Kisah Mantan Pelaut yang Hidup di Jalan Selama 30 Tahun Jadi Pemulung

Kisah inspiratif dari seorang pemulung yang pandai berbahasa Inggris dan Jepang. Bahkan, ia tak pernah meninggalkan ibadah salat lima waktu.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Apr 2019, 07:30 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2019, 07:30 WIB
Gerobak Pemulung
Gerobak seorang pemulung bernama pak Iskandar (dok. Liputan6.com/Adinda Kurnia)

Liputan6.com, Jakarta - Iskandar namanya, seorang mantan pelaut. Di usianya yang bisa dikatakan tidak muda lagi, ia masih semangat menarik gerobak untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. 

Tidak ingin menghabiskan waktunya untuk berdiam diri di rumah setelah pensiun. Pria kelahiran 1933 ini memilih mencari rezeki yang halal sebagai pemulung yaitu dengan mengumpulkan kardus, koran bekas, dan botol-botol plastik. 

Kini kehidupannya jauh berbeda dari sebelumnya, ia hidup sebatang kara. Istrinya sudah meninggal dunia dua tahun lalu dan kedua anaknya terlebih dahulu dipanggil Sang Pencipta. Ia juga menyampaikan bahwa rumah dan tanah hasil warisan bersama saudaranya kini sudah dijual.

Tak pernah menyalahkan takdir begitulah sosok pemulung tua itu, ia selalu mensyukuri apa yang Tuhan berikan. "Pekerjaan ini saya anggap pekerjaan paling halal orang sudah buang, saya halalkan saya kumpulkan saya ditimbang untuk makan," ujar Iskandar kepada Liputan6.com di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, baru-baru ini.

Pagi-pagi sekali ia bergegas, sekitar jam enam pagi dengan berjalan kaki ia mengelilingi jalan-jalan di sekitar daerah Menteng, Jakarta Pusat. Tak lupa pemulung itu selalu membiasakan diri meminta perlindungan kepada Allah saat akan berkerja. 

"Kita mau umur panjang, rajin-rajinlah beribadah lakukan apa yang diperintahkan Allah, Insya Allah diberi umur panjang. Jangan buru-buru disembahyangkan," ujarnya sambil tersenyum.

Seperti apa yang tertulis pada belakang gerobaknya "Bersembahyanglah kamu sebelum disembahyangkan! Orang pemalas dibenci oleh Allah, bekerja, berusaha serta berdolah selalu pada Allah," tulisnya. 

Orang pemalas dibenci oleh Allah, ia menuliskan kata tersebut di gerobak karena menurutnya hal itu terkandung dalam Alquran. Ia pun menambahkan sebelum kita berbuat yang tidak baik alangkah baiknya jika selalu mengingat Tuhan sebelum semuanya diminta kembali kepada yang di atas.

Semangat Hidupnya Luar Biasa

Iskandar seorang pemulung
Sosok Inspirasi Iskandar seorang pemulung yang tidak pernah meninggalkan salat lima waktu (dok. Liputan6.com/Adinda Kurnia)

Meski hidup apa adanya, ia mengaku tak merasa kurang. "Rizki Allah lebih, tapi saya minta secukupnya saja, kurang pun alhamdulillah sebab kita sudah kurang sekarang, ada yang lebih kurang," ujar Iskandar.

Ia menambahkan, saat mengingat orang yang tidak bisa makan setiap harinya ia merasa sangat terpukul. Bersyukur adalah hal yang selalu dilakukan karena dengan penghasilan Rp 32 ribu sehari, ia masih bisa makan sehari dua kali. 

Pria yang ternyata mahir berbahasa Inggris dan menguasai bahasa Jepang tersebut memiliki motivasi hidup yang luar biasa. Di sisa usianya ini ia hanya meminta kepada Allah untuk diberikan umur panjang dan kesehatan.

Walaupun setiap hari berkeliling dan berjalan jauh ia menyatakan bahwa sampai saat ini masih merasa selalu sehat. Dari pagi hingga petang ia jalani kehidupan, waktunya beristirahat ia habiskan di pinggir jalan dan memilih tidur di halte.

Soal salat ia tak pernah tinggalkan, terkadang ia memilih untuk salat di Masjid Cut Meutia di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Namun ketika waktu azan sudah tiba ia memilih untuk salat di jalan menggunakan koran. "Saya bawa air ini untuk salat," tutur Iskandar.

"Dalami salat kamu, di samping kamu dalam pergaulan bagi anak muda, rajin-rajinlah menjalankan kewajiban, bersembahyang. Jika kita rajin bersembahyang maka dia akan merubah sifat buruknya. Kalau dia sudah malas sembahyang itu tambah rusak," jelasnya memberikan pesan untuk anak muda. (Adinda Kurnia Islami)

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya