Liputan6.com, Jakarta - Menato sebagian anggota tubuh tak hanya dominasi lelaki, tapi juga dilakukan perempuan di luar negeri. Namun, keberadaan tato di tubuh seseorang belum lepas dari stigma negatif, termasuk di luar negeri.
Salah satunya dialami Heidi Lavon, perempuan berusia 34 tahun asal Oregon, Amerika Serikat (AS). Akibat ia menghiasi tubuhnya dengan tato, orang-orang menganggap dia pernah dipenjara, seperti dilansir dari laman The Sun, Kamis, 12 Agustus 2021.
Advertisement
Baca Juga
Heidi bekerja sebagai model dan influencer selama 10 tahun terakhir. Tetapi, tidak semua orang menghargai penampilannya dengan 65 persen tubuh dibalut tato.
Akibat tato itu, banyak orang yang menganggapnya seorang bekas narapidana. Mereka juga menanyakan berapa lama ia dipenjara, tapi ia merasa tak menganggu.
Heidi bertunangan dengan sesama model bertato James Marshall Ramsey, seorang veteran militer. Ia kehilangan kakinya pada hari dia pulang dari tugas Angkatan Darat.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tato Pertama
Heidi membuat tato pertamanya pada ulang tahun ke-18. Ia memiliki banyak kenangan dari masa kecilnya saat ditato, berdasarkan buku atau film yang ia tonton.
"Saya memiliki masa kecil yang hebat jadi saya menghormatinya dengan tato yang saya pilih," ujarnya.
Bagi Heidi, tato telah memberinya pengingat terus-menerus tentang di mana ia berada, apa yang telah ia lakukan, atau juga menutupi bekas luka lama dengan kenangan traumatis masa lalu. Tak terkecuali dengan berbagai komentar terhadap dirinya.
Â
Â
Advertisement
Populer di Online
Penampilan Heidi telah membuatnya melambung lewat dunia maya. Saat ini, ia memiliki 2,7 juta pengikut di TikTok dan 1,3 juta di Instagram. Sebagian besar kontennya dari budaya tato, gaya hidup, dan cosplay.
"Saya mendasarkan sebagian besar konten saya dari budaya tato, gaya hidup, dan cosplay. Saya percaya saya telah menumbuhkan audiens saya yang besar hanya dengan menjadi diri saya sendiri dan berhubungan dengan orang lain," tegasnya.
Lewat kontennya itu, ia ingin menegaskan bahwa audiensnya, bukan satu-satunya yang mengalami masa-masa sulit. Banyak orang yang juga pernah mengalaminya.