Tips Ikut Acara Lari Virtual dari Komunitas Lari

Dengan format berbeda, beberapa penyesuaian harus diperhatikan saat turut serta dalam acara lari virtual.

oleh Asnida Riani diperbarui 10 Sep 2020, 04:04 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2020, 04:04 WIB
lari
ilustrasi lari/Photo by Nathan Cowley from Pexels

Liputan6.com, Jakarta - Jadi alternatif untuk tetap aktif secara fisik, penyesuaian praktik olahraga dilakukan selama pandemi. Termasuk di dalamnya adalah penyelenggaraan acara lari virtual sebagai pengganti offline event yang biasanya mengumpulkan sekian banyak peserta.

Dalam pelaksanaannya, format acara lari virtual sedikit berbeda, yakni terdapat periode dengan akumulasi jarak yang sudah ditentukan maupun dipilih. Umumnya bisa dilakukan dalam beberapa hari, sekian minggu, bahkan satu bulan.

Berkaca pada perbedaan operasional dengan acara lari konvensional, Co-Founder IndoRunners, Yomi Wardhana, mengatakan bahwa pengaturan waktu lari jadi kunci dalam ikut event lari virtual.

"Karena setiap runner sebenarnya punya jiwa kompetisi," katanya dalam konverensi pers daring Virtual Experience Sport (VXSport) oleh Dyandra Promosindo, Senin, 7 September 2020.

Dari situ, sambung Yomi, dengan sendirinya bakal terbentuk niat untuk lari walau secara suasana sangat berbeda. Menurutnya, offline event lari dengan segala nuansanya tetap belum bisa tergantikan.

Suara serupa juga disampaikan Teddy Wahyu dari IkastaRun. Menurutnya, diakui atau tidak, setiap pelari punya jiwa kompetitif untuk lari lebih baik. Karenanya dalam ikut acara lari virtual, setiap runner disarankan memilih jarak yang sesuai.

"Harus tahu juga tujuan larinya untuk apa. Lalu, timing cocok atau tidak dengan slot waktu yang dipunya," katanya dalam kesempatan yang sama. Ia pun menyetujui bahwa nuansa lari virtual memang beda dengan offline race.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Olahraga Lari di Masa Pandemi

Ilustrasi
Ilustrasi lari virtual. (dok. pexels/Andrea Piacquadio)

Terlepas dari hingar-bingar nuansa, di masa pandemi, Yomi mengatakan, kegiatan lari pada dasarnya kembali ke hakikat untuk membuat tubuh sehat.

Dengan pemberlakuan kebijakan bekerja dari rumah, Wahyu menuturkan, ia justru bisa berolahraga lebih sering. "Bisa 30--45 menit setiap hari," katanya.

Ia sendiri lebih suka berlari di waktu setelah subuh karena udara masih segar dan belum bertemu banyak orang. "Pukul 6 atau 6.05 orang baru keluar buat lari, saya sudah di rumah lagi," tuturnya.

IkastaRun pun memberi saran pada para anggota untuk lari secara individu. Pun mau berkelompok, jumlahnya sekitar 2--4 orang dengan tetap memerhatikan praktik protokol kesehatan.

"Kami rutin tes supaya pas olahraga bareng lebih tenang. Terus bawa masker dan menghindari kerumunan," ucap Wahyu,

Perubahan dalam berolahraga lari pun dilakukan Mico Tanahbrata dari Komunitas Canirunners. Awalnya, Mico mengatakan, biasa lari di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta. Namun, sekarang ia memilih cari lokasi lain yang lebih sepi. "Bisa juga lari cuma di treadmill," katanya.

Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati
Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya