Liputan6.com, Jakarta - Yusra Mardiniadalah atlet dari cabang olahraga renang yang merupakan salah satu wakil tim pengungsi atau IOC Refugee Olympic Team di Olimpiade Tokyo 2020. Yusra merupakan seorang pengungsi dari Suriah yang kini tinggal di Berlin, Jerman.
Sosoknya menarik perhatian warganet karena perjuangannya yang menginspirasi banyak orang. Sebelum bergabung dan mengikuti Olimpiade Tokyo 2020, Yusra dikabarkan harus melewati perjuangan yang begitu berat agar bisa kabur dari konflik Suriah yang berlangsung sejak 2011.
Advertisement
Baca Juga
Karena perang di negaranya, tak jarang ia harus berlatih di kolam renang yang atapnya hancur dan bolong karena bom. Dilansir dari laman Today, 28 Juli 2021, Yusra dan kakaknya, Sara, memutuskan untuk kabur dari Suriah pada Agustus 2015.
Saat itu, rumah keluarganya hancur dan situasi semakin memanas. Ia dan Sarah memilih jalur laut dengan menumpang sebuah kapal kecil bersama 18 pengungsi lain untuk pergi ke Pulau Lesbos, Yunani. Padahal, kapal tersebut sebenarnya hanya untuk ditumpangi enam orang.
Kapal yang ditumpangi oleh Yusra kemudian mengalami mati mesin ketika berada di tengah laut. Saat itu, dari 20 orang yang menumpang kapal tersebut, hanya Yusra, Sara, dan dua orang lain yang bisa berenang.
Mereka lalu membantu dengan terjun ke dalam laut dan berenang agar kapal yang ditumpangi tidak tenggelam di Laut Mediterania. Setelah berenang selama 3,5 jam sambil berpegangan pada tali kapal, Yusra dan Sara pun sampai di Yunani.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Remaja Paling Berpengaruh
Namun, perjuangannya tidak sampai di situ saja. Yusra dan kakaknya harus berjalan kaki selama beberapa hari untuk bisa sampai di kamp pengungsian di Berlin, Jerman.
Berkat perjuangannya itu, ia pernah dinobatkan sebagai salah satu remaja paling berpengaruh di dunia (Most Influential Teens) oleh majalah Time pada 2016. "Saat itu saya sangat senang. Saya lega telah berada di Jerman, memiliki saudara di samping saya, hanya itu yang saya inginkan," kenang Yusra ketika diwawancara New York Times.
Tak lama kemudian, orangtuanya dan adiknya, Shaed, juga meninggalkan Suriah dan menyusul ke Jerman dengan naik pesawat terbang. Pada 2016, wanita kelahiran Damaskus, Suriah, 5 Maret 1998 ini berhasil lolos ke Olimpiade Rio di Brasil.
Prestasi serupa juga diraihnya empat tahun kemudian dengan lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 yang baru berlangsung di tahun ini. Tapi, langkah Yusra di Olimpiade Tokyo 2020 terhenti di babak penyisihan setelah berjuang di nomor 300 meter gaya kupu-kupu.
Advertisement
Terus Berjuang
Meski begitu, kisah dan perjuangannya telah menginspirasi banyak orang. Ia pun bertekad untuk meneruskan perjuangannya di olahraga renang,
"Saya bangga karena bisa mewakili sekitar 80 juta pengungsi di seluruh dunia. Saya berharap mereka semua bisa menjalani kehidupan dengan baik. Kami semua ingin menunjukkan bahwa para pengungsi tak akan mudah menyerah dan akan terus berjuang," tutur Yusra Mardini.
Bersama IOC Refugee Olympic Team, Yusra sebelumnya juga tampil di Olimpiade Rio 2016. Mereka terdiri dari sejumlah atlet yang berstatus sebagai pengungsi dari berbagai negara. Dikutip dari laman UNCHR, ada 29 atlet Tim Pengungsi yang mengikuti Olimpiade Tokyo 2020. Mereka berasal dari 11 negara dan mengikuti 12 cabang olahraga.
Greysia Polii / Apriyani Rahayu Raih Medali Emas Olimpiade Tokyo 2020
Advertisement