Mencetak Generasi Muda Mahir Digital Sejak Dini untuk Ciptakan Ribuan Unicorn

Indonesia bukan hanya mempunyai tol darat, tol laut, tol udara, tetapi juga tol langit.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Okt 2019, 19:54 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2019, 19:54 WIB
Generasi milenial
Ilustrasi meeting startup generasi milenial (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini fasilitas dan transportasi umum di Indonesia semakin bertambah. Begitu juga dengan jalan tol. Lalu apa istilah tol langit.Istilah yang pertama kali dilontarkan oleh Wakil Presiden terpilih K.H. Ma'ruf Amin ini terus mencuat dan semakin familiar.

"Kita sudah memiliki investasi infrastruktur yang hebat. Tidak saja tol darat, tol laut, tol udara, tetapi saya sebutnya juga tol langit. Ini nama yang kami gunakan untuk digital," ucap K.H. Ma'ruf Amin dalam salah satu debat Capres dan Cawapres di awal 2019.

Kini, tol langit yang sebelumnya sempat menjadi gurauan warganet, akhirnya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, 14 Oktober 2019 dan sudah siap beroperasi. Tol langit merujuk pada Palapa Ring, infrastruktur internet yang terdiri atas kabel optik, microwave, dan menara BTS 4G, yang disiapkan pemerintah untuk menghadirkan internet cepat guna menggenjot industri digital.

Menanggapi prestasi ini, pakar Ekonomi Kerakyatan dan Koperasi Milenial, Frans Meroga Panggabean mengatakan kalau ini bisa menjadi momentum kebangkitan ekonomi digital Indonesia dalam masa revolusi industri 4.0. Dengan ketersediaan infrastruktur jaringan internet cepat, maka dapat diprediksi minat generasi muda untuk menekuni bisnis digital pasti akan melonjak tajam.

Menurut Frans, ia dan teman-temannya di Generasi Optimis Indonesia meyakini kalau ekonomi digital akan membuat Indonesia menjadi negara maju pada 2030.

"Analisa kami memprediksi akan ada 1.000 unicorn yang akan berkontribusi atas pertumbuhan ekonomi sehingga Indonesia memiliki total PDB $ 3 trilliun pada 2030 dan meraih "Top 5" negara dengan ekonomi terbesar di dunia," terangnya lagi.

Selanjutnya Frans Meroga, yang juga Wakil Ketua Umum Generasi Optimis (GO) Indonesia mengatakan bahwa tantangan prospek ekonomi digital di Asia Tenggara sampai 2025 diyakini mampu menembus angka 150 miliar dolar AS.

"Kami yakin dengan penyesuaian kurikulum di semua tingkatan sekolah diyakini akan merangsang generasi muda Indonesia mahir digital sejak dini," jelas lulusan MBA dari University of Grenoble, Perancis ini.

"Pengenalan dini terhadap penggunaan digital dapat dimulai sejak sekolah menengah pertama (SMP). Kurikulum pelajaran komputer dapat disesuaikan dengan telah mulai mengenalkan jaringan, aplikasi, dan coding sejak kelas 7," lanjutnya.

Selanjutnya penjurusan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat dibuatkan jurusan digital guna melengkapi jurusan IPA dan IPS yang telah ada selama ini.  "Jadi penjurusan di SMA bisa dimulai sejak kelas 10 dan mendesak segera dibuka jurusan digital yang akan mengajarkan membuat platform aplikasi digital, big data, dan jaringan," ucap tim penulis buku "The Ma'ruf Amin Way" ini.

KH Ma'ruf Amin
Wakil Presiden Terpilih KH Ma'ruf Amin. foto: istimewa

Penggiat koperasi milenial ini pun menambahkan, untuk dapat mencetak SDM muda berkualitas dan siap pakai, maka pendidikan vokasional berorientasi skill based juga harus didorong.

Sejak dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pun dapat segera diakselerasi befokus terhadap penguasaan ekonomi digital. Jiwa wirausaha ditambah penguasaan digital akan menjadi kombinasi yang dahsyat untuk membawa Indonesia terbang tinggi.

"Jadi sudah jelas bakal sekeren apa nanti Indonesia Maju 2030. Dengan momentum peresmian tol langit kemarin, maka infrastruktur koneksi jaringan internet akan semakin cepat dan dapat diandalkan,""ujar Frans.

"Kita targetkan akan ada 1.000 unicorn yang berkontribusi atas pertumbuhan ekonomi yang membuat Indonesia memiliki total PDB 3 trilliun dolar AS pada 2030 dan menempatkan Indonesia pada posisi 5 Besar negara dengan ekonomi terbesar di dunia," sambung Frans.

Tak lupa pula Frans mendorong agar generasi milenial membuat bisnis start-up dengan berbentuk koperasi. Karena minimal ada dua manfaat yang dituju, yaitu akan melindungi para pencipta bisnis start up tersebut dari resiko diambilalih kepemilikannya oleh para pemodal besar. Koperasi sudah jelas berasaskan one man one vote tidak melihat dari berapa besar kontribusi modalnya.

"Yang membuat semakin keren adalah 1.000 unicorn tersebut akan tetap menjadi milik anak bangsa karena berbentuk koperasi milenial," terang Frans Meroga yang juga VP Nasari Cooperative Group ini.

Selain itu, berkoperasi akan menciptakan lingkungan usaha yang kental dengan kebersamaan sehingga generasi optimis dapat membiasakan diri untuk saling toleransi dalam mengambil keputusan yang mengedepankan musyawarah untuk mufakat.

Nilai luhur itulah juga yang menjadi modal dalam bermasyarakat sehingga otomatis keutuhan berbangsa dan bernegara akan terjaga. "Benar-benar terlalu keren untuk tidak diwujudkan," tandas Frans..

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya