Liputan6.com, Jakarta - Para penggemar boyband BTS di Indonesia menggalang dana lewat situs Kitabisa.com. Donasi tersebut ditujukan untuk membantu para korban gempa di Majene-Mamuju, Sulawesi Barat, dan korban banjir di Kalimantan Selatan.
Baru diluncurkan pada 15 Januari 2021, jumlah donasi yang terkumpul sudah lebih dari setengah miliar rupiah pada Rabu (20/1/2021). Angkanya mencapai lebih dari 90 persen dari target donasi sebesar Rp597.000.000. Itu pun masih tersisa sembilan hari lagi untuk mengumpulkan dana dari para ARMY Indonesia, sebutan bagi para fans BTS di Indonesia.
"Atas nama kemanusiaan, kita mau ajak ARMY Indonesia dan Orang baik buat menyisihkan sedikit rezekinya, bareng-bareng bantu masyarakat terdampak banjir di Kalimantan Selatan dan gempa di Sulawesi Barat. Donasi yang terkumpul akan disalurkan untuk membantu kebutuhan masyarakat di sana seperti makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya," tulis penggalang dana dalam kampanye donasi ARMY Indonesia Peduli Bencana.
Advertisement
Baca Juga
Banjir di wilayah Kalimantan Selatan terjadi sejak 10 Januari 2021. Sekitar sepuluh kabupaten/kota di provinsi itu terdampak banjir yang disebut Presiden Joko Widodo termasuk banjir terparah dalam 50 tahun terakhir. Tiga daerah yang mengalami dampak terparah akibat banjir adalah Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Banjar, dan Kabupaten Tanah Laut.
"Ketinggian antara 0,5 meter hingga satu dan dua meter, bahkan di beberapa lokasi mencapai lima meter. Banjir terjadi dari tanggal 10 Januari, bahkan hingga hari ini. Hanya ada dua kabupaten yang terbebas (dari banjir), yaitu Tabalong dan Kota Baru," kata Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KHLK), RM Karliansyah, saat menggelar konferensi pers secara virtual, Selasa, 19 Januari 2021.
Sementara, gempa terjadi di Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat, terjadi pertama kali pada Kamis, 14 Januari 2021 dengan skala 5,9 magnitudo pada pukul 13.35 WIB. Belum berhenti di situ, gempa susulan dengan skala lebih besar terjadi pada Jumat dini hari, 15 Januari 2021.
Hingga Selasa, 19 Januari 2021, jumlah korban jiwa akibat gempa Sulbar mencapai 88 jiwa. Juru Bicara Basarnas Makassar melalui keterangan resminya merinci dari 88 korban tersebut, 77 orang merupakan warga Mamuju dan 11 orang warga Majene.
Selain itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, hingga Senin, 18 Januari 2021, 253 orang mengalami luka berat dengan rincian 189 warga Mamuju dan 64 warga Majene. Sementara, jumlah korban luka ringan sebanyak 679 orang dan 19.435 orang mengungsi.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Penyebab Banjir Kalsel versi Pemerintah
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), MR Karliansyah menyebutkan banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan disebabkan semata oleh anomali cuaca, bukan berkurangnya luas hutan di daerah aliran Sungai Barito, di Kalsel.
Ia menerangkan DAS Barito Kalsel seluas 1,8 juta hektare hanya merupakan sebagian dari DAS Barito Kalimantan yang mencapai 6,2 juta hektare. DAS Barito Kalsel secara kewilayahan hanya mencakup 39,3 persen kawasan hutan dan 60,7 persen persen Areal Penggunaan Lain (APL) bukan hutan.
"Selama lima hari dari tanggal 9-13 Januari 2021, terjadi peningkatan 8--9 kali lipat curah hujan dari biasanya. Air yang masuk ke sungai Barito sebanyak 2,08 miliar m3, sementara kapasitas sungai kondisi normal hanya 238 juta m3,'' ungkap Karliansyah saat media briefing virtual, Selasa, 19 Januari 2021.
Ia juga menyatakan daerah banjir berada pada titik pertemuan dua anak sungai yang cekung dan morfologinya merupakan meander serta fisiografi-nya berupa tekuk lereng (break of slope), sehingga terjadi akumulasi air dengan volume yang besar. "Faktor lainnya yaitu beda tinggi hulu-hilir sangat besar, sehingga suplai air dari hulu dengan energi dan volume yang besar menyebabkan waktu konsentrasi air berlangsung cepat dan menggenangi dataran banjir," kata Karliansyah.
Ia menambahkan bahwa penjelasan tersebut untuk meluruskan pemberitaan terkait pengakuan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tentang ada pengurangan luas hutan di Kalimantan dalam 10 tahun terakhir. Kabar tersebut kemudian menyebar di media sosial.
"Kami meluruskan soal ini agar tidak terjadi simpang siur informasi di tengah bencana yang dirasakan masyarakat, sekaligus untuk dapat memberi rekomendasi yang tepat bagi para pengambil kebijakan, khususnya pemerintah daerah dalam mitigasi bencana," ujar Karliansyah.
Advertisement