Liputan6.com, Jakarta – Remaja banyak yang tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas dan bahaya kekerasan. Padahal remaja juga menghadapi lingkungan yang penuh risiko. Mulai dari tindak kekerasan dari lingkungan terdekat, kehamilan tidak diinginkan, sampai infeksi menular seksual.
Adanya kesenjangan pengetahuan yang dimiliki remaja tentang berbagai bahaya-bahaya yang dapat merusak masa depannya, mencerminkan bahwa pendidikan seksual dan reproduksi yang tepat dikalangan remaja masih menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan, khususnya di Indonesia.
Menurut data perkawinan anak dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2018 dari Kemenppa BPS tercatat angka perkawinan anak di Indonesia terbilang cukup tinggi yaitu mencapai 1,2 juta kejadian. Dari jumlah tersebut proporsi perempuan umur 20-24 tahun yang berstatus kawin sebelum umur 18 tahun adalah 11,21% dari total jumlah anak, artinya sekitar 1 dari 9 perempuan usia 20-24 tahun menikah saat usia anak.
Advertisement
Jumlah ini berbanding kontras dengan laki-laki dimana 1 dari 100 laki-laki berumur 20 – 24 tahun menikah saat usia anak. Hal ini menjadi suatu persoalan yang mendesak bagi Rutgers WPF Indonesia, sebagai organisasi non-profit yang bergerak pada isu Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR), serta pencegahan Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KGBS) merasa membutuhkan dedikasi yang kuat untuk dapat menyelamatkan remaja yang bebas dari kekerasan dan perilaku seksual berisiko yang dapat merugikan masa depannya.
Baca Juga
Rutgers WPF Indonesia sendiri sudah berkiprah di Indonesia sejak tahun 1977, dengan melibatkan mitra pemerintah serta pelaksana di daerah kerja, dan didukung oleh Kementerian Luar Negeri Belanda. RutgersWPF Indonesia mendukung anak muda Indonesia untuk menjadi pemimpin masa depan, dan mendorong mereka untuk memiliki kesempatan dalam pendidikan yang adil dan sejahtera pada masa pertumbuhannya.
Dalam mencapai upaya tersebut, seringkali anak muda menghadapi berbagai tantangan dan hambatan, Tantangan ini menghambat anak muda mencapai kondisi yang sehat, percaya diri, tumbuh sebagai remaja yang memiliki kebebasan berpikir, mengemukakan pendapat termasuk ruang untuk mengekspresikan diri. Bertolak dari pemahaman diatas, lahirlah Program Get Up Speak Out [GUSO], Yes I Do [YID], Prevention+ [P+], Dance 4 Life [D4L], dan Explore4Action[E4A] yang digagas untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut.
Program-program ini sudah dimulai sejak tahun 2016 dan berakhir pada bulan September 2020 dengan pencapaian yang membanggakan, dimana Rutgers WPF Indonesia bersama pemerintah dan mitra-mitra strategis terlibat dalam pembangunan khususnya untuk pemenuhan HAM melalui penghapusan kekerasan dan mempromosikan kesehatan seksual dan hak reproduksi di Indonesia.
Seputar Program
1. Program Get Up Speak Out (GUSO) berusaha mengisi kurangnya informasi dan layanan seksualitas dan kesehatan reproduksi bagi remaja yang bertujuan untuk meningkatkan akses dan informasi terkait pendidikan dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang ramah remaja.
Tak hanya itu, GUSO juga ingin memberi ruang bagi remaja untuk bersuara akan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) mereka. Kami percaya, bahwa seluruh remaja termasuk yang terpinggirkan dan rentan, memiliki kendali untuk memilih dan menjalankan haknya tanpa stigma dan diskriminasi. https://rutgers.id/program/guso/
2. Program Yes I Do (YID) dilaksanakan oleh Rutgers WPF Indonesia bersama Plan International Indonesia yang berfokus pada pencegahan perkawinan anak, kehamilan remaja, dan praktik berbahaya bagi kesehatan reproduksi anak perempuan di Kabupaten Sukabumi, Rembang, dan Lombok Barat. Program ini berjalan dari tahun 2016 dan akan berakhir pada tahun 2020 ini.
