Dampak Covid-19 terhadap Beragam Sektor Masih Dipantau

Wabah Covid-19 diperkirakan juga berdampak pada sektor jasa keuangan lain khususnya bisnis di kawasan wisata.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Mar 2020, 22:38 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2020, 22:38 WIB
Dampak Covid-19 terhadap Sektor Pembiayaan Masih Dipantau
Dampak Covid-19 terhadap Sektor Pembiayaan Masih Dipantau. foto: istimewa

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan akan terus mengawasi dampak wabah COVID-19 terhadap kinerja industri pembiayaan di Indonesia. Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK, Anto Prabowo menghimbau agar pelaku industri keuangan melakukan penyesuaian operasional dengan meminimalkan interaksi antar orang tanpa mengurangi layanan.

“Kami juga menghimbau untuk tidak melakukan kegiatan yang mengumpulkan sejumlah orang baik internal dan atau eksternal dalam bentuk sosialisasi, rapat, dan events lainnya. Interaksi kiranya dilakukan melalui pemanfaatan sarana teknologi informasi,” jelasnya.

Sejauh pengamatan OJK, yang paling terkena dampak wabah virus Corona ini adalah sektor produktif yang dibiayai oleh perbankan. Komposisinya saat ini berkisar antara 28 hingga 30 persen, adapun sisanya 70 sampai 72 persen lebih kepada pembiayaan sektor konsumtif.

Selain itu, wabah ini diperkirakan juga berdampak pada sektor jasa keuangan lain khususnya bisnis di kawasan wisata. Meski begitu, lembaga pengawas keuangan tersebut masih melihat lebih dulu dampak korona terhadap beragam sektor lainnya seperti industri multifinance dan fintech lending.

Salah satu pelaku industri fintech lending bidang properti, Gradana, sejauh ini menunjukkan kinerja bisnis yang cukup solid. Menurut Direktur Utama Gradana Angela Oetama, sampai dengan 12 Maret 2020, pada kuartal pertama 2020 ini, perusahaan menerima permintaan pembiayaan yang signifikan baik dari sisi individu maupun yang berbentuk badan hukum untuk segala kebutuhan yang berhubungan dengan properti.

Layanan yang diminta seperti pembiayaan sewa, renovasi maupun pembelian properti dan invoice financing bagi vendor-vendor properti.

“Termasuk juga segmen business to business atau B2B. Pembiayaan properti untuk sektor ini turut tumbuh dengan adanya mismatch antara cash flow versus biaya sewa dan renovasi yang harus dibayarkan di depan untuk membuka ruang usaha,” tuturnya saat ditemui di Jakarta, 17 Maret 2020.

“Gradana bisa membantu pelaku usaha atau tenant-tenant mal untuk memfasilitasi biaya talangan sewa maupun renovasi, dengan tenor hingga 24 bulan bagi yang menggunakan rekening pribadi,” lanjutnya.

Menurutnya, sektor keuangan merupakan nadi ekonomi nasional, dan sejauh ini produk yang dirilis Gradana relatif stabil dengan segmen pasar yang masih prospektif.

“Kami melihat bahwa meningkatnya permintaan dalam kurun waktu tiga bulan terakhir awal 2020 ini tidak lepas dari pengaruh pandemik Corona. Larangan berada di tempat umum, himbauan untuk tidak bertemu orang di area publik, berpengaruh signfikan terhadap minat masyarakat dalam mengakses layanan teknologi finansial seperti Gradana,” terang Angela.

Ia menambahkan, masyarakat jadi berhati-hati jika ingin ke berbagai tempat layanan pembiayaan umum seperti perbankan yang mengharuskan bertemu tatap muka secara langsung, atau keluar rumah untuk menyerahkan identitas dan verifikasi data.

Ilustrasi uang
Ilustrasi uang. Sumber foto: unsplash.com/rawpixel.

“Sementara dengan tekfin, cukup secara daring saja semua kebutuhan finansial bisa terpenuhi. Jadi lebih aman dan nyaman dalam situasi seperti sekarang,” ucap Angela.

Gradana tidak saja menyasar end-users, namun juga investor yang ingin menanam dananya di properti.  Kita tahu bahwa produk properti bisa dikatakan selalu tumbuh positif, dan tidak mungkin turun. Permasalahannya dengan investasi properti konvesional , tidak semua orang memiliki dana yang cukup untuk membeli sebuah hunian untuk kemudian dijual lagi.

Kalau pun sanggup, hal itu sangat spekulatif dan belum tentu ada yang beli atau dapat terjual dengan harga yang diharapkan apabila ada kebutuhan dana mendadak.

“Dengam metode crowdfunding Gradana justru menawarkan alternative investasi seharga secangkir kopi dimana off-takernya seperti calon pembeli dan penyewanya sudah ada. Jadi selain lebih terjangkau juga lebih terukur dan tidak spekulatif,” tuturnya.

Ia mengatakan bahwa dengan adanya wabah ini, ditambah dengan jatuhnya harga saham emiten-emiten di BEI serta kasus mega korupsi Jiwasraya, ekonomi menghadapi tantangan cukup berat di tahun 2020 ini.

“Investor kakap maupun ritel mencoba mengalihkan portofolio investasinya ke instrumen lain. Sejauh ini, berinvestasi pada properti tetap menjadi pilihan karena harganya yang relatif stabil dan berjangka panjang,” ungkapnya.

Beragam produk Gradana seperti GraSewa, GraRenov, GraDP dan GraStrata sejauh ini masih stabil dalam kuartal pertama. Memasuki perlambatan ekonomi nasional terkait Covid-19, Angela optimis bisnis tetap bisa tumbuh positif.

“Sektor pembiayaan model P2P seperti ini menurut saya akan tetap bertahan dan bertumbuh. Sebab, kebutuhan hunian dan ruang untuk menjalankan usaha adalah kebutuhan pokok. Kepanikan akibat korona bersifat sementara, namun kebutuhan sandang pangan papan bersifat permanen. Jadi, kami optimis tahun ini kinerja Gradana tetap bertahan secara positif,” tutupnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya