Sektor Wisata Terdampak Corona, PHRI Minta OJK Beri Relaksasi Kredit

Kini terjadi 40 ribu pembatalan kamar hotel dengan total nilai kerugian sebesar Rp 1 triliun.

oleh Tira Santia diperbarui 28 Feb 2020, 15:25 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2020, 15:25 WIB
Suku Bank Bank
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani, mengusulkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memberikan relaksasi dan restrukturisasi kredit kepada sektor pariwisata. Hal tersebut karena industri pariwisata tengah lesu sebagai akibat virus Corona.

"Tapi harus diingat kami sendiri di sektor pariwisata hotel ini paling merugikan itu, adalah biaya bank bunga, pajak jalan terus, kita usulkan ke OJK agar ada relaksasi. Karena benar-benar drop luar biasa, pengenaan cicilan bank berjalan seperti sekarang itu akan menjadi problem," kata Haryadi setelah kegiatan Diskusi Strategis Pariwisata bersama MarkPlus Tourism, di menara 88, Jakarta, Jumat (28/2/2020).

Dalam catatan Hariyadi, untuk destinasi Batam dan Bintan, tingkat keterisian hotel pada bulan Januari dan Februari tahun 2020 turun hingga 40 persen jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Saat ini, rata-rata tingkat keterisian di kisaran 20-30 persen.

"Tergantung daerahnya, jadi kalau seperti Bintan itu dropnya kira-kira hampir 50 persen dari normalnya, jadi normalnya dia itu kalau saat ini sekitar 55-60 persen, sekarang itu mereka sudah 30-40 persen," ujarnya.

Begitupun dengan destinasi wisata Bali, alami penurunan hunian berkisar 60-80 persen, khususnya di daerah favorit Turis China seperti Nusa Dua, Tuban, Legian, dan Kuta. Hal ini juga disebabkan karena Turis China merupakan kontribusi wisman terbesar di Bali.

"Bali dropnya hampir 50 persen, kalau Jawa masih mendingan masih stabil karena memang kita turisnya lebih sedikit dan pergerakan domestiknya besar. Kalau Bali aja misalnya kita hitung dua bulan ini rata-rata 180 ribu orang (turis Tiongkok) dikali aja USD 1100 per orang, itukan jumlahnya sudah USD 2 miliar lebih, untuk khusus Tiongkok saja, belum yang lainnya," jelasnya.

 

Kerja Sama

Ilustrasi Kamar Hotel
Ilustrasi kamar hotel. (iStockphoto)

Tentunya, penurunan itu dinilai sangat serius. Maka dari itu diperlukan kerja sama pemerintah dengan swasta untuk menjaga supaya kunjungan turis mencanegara tidak turun lagi.

Saat ini, rata-rata hunian hotel hanya mencapai 30-40 persen dari kapasitas hotel. Bahkan kini terjadi 40 ribu pembatalan kamar hotel dengan total nilai kerugian sebesar Rp 1 triliun.

Lalu Manado, biasanya tercatat 70 persen turis yang datang dari China, tapi kini huniannya turun hingga 30-40 persen, dibandingkan sebelumnya.

Sementara itu, destinasi wisata yang tak terdampak banyak hanya di pulau Jawa dan Makassar. Hal ini dikarenakan masih banyaknya wisatawan domestik. "Kalau Jawa lebih stabil karena turisnya relatif pergerakan domastik lebih besar," ujarnya.

Melihat dari kerugian yang dialami oleh sektor pariwisata khususnya hotel, ia pun dengan sigap melakukan komunikasi dengan pihak OJK untuk minta relaksasi.

"Secara lisan sudah ke OJK untuk minta relaksasi, sudah mulai dampaknya kerasa banyak yang terutama dampak turisnya besar, tidak hanya Tiongkok dan itu hampir semua yang terdampak seperti Batam, Bintan, Yogyakarta, bahkan puncak juga turun tamu dari Arab Saudinnya, serta Bali, Menado, Labuan Bajo juga," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya