Cerita Akhir Pekan: CHSE Mampu Kontrol Protokol Kesehatan di Tempat Wisata?

CHSE dan peran serta berbagai pihak dapat turut mendukung penerapan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin di berbagai tempat wisata.

oleh Putu Elmira diperbarui 22 Mei 2021, 14:13 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2021, 08:30 WIB
Baru 666 Pelaku Usaha Wisata di Bali Dapat Sertifikasi CHSE Gratis
Ilustrasi penerapan CHSE di tempat wisata di Bali. (dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf)

Liputan6.com, Jakarta - Beragam kebijakan turut digencarkan dalam menekan transmisi Covid-19 yang tengah melanda dunia. Termasuk dalam sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Tanah Air yang kini beradaptasi dengan kebiasaan baru lewat penerapan protokol kesehatan dan CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability).

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyampaikan, CHSE sendiri adalah panduan yang disusun dengan memperhatikan keempat aspek di atas, yakni kebersihan, kesehatan, keamanaan dan keberlanjutan lingkungan.

"Jadi, ini adalah penanganan yang holistik demi pariwisata yang lebih berkualitas dan berkelanjutan, makanya ada aspek environmental sustainability," kata Sandiaga Uno kepada Liputan6.com, Jumat, 21 Mei 2021.

Sandiaga melanjutkan, berkaitan dengan protokol kesehatan, yakni 3M, 3T dan pilar lain seperti vaksinasi, diperlukan pula adanya kerja sama dengan para pemangku kepentingan, seperti Satgas Covid-19, Kementerian Kesehatan, kepolisian, pemerintah daerah dan Satgas Covid-19 setempat.

"Terutama, kita juga butuh kerja sama dari pengelola dari destinasi wisata dan sentra ekonomi kreatif serta Satgas Covid-19 setempat," tambahnya

Pihaknya melihat tingkat kepatuhan dapat dicapai dengan adanya sosialisasi dan edukasi yang baik. Terdapat tiga hal yang jadi sorotan, pertama, tempat wisata yang patuh dan menerapkan CHSE secara ketat dan disiplin, mulai dari protokol kesehatan hingga kapasitas yang sudah dilaksanakan.

Tidak terkecuali dengan mereka yang menjalankan sosialisasi dan edukasi yang baik dan juga kepatuhan serta kerja sama dari masyarakat. Sementara, dua kategori lagi masih perlu ditingkatkan.

"Itu adalah kombinasi selain sosialisasi dan edukasi, juga ada sanksi yang harus disampaikan secara tegas. Bukan hanya sanksi, tetapi juga pendampingan, karena kebanyakan dari mereka sudah memegang panduannya, tapi tidak paham dan cenderung tidak bisa menghadapi pengunjungnya, sehingga kadang-kadang pengunjung abai itu karena tidak diingatkan," ungkap Sandiaga mengenai CHSE.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Partisipasi Masyarakat

Sertifikasi CHSE Masih Belum Mampu Dongkrak Daya Tarik Tempat Wisata
Menparekraf Sandiaga Uno dalam Bincang-Bincang Program CHSE dan Gerakan Pakai Masker, Selasa, 2 Februari 2021. (dok. Biro Humas dan Komunikasi Publik Kemenparekraf)

Sandiaga Uno mengatakan, dari sederet kunjungannya ke destinasi-destinasi wisata, pengunjung perlu terus diingatkan. Termasuk adanya pengumuman publik terkait protokol kesehatan, saling mengingatkan, dan partisipasi dari masyarakat. "Bukti-bukti foto yang viral yang masuk ke WA (WhatsApp) grup kita, Facebook, Instagram, itu adalah bentuk dari kontrol masyarakat yang sangat kami apresiasi," tuturnya.

"Saya sudah memberikan satu pendekatan, yaitu pola yang kita tentukan koridornya dengan memberi kewenangan dan otority kepada pemerintah daerah dan Satgas Covid-19 setempat untuk menutup jika berpotensi penerapan protokol kesehatannya tidak ketat dan disiplin untuk menekan laju penularan Covid-19," tambahnya.

Metode ini, dikatakan Sandiaga, akan terus disempurnakan melalui beberapa proses evaluasi. Mengingat setelah libur Lebaran, masih ada libur-libur lainnya.

