Batik Lasem Warna Alam Ikut Mejeng di Sela Pertemuan IMF-World Bank

Warna alam pada batik Lasem salah satunya adalah getah pitik alias warna darah ayam. Karya pengrajin dari Lasem itu ikut dipamerkan di sela pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 09 Okt 2018, 22:15 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2018, 22:15 WIB
Batik Lasem Warna Alam Ikut Mejeng di Sela Pertemuan IMF-World Bank
Pengrajin batik Lasem yang tampil di Indonesia Pavilion di sela pertemuan tahunan IMF- Bank Dunia. (dok. istimewa/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Nusa Dua - Di tengah pertemuan penting IMF-World Bank di Nusa Dua, Bali, sejumlah BUMN ikut meramaikan dengan menghadirkan Indonesia Pavilion. Di paviliun itu, sejumlah karya menarik tentang Indonesia dipajang, termasuk batik.

Salah satu pengrajin yang ikut berpartisipasi dalam Indonesia Pavilion adalah pengrajin batik asal Lasem, Jawa Tengah. Mereka adalah pasangan suami istri Sugiyarto (53) dan Jumiaty (46).

Pasutri pengrajin batik itu memproduksi Batik dengan warna alam. Beragam motif diaplikasikan pada batik Lasem oleh Jumiaty, di antaranya Sekar Jagat (Bunga Sejagat) yang memiliki motif berbagai bunga, Batik Baganan yang memiliki motif Kawong Mata Dua, Kawong Bunder, Gitaran, Kawong Rambutan, Kawong Melati dan Sidomukti.

Salah satu warna khas dari batik Lasem adalah getih pitik atau merah darah ayam. Warna itu bukan berarti dihasilkan dari darah ayam asli, melainkan campuran dari bubuk pewarna merah alami dengan air lasem pada zaman dahulu. Warna lain yang kerap menghiasai kain adalah merah, biru, oranye, kuning, dan cokelat.

Pengrajin tersebut merupakan Mitra Binaan salah satu Bank BUMN yaitu BNI. Jumiaty selama enam tahun ini menjual batik Lasem warna alam dengan kisaran harga Rp 100 ribu hingga Rp 1 juta per kain. Jumiaty mengaku sangat senang bisa ikut berpartisipasi di Indonesia Pavilion.

"Kami mengucapkan terima kasih, karena sudah diikutsertakan di acara ini. Harapan kami, dengan hadir di sini, semua pengunjung, termasuk para delegasi dapat mengetahui Batik Indonesia sehingga dapat go international," kata Jumiaty dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Selasa (9/10/2018).

Batik memang tak hanya disukai masyarakat Indonesia, tetapi juga dunia. Ini terbukti dari nilai ekspor batik dari masa ke masa yang menunjukkan perkembangan positif.

Menurut data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), capaian nilai ekspor batik dan produk batik pada 2017 sebesar 58,46 juta dolar AS atau setara Rp 889 miliar lebih (kurs 1 dolar AS = Rp 15.210). Pasar utama batik Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat (AS), dan negara-negara di Eropa.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ikut berperan aktif dalam industri kreatif, salah satunya batik. Lembaga ini memiliki mitra binaan yang sudah go international pula.

Momen Pertemuan Tahunan IMF - Bank Dunia 2018, yang diselenggarakan di Nusa Dua Bali pada 8-14 Oktober 2018, dinilai strategis untuk semakin mengenalkan batik ke masyarakat dunia.

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya