi, Indonesia belum optimal dalam soal komersialisasi.
“Kopi saat ini masih dianggap komoditas, dan ekspor terbesar justru masih dalam bentuk green beans. Walau pasar Indonesia sudah mulai bermunculan, brand lokal kedai kopi, dan banyak di antaranya yang bagus, tapi belum terlihat agresif, misal untuk expand ke luar negeri, artinya dalam bisnis waralaba, seperti Starbucks. Padahal kopi Jawa kita sangat mendunia. Bahkan Starbucks juga banyak yang menggunakan kopi kita,” ungkap Vita.
Alangkah lebih baik, menurut Vita Datau, jika para pelaku dan produsen kopi membidik pasar ekspor dengan mempelajari aturan-aturan yang berkaitan dengan izin-izin dan sertifikat yang dibutuhkan untuk bisa memasukkan produk waralaba kopi kita ke sebuah negara.
Sementara itu di lain sisi, masalah promosi kopi juga terkesan menjadi tumpang tindih antara kementerian dan lembaga. Menurutnya, jika promosi dilakukan secara sinergi dan berkelanjutan dengan bersama meneropong event-event potensial untuk promosi, kopi Nusantara akan lebih dikenal banyak orang dari beragam latar belakang di dunia.