Sementara, sertifikasi CHSE telah diterbitkan di 2020. Sandiaga menyebut, tahun ini pihaknya tengah menyiapkan CHSE untuk diperluas dengan partisipasi anggota petahelix.

"Kita juga ingin ada CHSE mandiri, di mana dunia usaha, institusi pendidikan, komunitas masyarakat bisa juga ikut dalam proses ini dan ikut memantau," ungkap Sandiaga Uno.


Penerapan Protokol Kesehatan di Kebun Raya Bogor

Pedestrian Lingkar Kebun Raya Bogor Ditutup Sementara
Warga berjalan di pedestrian seputaran Istana dan Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Sabtu (19/9/2020). Sebagai upaya pencegahan penularan COVID-19, Pemkot Bogor menutup sementara pedestrian seputaran Istana dan Kebun Raya Bogor pada Sabtu dan Minggu di masa PSBMK. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

General Manager Corporate Communication and Security PT Mitra Natura Raya Zaenal Arifin menyebut, pihaknya selalu menjaga dan memberlakukan protokol kesehatan secara ketat di empat kebun raya, yakni Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi, dan Kebun Raya Eka Karya Bali.

"Artinya, pengunjung yang masuk melalui pintu gerbang kebun raya, kami cek suhu tubuh, membawa hand sanitizer, kita sarankan untuk menjaga jarak dan menghindari kerumunan di Kebun Raya Bogor kita mengoptimalkan tim crowd control yang ada di dalam kebun raya, kita arahkan dan imbau tetap mematuhi protokol kesehatan," kata Zaenal saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 20 Mei 2021.

Ia melanjutkan, sampai libur Lebaran dari H+1 hingga H+4 tampak lonjakan pengunjung di H+3 dan H+4 Lebaran yang mencapai 10 ribu pengunjung. Namun, jumlah itu masih tetap dalam kapasitas membatasi 50 persen dari jumlah pengunjung.

"Kalau dilihat dari luasan Kebun Raya Bogor yang kurang lebih 87 hektare, total kapasitas sebetulnya bisa mencapai 35--40 ribu, tapi kami batasi maksimal di 10 ribu pengunjung sehingga masih dalam angka 50 persen dari jumlah pembatasan total kapasitas di Kebun Raya Bogor," tambahnya.

Pihaknya juga dipantau langsung oleh tim Gugus Covid-19 Pemerintah Kota. Ketika kunjungan telah mencapai 10 ribu pengunjung, Kebun Raya Bogor ditutup satu waktu.

"Kemarin kita ada 3 fase pengunjung yang datang. Pagi 3 ribu, siang 6 ribu, jadi tidak pernah dalam satu kapasitas 10 ribu di dalam, tetapi ketika kapasitas 10 ribu kita tutup," tuturnya.

Sementara, tim crowd control berkeliling setiap waktu di zona-zona titik kumpul publik. Pihaknya menyiapkan sekitar 12 tim crowd control, tim Satgas Covid-19 yang menggunakan perlengkapan wireless mikrofon yang berkeliling mengingatkan pengunjung menggunakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan sering mencuci tangan di Kebun Raya Bogor.

"Jadi kita siapkan tim crowd control sebagai tim Satgas Covid dan itu memang terhubung dengan Satgas Covid Kota Bogor. Jadi apabila ada hal-hal yang terindikator pengunjung yang panas ataupun terpapar, kita langsung berkoordinasi dengan Satgas Covid di Kota Bogor," kata Zaenal.

Dilanjutkannya, Kebun Raya Bogor ada dua pintu masuk, yakni pintu 1 dan pintu 3. Saat pengunjung masuk diperiksa suhu tubuh dengan thermogun, bila suhu tubuh di atas 37,3 derajat Celcius, maka pengunjung tidak diperkenankan masuk.

"Itu screening awal, bahkan kita menyiapkan GeNose Test untuk pengunjung yang ingin masuk Kebun Raya Bogor, untuk memastikan indikator (tubuh) mereka panas, kita arahkan GeNose Test," tambahnya.


Penerapan Protokol Kesehatan di Taman Mini Indonesia Indah

FOTO: Pemerintah Ambil Alih Pengelolaan dan Pemanfaatan TMII
Pengunjung bersepeda di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Rabu (7/4/2021). Kementerian Sekretariat Negara secara resmi mengambil alih pengelolaan dan pemanfaatan TMII dari Yayasan Harapan Kita yang sudah dikelolanya hampir 44 tahun. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Kepala Bagian Humas Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Adi Widodo menjelaskan, pihaknya menekankan pada imbauan keliling kepada pengunjung untuk menerapankan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

"Kerumunan-kerumunan terlalu besar kita imbau untuk dipecah. Karena segmen kita itu keluarga, kadang-kadang mereka berkumpul bersama keluarganya," kata Adi saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 20 Mei 2021.

Dikatakan Adi, kapasitas TMII telah disesuaikan dengan kebijakan Pemprov DKI Jakarta, yakni 50 persen, di mana diizinkan menerima sebanyak 30 ribu pengunjung. "Dalam waktu tertentu, misal nanti pengunjung banyak di dalam yang sudah 30 ribu, akan kita tutup akses masuk," tambahnya.

"Buka-tutup ada di gerbang utama, apabila kapasitas di dalam sudah terpenuhi misal ada 30 ribu di dalam di jam tertentu, maka akses masuk kita tutup. Baru setelah ada pengurangan akan kita buka," kata Adi.

Termasuk di unit dalam, dikatakan Adi misalkan di Taman Burung, Taman Akuarium Air Tawar, hingga  Museum Komodo juga ada kapasitas kunjungan. "Di taman burung, nilai layak 600 orang dalam satu waktu tertentu, sehingga kalau sudah ada 50 persennya 300 orang di dalam, loket kita tutup. Baru kita buka kalau ada pengurangan di dalam. Itu kita lakukan di anjungan juga," tambahnya.

Untuk di gerbang masuk TMII, petugas mengecek suhu tubuh pengunjung, periksa pemakaian masker dan turut menyediakan tempat cuci tangan. Sementara, kegiatan-kegiatan budaya di ruang terbuka belum pihaknya laksanakan.

"Karena potensi kerumunan belum kita selenggarakan. Sementara belum direncanakan kembali, tapi seni budaya di dalam panggung-panggung pembatasan penonton bisa kita lakukan," jelasnya.

Pihaknya turut menerapkan protokol kesehatan dan membatasi jumlah penonton. Selain itu, penari dan pemain musik turut menggunakan masker saat tampil.


Imbauan Pakar Kesehatan Masyarakat

Ilustrasi Masker
Ilustrasi masker. (dok. Pixabay.com/viarami)

Pakar kesehatan masyarakat Prof. dr. Hasbullah Thabrany mengatakan, guna menekan transmisi Covid-19, dibutuhkan disiplin. Hal tersebut mengingat Covid-19 menular dari orang ke orang dalam jarak dekat.

"Lebih jauh (jarak) lebih bagus. Keluarnya (virus Covid-19) lewat napas, batuk, bersin, atau bicara dalam jarak dekat. Kalau tempat-tempat keluarnya virus dari seseorang yang sudah terinfeksi ditutup dengan masker, sudah mengurangi besar sampai dengan 95 persen bisa dicegah," kata Prof. Hasbullah saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 20 Mei 2021.

Prof. Hasbullah menambahkan, diperlukan disiplin untuk semua orang agar selalu menjaga pintu masuk dan pintu keluar virus Covid-19, yakni mulut dan hidung.

"Sering kali kecolongannya terjadi orang sudah tahu dan memahami, tapi pada waktu-waktu tertentu lupa. Di tempat rekreasi misalnya, saat makan masker tidak selalu ditutup, jaraknya terlalu dekat, makannya pakai buffet berdekatan," jelasnya.

"Oleh karena itu, kalau pergi ke tempat rekreasi, kalau ada makanan buffet lebih baik tidak (makan), jadi yang di-serve, tapi jaraknya dijaga," kata Prof. Hasbullah.

Ia pun menyarankan restoran-restoran di tempat rekreasi untuk tidak menyediakan hidangan buffet yang dapat membuat antrean. "Sebab kalau pengelola tempat rekreasi harus menyadari betul bahwa kalau terjadi pelanggaran atau kecerobohan dan kasus banyak, nanti diperketat lagi, semua jadi korban," jelasnya.

"Jadi lebih baik patuhilah. Sering kali kecolongan di situ," terang Prof. Hasbullah.


Infografis Harga Mati DISIPLIN Protokol Kesehatan

Infografis Harga Mati DISIPLIN Protokol Kesehatan
Infografis Harga Mati DISIPLIN Protokol Kesehatan (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya