Pentingnya Pemimpin Menjadi Teladan dalam Perkataan, Sikap, dan Kejujuran

Diperlukan pendidikan moral dan karakter sejak dini agar pemimpin masa depan bisa menjaga etika dan moralnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Nov 2019, 01:36 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2019, 01:36 WIB
Ilustrasi pemimpin. (istimewa)
Ilustrasi pemimpin. (istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Berbagai peristiwa yang dibagikan di media sosial kerap menarik perhatian banyak orang. Begitu juga di Indonesia. Dunia media sosial heboh oleh viralnya video Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) Sugianto Sabran yang melakukan aksi lempar botol minuman saat menyaksikan pertandingan sepakbola.

Peristiwa yang terjadi di Stadion Tuah Pahoe, Palangka Raya, 1 November 2019 itu menuai beragam respons negatif terhadap Sugianto. Salah satunya datang dari Ketua Banding Pemilihan PSSI Irjen Pol (Purn) Erwin TPL Tobing.

"Sikap yang ditunjukkan Gubernur Sugianto sulit dibenarkan. Sekalipun dalam situasi emosional, seharusnya sebagai pemimpin daerah beliau bisa menahan diri dan bisa bersikap sebagaimana sepatutnya seorang yang terhormat," ucap Erwin Tobing di Jakarta, 5 November 2019.

"Tak elok pula kalau Gubernur Sugianto meluapkan amarahnya seperti itu kepada Kapolres Palangka Raya AKBP Timbul Siregar. Itu menjadi teladan yang kurang baik bagi warga, terutama generasi muda," sambung Erwin.

Mantan Kapolda Kalimantan Barat itu mengaku bahwa sebagai mantan pemimpin daerah kepolisian, dirinya juga belajar menjaga sikap dan mengolah emosi negatif. Dengan begitu sikap yang tampak di luar tetap bisa menjadi teladan bagi para bawahan dan orang-orang yang melihatnya.

"Apalagi Indonesia sebentar lagi akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U 20 tahun 2021 nanti. Kalau wasit ada kekurangannya atau dirasakan tidak adil, ada prosedurnya. Bukan otot yang didahulukan tapi otak," tukas Erwin.

Selaras dengan Erwin Tobing, Ketua Harian Generasi Optimis (GO) Indonesia, Frans Meroga mengatakan, "Dua kali melempar botol air mineral, turun dari podium hendak protes wasit, itu adalah adab buruk dan tindakan provokatif dari Pak Sugianto. Semoga generasi muda tidak meniru sikap seperti ini dan jangan sampai terulang lagi di dunia persepakbolaan Indonesia".

Frans menyatakan bisa memahami kekesalan Sugianto, namun ia menandaskan bahwa kekesalan Gubenur Kalteng itu tak seharusnya diluapkan secara emosional dan provokatif. "Ya kita memang bisa kok tidak puas terhadap wasit, tapi mari kita tiru para petinggi klub di Eropa, mereka bisa menahan diri. Saya harap kita bisa lebih menguasai diri dan menahan emosi," ucap Frans.

"Karena itu saya yakin memang diperlukan pendidikan moral dan karakter sejak dini agar pemimpin masa depan bisa menjaga etika dan moralnya," tegas Frans lagi.

Generasi Optimis Indonesia
Irjen Pol (Purn) Erwin TPL Tobing bersama Horas Sinaga Sekjen Generasi Optimis Indonesia. foto: istimewa

Keteladanan Pemimpin Daerah

Sikap kontroversial Gubernur Kalteng Sugianto Sabran itu juga mendorong Sekretaris Jenderal GO Indonesia Tigor Mulo Horas Sinaga angkat bicara.

"Saya yakin Pak Sugianto itu politisi yang dewasa, tapi ya karena situasi di lapangan waktu itu membuat beliau lepas kontrol, sehingga emosinya meluap. Kita semua bisa juga lepas kendali. Tapi sebagai pejabat publik, kita dituntut untuk cakap mengelola emosi dan kemarahan," tutur Horas.

Pengamat politik itu mengatakan, emosi yang tak terkendali seperti yang disuguhkan Sugianto kepada khalayak bisa berimbas pada buruknya citra Gubernur Kalteng itu di mata publik.

"Citra dan kharisma pemimpin sangat dipengaruhi oleh kemampuannya berbicara serta bersikap dengan tepat di depan publik. Nah poin minus Gubernur Sugianto kemarin telak mendarat ke diri beliau ketika beliau kehilangan kontrol atas emosi. Sikap meledak-ledak seperti itu sangat tak elok bagi seorang Kepala Daerah," kata Horas.

Sekjen GO Indonesia itu mendorong para Kepala Daerah untuk mewaspadai lepasnya kendali emosi seperti yang didemonstrasikan oleh Sugianto, Bagi Horas, seorang pemimpin dituntut untuk memberi keteladanan, baik itu dalam ujaran maupun tindakan. Sehingga, kemampuan mengelola kemarahan dan emosi wajib dimiliki oleh para Kepala Daerah.

"Pemimpin itu diharapkan memberi keteladanan dan integritas. Baik dalam perkataan, sikap, dan kejujuran. GO Indonesia mendorong semua Kepala Daerah untuk memeriksa kembali sikap dan keteladan mereka selama ini di mata masyarakat. Kami berharap ke depan semua Kepala Daerah di Indonesia mengedepankan kesopanan, tata krama, dan integritas," pungkas Horas.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya