Liputan6.com, Jakarta Menurut pengukuran satelit terbaru, bagian permukaan Bumi yang paling dingin adalah minus 62°C. Para ilmuwan mencatat suhu ekstrem ini di lapisan es dalam yang berada di tengah Antartika (Kutub Selatan) bagian timur selama musim dingin yang panjang dan gelap.
"Itu adalah tempat di mana suhu dingin Bumi mendekati batasnya, yang hampir sama seperti planet lainnya," kata Ted Scambos, pemimpin penelitian National Snow and Ice Data Center di University of Colorado, Boulder.
Pengukuran ini memecahkan rekor suhu udara terdingin sebelumnya yang pernah dicatat di dunia, di area yang sama.
Advertisement
Suhu udara terdingin sebelumnya tercatat di Stasiun Pemantau Vostok Rusia dekat Kutub Selatan pada tahun 1983. Saat itu, suhu udara di wilayah itu mencapai minus 53,6°C.
Â
Sulit Bernapas
Untuk mengukur udara yang sangat dingin saat itu, para ilmuwan Rusia menggunakan masker khusus yang akan menghangatkan udara sebelum mereka menghirupnya.
Tanpa alat khusus, manusia tidak bisa menghirup udara yang sangat dingin tidak lebih dari beberapa tarikan napas. Jika memaksakan, maka akan menyebabkan paru-paru kita mengalami pendarahan.
Jika dilihat dari permukaan, lapisan es di Vostok itu mungkin terlihat rata dan datar. Tapi sebenarnya itu adalah kubah es yang mirip dengan cangkang kura-kura yang luas.
Vostok hanya menempati sebagian kecil dari permukaan kubah es raksasa itu. Tim Scambos menemukan titik yang lebih dingin yang berada di puncak kubah es tersebut.
Karena tidak ada stasiun pemantau di puncak kubah es itu, tim Scambos menggunakan data satelit untuk mengukur suhunya.
Â
Advertisement
Suhu Ekstrem
Satelit dapat mendeteksi suhu di permukaan es saat melintas di atas Antartika. Scambos dan rekan-rekannya menyaring data satelit selama bertahun-tahun untuk memetakan kapan dan di mana suhu terendah bisa ditemukan di permukaan Bumi.
Titik terendah ditemukan di sebuah cekungan kecil di puncak kubah es yang berada pada ketinggian 3800 meter.
Scambos mengatakan bahwa dibutuhkan kondisi khusus agar tercipta suhu ekstrem tersebut.
Pertama, wilayah itu harus mengalami musim dingin panjang dengan malam yang juga panjang. Kedua, angin tidak bergerak untuk beberapa hari dengan langit cerah tidak berawan. Ketiga, tidak ada debu es yang menempel di permukaan lapisan es.
Penelitian Scambos dan timnya ini telah diterbitkan di Geophysical Research Letters edisi Senin, 25 Juni 2018.
Â
Sumber: Dream.co.id