Kegiatan ini berkontribusi pada pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera, Pendidikan Berkualitas, dan Kesetaraan Gender, dengan memastikan remaja/anak perempuan menuntaskan pendidikan dasar 12 tahun tanpa terkendala karena perkawinan ataupun kehamilan tidak diinginkan pada remaja perempuan. https://rutgers.id/program/yes-i-do/
3. Program Prevention+ bertujuan untuk mengurangi kekerasan terhadap perempuan serta meningkatkan partisipasi ekonomi perempuan dengan pendekatan pelibatan laki-laki sebagai agen perubahan dan mempromosikan nilai maskulinitas yang positif berdasarkan nilai kesetaraan dan non-kekerasan.
Program ini berjalan di wilayah Yogyakarta dan Lampung serta di Jakarta dalam rangka implementasi program di tingkat lokal maupun advokasi nasional. Untuk mencapai tujuannya, Rutgers WPF Indonesia melakukan intervensi program di beberapa level, yaitu: individu, komunitas, institusi, dan pemerintah. https://rutgers.id/program/prevention/
4. Program Dance4Life menghadirkan pendidikan seksualitas yang komprehensif melalui model pemberdayaan (empowerment model) untuk anak muda berusia 13 – 19 tahun. Proses pemberian informasi yang komprehensif dilakukan melalui metode reflektif dengan berlandaskan pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning).
Metode ini mengizinkan para peserta melakukan berbagai aktivitas yang unik, kreatif, dan menyenangkan yang menggambarkan situasi anak muda dan dapat direfleksikan dengan kondisi atau pengalaman masing-masing individu.
Melalui pengetahuan dan keterampilan yang diberikan dalam program Dance4Life, anak muda diharapkan dapat membangun kepercayaan diri dalam menentukan sikap dan perilaku hidup sehat, saling menghargai perbedaan dan persamaan, serta kematangan emosi yang membekali mereka menjadi pemimpin masa depan. https://rutgers.id/program/dance4life/
5. Program Explore4Action sebuah program penelitian 4 tahun untuk mengetahui pengalaman tumbuh kembang remaja 12-24 tahun terutama terkait kesehatan seksual dan reproduksi mereka, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengalaman ini secara positif maupun negatif.
Program ini juga menggali dampak dari pendidikan seksualitas komprehensif yang difasilitasi oleh Rutgers WPF, yaitu SETARA (Semangat Dunia Remaja) bagi mereka. Data dikumpulkan di tiga lokasi di seluruh Indonesia: Semarang, Bandar Lampung dan Denpasar.
Pencapaian Program
1. Program GUSO, melalui penelitian longitudinal GEAS (Global Early Adolescent Study) yang dilakukan oleh John Hopkins University, Universitas Gadjah Mada dan Rutgers Belanda telah membuktikan bahwa GUSO berhasil meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja usia 13-15 tahun dalam menghadapi perubahan akibat pubertas dengan percaya diri menggunakan modul pendidikan kesehatan reproduksi yang diberi nama, "SETARA" atau kependekan dari Semangat Dunia Remaja.
Di tingkat kebijakan, meskipun belum ada regulasi yang eksplisit untuk PKRS, GUSO telah berhasil meningkatkan kesadaran akan pentingnya program PKRS di sekolah di antara pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya.
2. Yes I Do: telah berhasil meningkatkan kualitas akses, layanan dan informasi kesehatan reproduksi remaja serta membangun sistem yang komprehensif dalam pencegahan dan penanganan kasus perkawinan anak. Upaya-upaya ini telah secara signifikan menurunkan jumlah perkawinan anak di ketiga wilayah intervensi di Sukabumi, Rembang dan Lombok Barat dan termasuk mencegah terjadinya kehamilan remaja dan praktik berbahaya bagi organ perempuan.
3. Prevention+: telah mengangkat perhatian dan fokus pada pencegahan dan penghapusan kekerasan berbasis gender, mulai dari tingkat individu hingga kelembagaan, dengan melibatkan laki-laki sebagai agen perubahan bersama gerakan perempuan, melalui kesadaran kritis, mendobrak nilai-nilai patriarkal dan toksik maskulin namun tetap menghormati budaya dan agama lokal.
Pada tingkat kebijakan, program ini memfasilitasi peraturan daerah yang menempatkan laki-laki dan anak laki-laki sebagai salah satu solusi untuk mencegah kekerasan berbasis gender di daerah mereka.
4. Dance4Life: Berhasil meningkatkan partisipasi dan minat remaja untuk menemu-kenali diri mereka, eksistensi mereka hubungan dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan dengan masyarakat disekitarnya. Melalui tarian, anak muda diajak untuk memiliki jiwa kepemimpinan dan rasa bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan yang mereka buat.
Capaian program yang merupakan serangkaian kegiatan selama lima tahun terakhir tersebut ditutup secara ciamik melalui sebuah kegiatan yang bertajuk “Your Voice, World’s Future”. yang melibatkan seluruh komponen dari program tersebut yang dilaksanakan pada 17 Oktober 2020 dan disiarkan melalui channel Youtube Rutgers Indonesia
Acara tersebut menjadi ajang untuk menunjukkan hasil kerja tiap program termasuk pelaksanaan desiminasi pengetahuan HKSR dan KBGS kepada masyarakat luas serta memperkuat branding Rutgers WPF Indonesia sebagai center of excellence pada bidang HKSR dan KBGS di Indonesia.
Satu hal menarik dari kegiatan ini, acara ini melibatkan bintang tamu yang tentunya tak asing lagi di kalangan remaja, Lagu-lagu JKT48 kerap kali mengandung pesan semangat dan jangan menyerah, relasi yang sehat dengan teman sebaya, dan mencintai diri sendiri demi masa depan yang cerah. Untuk itu, sangat cocok bila JKT48 dilibatkan untuk membantu menyampaikan isu-isu Rutgers WPF Indonesia kepada para remaja.
Kegiatan yang dilakukan secara online event melalui Youtube ini, sampai dengan hari ini sudah disaksikan oleh 9.000 lebih para fans JKT48 dan juga para remaja lintas wilayah di Indonesia. Kegiatan ini dibuka dengan penampilan yang ditunggu-tunggu dari JKT 48 membawakan lagu “Heavy Rotation”, lagu yang tak asing lagi di kalangan remaja.
Rangkaian kegiatan ini diisi oleh showcase program-program Rutgers WPF Indonesia yang menampilkan capaian-capaian program, serta testimoni-testimoni dari para penerima manfaat program. Country Representative Rutgers WPF Indonesia, Amala Rahmah menyampaikan,
“Sebagai sebuah ikhtiar, Rutgers Indonesia mempertemukan dua dunia, remaja dan dewasa agar keduanya dapat bergerak bersama, bukan hanya sekedar dapat saling berbicara tetapi juga berdialog, bukan hanya bekerjasama tetapi mencipta karya bersama, bukan hanya saling mendengar tetapi saling menyimak dan bukan hanya saling mengerti tetapi saling memahami”.
Salah satu penerima manfaat dari program Rutgers Indonesia, Luh Putu Wulandari Artha, KISARA PKBI Bali mengatakan bahwa sebelumnya tidak cukup percaya diri dan insecure untuk berkomunikasi, berinteraksi dan bernegosiasi dengan orang dewasa.“Dengan mengikuti Training Meaningful Youth Participation (MYP) saya jadi lebih tahu kalua remaja harus berani menyuarakan pendapatnya sendiri, karena kalau bukan kita sendiri sebagai remaja siapa lagi yang lagi lebih tahu kebutuhan kita selain kita sendiri”ujarnya mantap.
Kegiatan ini banyak menyajikan pertunjukan menarik. Salah satunya, pertunjukan drama melalui video yang berjudul “Dialog Meja Makan”, yang menceritakan tentang percakapan antara suami dan istri tentang norma gender di masyarakat yang mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari.
Mengutip salah satu dialog dari pertunjukan ini, “Kadang dunia juga gak adil kok untuk laki-laki, harus bisa strong, harus bisa mimpin, harus bisa tanggung jawab sama urusan keluarga.”, ungkap pemeran laki-laki. Lalu, pemeran perempuan menjawab, “Lalu kenapa gak dibagi sama aku? Jadi kita bisa ngerjain sama-sama. Kan semua yang dilakukan perempuan, laki-laki juga bisa, Begitupun sebaliknya.”
Selama berlangsung 2,5 jam live disiarkan di Youtube, kegiatan ini ditutup sebuah penampilan kolaborasi dari Rutgers Indonesia dan JKT48, membawakan lagu dan tarian “JUST SPEAK UP!”, sebuah original jingle dari Rutgers WPF Indonesia untuk mengajak para remaja agar memiliki keberanian untuk berbicara demi mendapatkan masa depan yang lebih cerah,